This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Biarkan Aku Menarik Kata-Kataku



Biarkan Aku Menarik Kata-Kataku

0Cezar menutup mulutnya dengan kedua tangan, tidak menyangka Silver benar-benar anjing besar yang dicari-cari adiknya.     
0

'Bukankah ini artinya Happily Ever After?'     

Dibalik tangannya, bibirnya tersenyum lebar. Ia tidak akan berhenti menggoda adiknya setelah ini.     

"Hmm … jadi seperti itu. Aku baru tahu," gumaman seseorang tiba-tiba terdengar dari samping Cezar.     

'Gawat! Aku bisa ketahuan!' Pikir Cezar buru-buru menoleh untuk mencari tempat lain ketika pandangan matanya bertemu dengan sepasang mata merah tua yang indah.     

Pria itu berambut putih bersih yang diikat satu ke belakang dengan kulit sawo matang. Tubuhnya yang jangkung berbalut pakaian kasual berwarna cerah yang membuatnya terlihat segar.     

Keduanya terbelalak lebar.     

"Wuah!"     

Saking terkejutnya, keduanya lupa bahwa mereka sedang bersembunyi dan langsung berdiri tegak, keluar dari tempat persembunyian.     

"..."     

"..."     

"..."     

"..."     

Dua orang dari tempat persembunyian dan dua orang yang sedang kebingungan saling menatap satu sama lain. 'Apa yang kalian lakukan?' tertulis jelas di wajah Viorel dan Silver sementara 'Maaf….' Tertulis jelas di wajah Cezar dan Adrian, si pria berambut putih ….     

*****     

Viorel dan Silver duduk berdampingan di sebuah kursi taman yang terletak di area terpencil tersebut dalam keheningan.     

Setelah mengusir Adrian dan Cezar yang mengganggu mereka, keduanya tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Suasana canggung.     

Tiba-tiba, Viorel mengangguk kuat, menyentak Silver kembali dari lamunannya.     

Viorel mencondongkan tubuhnya ke arah Silver, dengan tegas menarik kedua pergelangan tangan Silver. Tarikan itu memaksa Silver untuk maju dan membungkuk sedikit.     

"Ada apa?"     

Pandangan Silver bertemu dengan sepasang mata kuning kemerahan yang cerah dan penuh tekad. Viorel semakin mencondongkan tubuhnya hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter. Silver bahkan dapat merasakan hembusan lembut napas Viorel membuat jantungnya berdesir.     

"Kau beneran Haiiro?" tanya Viorel.     

Silver mengangguk tegas. "Ya."     

"Buktikan."     

Tanpa basa-basi, Silver menyelimuti seluruh tubuhnya dengan sihir dan seketika itu juga, sepasang telinga anjing dan ekor abu-abu menghiasi kepala dan buntutnya. Sosok yang begitu dirindukan Viorel.     

Jantung Viorel berdegup kencang. Sudut bibirnya terangkat tinggi, membuat seulas senyum sempurna. Kedua tangannya melingkari leher Silver, menariknya ke dalam pelukan.     

"Eh? Eh?" Silver yang tidak siap menjadi linglung. Ia tidak menyangka pria ini akan melelehkan batu esnya hanya karena melihat sosok Haiiro.     

"Bodoh … seharusnya kau mengatakannya sejak pertama kali kita bertemu. Aku jadi kayak orang bodoh, kan!" gerutu Viorel tapi Silver masih tidak bisa memahami maksudnya.     

Viorel melepaskan pelukannya tapi segera menarik kedua pergelangan tangan Silver lagi. Jantung Silver sudah sangat ribut sehingga ia menjadi semakin kebingungan. Wajahnya memanas dan semakin memerah ketika Viorel mendekatkan wajahnya. Jika ini adalah komik, kedua matanya sudah akan berbentuk lingkaran spiral.     

"Pfft!" Viorel tiba-tiba tertawa.     

"Eh?"     

"Wajahmu aneh sekali! Aku tidak akan memukulmu seperti kemarin jadi tenang saja!"     

Silver mengerjap-ngerjap bingung. 'Aku tidak berpikir seperti itu,' pikirnya dalam hati tapi tidak ia ucapkan secara langsung karena Viorel sudah keburu melanjutkan.     

"Aku bahkan ingin memukul diriku yang kemarin. Hah … bodoh sekali! Urgh!" Viorel menggigit bagian bawah bibirnya. Tangannya yang masih menggenggam pergelangan Silver mengerat hingga sedikit bergetar.     

"Jadi aku akan menarik kata-kata bodohku yang kemarin!"     

"Kata-kata kemarin?"     

Viorel mengangguk tegas. "Yang itu …."     

["Jika kau mengucapkan hal itu sekali lagi di depan wajahku, itu akan menjadi hari terakhir hidupmu, camkan itu!"]     

Silver akhirnya ingat kata apa yang dimaksud jadi ia mengangguk paham.     

Viorel tersenyum puas hingga tampak gigi. Kedua tangannya menarik Silver lebih kuat lagi hingga Silver kali ini benar-benar harus membungkuk dalam. Di saat yang bersamaan ….     

"Mm …!"     

Bibir menyentuh bibir, hampir meledakkan jantung Silver. Sepasang mata merah tuanya terbelalak lebar hingga hampir keluar dari soketnya. Kulit wajahnya berubah merah padam hingga tidak dapat memerah lebih dari itu lagi. Ia sampai kehilangan kontrol sihirnya dan seketika itu juga tanduknya kembali muncul.     

Silver ingin membuat Viorel menjauh terlebih dahulu untuk menanyakan apa maksud semua ini tapi entah karena terlalu terkejut atau bagaimana, Silver tidak bisa merasakan kekuatannya. Ia bahkan tidak sanggup melepaskan genggaman Viorel dari pergelangannya.     

'Apa ini? Rasanya bukan aku yang incubus tapi Viorel yang adalah incubus.' Silver tidak dapat menghentikan benaknya untuk berpikir hal ini karena rasanya energi kehidupannya yang sedang disedot oleh Viorel.     

Tentunya ia tahu itu hanya imajinasinya.     

Bagi Silver yang tidak berpengalaman, ciuman ini memiliki dampak yang begitu besar untuk dirinya hingga ia menjadi seperti tong bocor.     

Ketika Viorel akhirnya melepaskan ciuman itu, energi Silver sudah kering hingga ia bahkan tidak punya energi untuk duduk tegak.     

Viorel buru-buru menangkapnya. Tawa kecil meluncur keluar dari bibirnya yang sedikit bengkak. "Kau menjadi jeli hanya karena ciuman?" goda Viorel.     

"A—aku—"     

"Kalau begitu, apakah kau akan meleleh setelah mendengar ini?"     

Viorel mendekatkan bibirnya pada telinga Silver. "Aku mencintaimu. Tawaran jadi pacar itu, masih berlaku kan?" bisiknya dengan suara yang serak-serak basah.     

Bang!     

Jantung Silver seperti ditembak oleh peluru cinta. Kali ini serangannya terlalu kuat hingga setengah nyawanya sudah keluar dari tubuh.     

"Wuah! Kembali! Kembali! Kalau kau mati, kita bagaimana bisa pacaran?!" Viorel buru-buru memasukkan kembali nyawa Silver.     

"Ah! Benar! Aku bisa pacaran!" Menyadari hal itu, seperti habis meminum mata air magis, Silver kembali dipenuhi energi.     

Ia meloncat dari tempat duduknya. Saking semangatnya, ia mengangkat tubuh Viorel tinggi-tinggi lalu berputar dengannya beberapa kali di tempat sebelum akhirnya tersadar.     

Viorel paling benci diperlakukan seperti anak kecil. Selain tentang percintaan, tubuh kecilnya juga bagian dari kompleks inferioritas yang ia miliki.     

"Ah! Maaf! Aku tidak bermaksud—"     

Bibir Viorel mengerucut semakin dalam. Silver berteriak histeris di dalam hatinya. 'Wuahh aku membuatnya marah! Dasar bodoh!'     

Namun, di luar dugaannya, Viorel tiba-tiba tertawa. Jarinya menjitak pelan kening Silver.     

"Ini spesial service hanya untuk pacar, ok?" ujarnya genit sembari mengedipkan sebelah mata.     

Wajah Silver kembali cerah. Ekor tipis hitamnya bergerak ke sana kemari seperti ekor anjingnya ketika menyamar menjadi half-beast. Ia kembali memutar Viorel beberapa kali lagi di udara.     

'Imutnya ….' Viorel tidak bisa menahan diri dan akhirnya mencubit kedua pipi Silver dengan gemas.     

*****     

Kontras dengan kehebohan pasangan baru di area terpencil, dua orang lain yang telah diusir duduk diam dan saling memunggungi satu sama lain di kursi taman di tengah lapangan terbuka itu. beberapa anak kecil yang melewati mereka terus menetapi mereka dengan tatapan aneh. Beberapa bahkan berlari menuju orang tua mereka dan berseru 'Ibu mereka aneh!' sambil menunjuk-nunjuk keduanya.     

Dua orang ini siapa lagi kalau bukan Cezar dan Adrian.     

Awalnya Adrian berusaha membuka topik untuk meredakan kecanggungan di antara mereka tapi apa daya Adrian yang hanya dapat menghina Cezar setiap kali mulutnya membuka. Padahal ia tidak bermaksud mengucapkannya tapi mulutnya bergerak sendiri, "Diam-diam menguping pembicaraan adikmu, perbuatan yang sangat tidak terpuji!"     

"Aku tidak ingin mendengar itu dari Anda, Pak Direktur."     

Skakmat!     

Adrian tidak menguping! Ia hanya menemani Silver tapi dari posisi ketika Cezar menemukan Adrian, memang tidak heran ia dianggap menguping. Tentunya hal ini berlaku sama terhadap Cezar. Ia juga hanya menemani adiknya dan untuk memastikan adiknya tidak akan membuat Silver babak belur karena kehilangan kendali.     

Memikirkan tagihan rumah sakit yang bisa menguras tabungan keluarga Asaka saja sudah cukup mengerikan.     

Adrian beberapa kali melakukan kesalahan yang sama dan di-skakmat lagi oleh Cezar. Pada akhirnya, ia tidak mau berbicara lagi. Cezar juga tidak ingin bercakap-cakap dengannya jadi sekarang beginilah jadinya, canggung dan tidak mau menatap satu sama lain.     

'Silver/Vio cepat kembali!' Jerit mereka dalam hati.     

Sepertinya Tuhan berbaik hati kepada mereka kali ini karena detik itu juga Viorel dan Silver berjalan mendekati mereka, atau tidak ….     

"Ini!" Viorel melemparkan kalung berliontin sederhana yang merupakan alat ruang penyimpanan itu kepada Cezar.     

"Hm? Ini kan …."     

"Kakak dan ergh … Adrian?"     

"Tuan Adrian yang indah dan mempesona!" Adrian mengibaskan rambut putih mengkilapnya.     

Viorel mendengus. "Terserah. Intinya tolong bawa itu ke kediaman dan mulai dekorasi tempatnya. Kita harus cepat sebelum 'mereka' benar-benar curiga jadi lebih baik kita mulai dari sekarang."     

"..."     

Cezar dan Adrian menatap pasangan itu ….     

Cezar dan Adrian menatap alat ruang penyimpanan ….     

Cezar dan Adrian menatap satu sama lain ….     

Cezar dan Adrian kembali menatap pasangan itu ….     

Cezar dan Adrian menunjuk satu sama lain bergantian ….     

Viorel mengangguk. "Ya, kalian."     

"EH?! WHY?!"     

Viorel tersenyum lebar. Lengannya menggayut lengan Silver dengan mesra. "Kami pasangan baru. Tentunya mau kencan dan sekalian aku akan membeli barang-barang yang masih belum terbeli kemarin. Yang lainnya juga sedang kencan dan berarti hanya kalian yang sedang senggang. Kau bisa meminta bantuan para pelayan di kediaman juga yang sedang menganggur."     

Cezar dan Adrian masih ingin memprotes tapi Viorel langsung menyela ….     

"Lagipula, bukankah si rambut putih ini harus ke kediaman juga untuk menjemput Horia? Bukankah lebih baik sekalian kita pekerjakan dulu sebagai ganti biaya inap adiknya?"     

Kali ini Adrian tidak dapat membalas.     

"Ok!" Viorel menepuk tangannya menandakan keputusan sudah tidak dapat diubah lagi. "Aku serahkan kepada kalian!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.