This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Festival yang Ramai (5)



Festival yang Ramai (5)

0"Kak Sophia?"     
0

Telinga panjang berbulu putih pemilik nama itu bergerak sedikit dan seorang gadis berambut panjang berwarna putih menoleh ke arah Mihai. Ketika mengenalinya, mata bulat merah gadis itu melebar. "Mi—Mihai...," panggilnya dengan suara lembut yang terdengar sedikit canggung.     

"Sophia, siapa dia?" Pria berambut putih dengan kulit sawo matang yang duduk di hadapan Daigo Sophia menatap tajam pada Mihai, terlihat tidak suka.     

Mihai membalas tatapan tajam itu dengan tatapan yang lebih tajam lagi. Pria berambut putih itu adalah seorang incubus. Sophia adalah half-beast dan sekaligus pacar kakak tertuanya, Cezar.     

'Mengapa dia makan berdua dengan pria lain?' Menurut apa yang Mihai tahu, seharusnya kakaknya dan Sophia sudah dalam persiapan untuk menikah.     

'Ja—jangan-jangan ... perselingkuhan?!' Mihai merasa petir menyambar otaknya.     

Lantaran, gadis spesies kelinci bernama Sophia ini adalah perempuan terlembut dan teramah yang pernah Mihai temui. Sophia tidak terlihat seperti wanita yang akan bermain-main di belakang kekasihnya.     

"Kak Sophia, kau se—"     

"Mihai!" Kalimat Mihai dipotong oleh seruan keras, terlalu keras hingga mata seluruh pengunjung restoran tertuju kepada mereka.     

"Kak Cezar?" Mihai tidak menyangka bahwa kakak tertuanya akan muncul di dalam restoran ini.     

Cezar yang mengenakan kaos santai berwarna hijau tua itu terburu-buru mendekati Mihai. Wajahnya sedikit pucat dan peluh memenuhi keningnya.     

"Ce ... zar...."     

Mendengar namanya dipanggil, Cezar menoleh dan langsung terbelalak melihat gadis yang ia cintai berada di sana. "Sophi...." Senyum sudah hampir merekah ketika matanya mendapati sosok pria di hadapan Sophia. Matanya langsung menggelap.     

"Direktur Adrian," panggil Cezar dengan nada dingin.     

Mihai melihat kakaknya dan pria berkulit sawo matang yang ternyata bernama Adrian itu secara bergantian. Kebingungan muncul di wajahnya."Kakak kenal orang itu?"     

Adrian yang dipanggil oleh Cezar tersenyum mencemooh kepadanya seraya mengibas rambut putih panjangnya dengan elegan. "Bukankah ini karyawanku yang sudah dibuang oleh pacarku," ejeknya, terlihat sekali ia menikmati ini.     

"Tuan Adrian!" Sophia memohon kepada Adrian untuk tidak melanjutkan ini dengan tatapannya.     

Cezar mengepalkan tangannya erat-erat. Matanya menatap tajam kepada Adrian penuh amarah tapi mulutnya tertutup rapat-rapat.     

"Apa ma—" Mihai ingin berargumen tapi Cezar langsung menghentikannya.     

Adrian mendengus, benar-benar terlihat sangat menyebalkan. Walaupun ia ingin menghargai keinginan Sophia tapi ia tidak menyukai Cezar yang telah menjalin hubungan cukup lama dengan pacarnya. Setelah mereka putus pun, Cezar masih sangat dekat dengan pacarnya membuat Adrian semakin tidak suka. Apalagi, sikap karyawannya yang satu ini juga tidak pernah menyenangkan hatinya di kantor jadi ia harus meminta maaf kepada Sophia nanti karena ia tidak dapat menahan dirinya.     

"Untuk apa kau ke sini? Oh! Aku tahu! Kau ingin memberikan selamat karena waktu pernikahan kami sudah ditetapkan?" Sengaja, ia membocorkan informasi yang baru diketahui di antara keluarganya dengan keluarga pacarnya dan respon Cezar benar-benar sesuai dengan yang ia harapkan.     

Cezar terbelalak, sangat terkejut oleh informasi itu. Tangannya terkepal hingga gemetaran dan wajahnya sedikit memerah. Namun, sayang sekali, Cezar terlalu pandai menahan diri. Jika sedikit saja argumen dikeluarkan dari mulut Cezar, semuanya akan menjadi lebih menarik.     

Sophia juga kaget oleh tindakan Adrian. Ia segera menarik lengan pakaian Adrian, memohonnya untuk pergi sekarang juga.     

Namun, Adrian masih belum puas. Ia ingin memperlihatkan kepada Cezar bahwa Sophia sekarang adalah miliknya. Jadi, Cezar tidak boleh berbicara dengan santai dan penuh rasa cinta kepada Sophia lagi. Otaknya sudah menentukan kata-kata selanjutnya ketika tiba-tiba....     

"Mengapa kau berhenti di sini? Ayo cepat ... hm?" Sebuah suara datar menarik perhatian mereka semua yang ternyata adalah milik Luca.     

Sophia dan Cezar terkejut melihat sosok kebesaran di Kota Rumbell itu berdiri tepat di depan mata mereka. Apalagi Adrian.     

Adrian yang dari tadi duduk seperti seorang raja segera berdiri dan merapikan sedikit pakaiannya – yang sebenarnya tidaklah menjadi lebih rapi dengan dua kancing atas masih terbuka dan jas yang tidak terkancing sama sekali.     

"Tu—Tuan Luca," sapanya dengan sedikit membungkuk. Ekspresi wajah Adrian tidak begitu baik tapi ia masih mempertahankan kesopanan secukupnya.     

Luca melirik Kepala Keluarga Udrea itu dan hanya mengangguk lalu kembali pada Mihai. "Cepat," ujarnya singkat dan sudah mau berbalik pergi.     

Mihai buru-buru menghentikannya. "Tunggu dulu! Aku mau berbicara dengan kakakku sebentar!"     

Luca berhenti sejenak. "Lima menit."     

"Sepuluh menit!" Mihai berusaha menawar.     

"Tujuh menit."     

Mihai kesal tapi ia akhirnya menyanggupi. "Baiklah."     

Mendengar itu, Luca berjalan menuju meja mereka tadi yang masih kosong dan duduk diam dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Matanya lurus tertuju pada jam dinding.     

Adrian mengernyit melihat Mihai yang begitu beraninya bernegosiasi dengan Luca sebagai seorang half-beast.     

Oleh karena waktu yang terbatas, Mihai segera mengabaikan pasangan itu dan menarik kakaknya ke meja yang ditempati Luca. Di sisi lain, Sophia yang tidak ingin Adrian melanjutkan masalah lagi langsung menariknya keluar.     

"Kakak, bukankah kakak sudah akan menikah? Mengapa Kak Sophia bisa bersama orang lain?" Mihai langsung menanyakan kebingungannya saat mereka sampai di tempat duduk.     

"Itu ... di—dia tertarik kepada pria yang tadi. Dia adalah direktur perusahaan tempatku bekerja," jelas Cezar yang belum membuat Mihai puas.     

"Mengapa dia bisa tiba-tiba tertarik dengan direktur itu? Padahal kalian sudah merencanakan untuk menikah?"     

Wajah Cezar semakin suram. "Itu ... kau tahu kita tidak sekaya direktur itu...."     

Memahami maksud kakaknya, Mihai langsung marah. "Aku tidak menyangka dia orang seperti itu!"     

Cezar juga tidak pernah menyangka pacarnya itu akan tertarik kepada Adrian. ia kembali mengingat hari di mana Sophia memberitahunya tentang hal ini. Hatinya benar-benar hancur berkeping-keping.     

"Hm? Kak Cezar dan Mihai." Suara yang memanggil menarik perhatian mereka yang berada di meja itu dan menemukan seorang pria harimau lagi, kali ini berbadan jauh lebih mungil dibandingkan dua bersaudara itu.     

"Kak Vio?"     

"Viorel—hm?!" Cezar ingin mengatakan sesuatu kepada adiknya tapi hampir tersedak ludahnya sendiri ketika menemukan sesosok jangkung berambut silver di belakang Viorel. Ia segera menarik lengan adiknya, membuat Viorel mendekat secara paksa. "Kau! Apa yang kau lakukan sampai Jenderal Kepolisian ada bersamamu?!" paniknya dengan suara yang setengah tertahan.     

"Jenderal Kepolisian?" Viorel mengernyit dalam. Volume suaranya tidak terkontrol sehingga yang lain pun bisa mendengarnya.     

"Itu aku," jawab pria tiang listrik singkat.     

"Kurang ajar! Kau bahkan tidak tahu Tuan itu siapa?!" Si pria paruh baya yang merupakan sekretaris sang jenderal begitu marah hingga hampir pingsan karena ketidaksopanannya.     

"Paman Mugur, berhentilah. Kau bisa serangan jantung," saran pria tiang listrik masih dengan wajah datar.     

Si pria paruh baya itu setengah terharu oleh kecemasan yang diperlihatkan sang tuan tapi juga setengah kesal karena sang tuan ingin saja diperalat oleh half-beast kurang ajar ini. "Tuan Silver, Mugur ini tidak bisa memaafkan bocah kurang ajar ini yang bahkan tidak bisa mengenal identitas Tuan!"     

Silver Mocanu tidak lagi berbicara. Ia mengalihkan perhatiannya kepada Luca dan menundukkan kepalanya sebagai hormat.     

Di sisi lain, di kelompok Keluarga Asaka sekarang....     

Viorel pura-pura tuli dan mengabaikan bacotan pak tua itu. Ia tidak menyangka si pria tiang listrik adalah Silver Mocanu, Jenderal Kepolisian sekaligus Kepala Keluarga Mocanu yang sekarang. Habisnya, pakaiannya mirip-mirip saja dengan polisi yang lain dan pria itu tidak mengeluarkan sikap arogan seperti incubus-incubus kelas atas yang biasa Viorel lihat.     

Viorel segera menceritakan apa yang telah terjadi dan membuat cezar ternganga lebar. Cezar benar-benar ingin menjewer kedua adiknya ini. Cukup Mihai yang membuat onar. Tidak ia sangka, Viorel juga akan membuat onar dan lebih parah lagi, hal ini ada sangkut pautnya dengan uang!     

"Bodoh! Kalau dia meminta kau membayar uang yang tadi, bagaimana?!"     

"Tapi, dia tidak terlihat orang yang akan mengingkari kata-katanya," ujar Mihai ingin membantu Viorel tapi langsung didamprat Cezar.     

"Apa yang kau tahu?! Kau bahkan tidak mengenalnya, bagaimana kau bisa bilang begitu hanya dari melihat wajahnya?! Jika aku bilang Luca Mocanu tidak terlihat seperti orang yang tidak bertanggung jawab, kau bisa terima?"     

"Tidak!" tampik Mihai tanpa pikir panjang.     

"..."     

Ketiga incubus di samping mereka diam seribu bahasa. Mereka bisa mendengar percakapan ketiga saudara itu dengan sangat jelas tapi ketiga half-beast itu masih mengira mereka menutupi suara mereka dengan baik.     

Malas berargumen tentang sesuatu yang tidak ia ketahui jawaban pastinya, Viorel menoleh pada Silver. "Woi, jenderal!"     

Mugur melotot pada Viorel hingga bola matanya hampir lepas. "Apa ya—"     

"Kau tidak akan meminta uangmu kembali, kan?"     

Silver mengangguk kecil sebagai jawaban.     

"Itu," ujar Viorel kepada saudaranya seraya mengedikkan bahu dengan acuh tak acuh.     

"Tuan! Mengapa kau tidak meminta ganti rugi?! Ini bukan tanggung jawab Tuan!" Mugur yang protes akhirnya.     

Bukan Silver yang terganggu, Viorel yang akhirnya terganggu. "Woi Pak Tua! Tuanmu tidak terganggu sama sekali. Mengapa kau yang sewot?! Urus urusan mu sendiri!"     

"Vio!" tegur Cezar tapi sudah terlambat.     

Darah langsung naik hingga kepala Mugur. "Bo—bo—bocah kurang ajar! Tidak tahu malu! Tentunya aku tidak bisa menerima pemerasan yang terjadi terhadap Tuanku begitu saja!"     

"Ha?"     

"Vio!" Cezar menarik tangan Viorel, berusaha menahannya tapi walaupun berbadan kecil, Viorel memiliki kekuatan yang paling besar di antara saudara-saudaranya.     

Dengan mudah, Viorel menghempaskan tangan kakaknya. "Itukan salah Tuanmu mengapa begitu BODOH mau diperas olehku!"     

"APA KATAMU?!" Api berkobar di sekitar Mugur.     

"Aku bilang dia BODOH karena sudah mau diperas. Ada masalah, hah?!" tantang Viorel.     

"..." Silver melihat kedua orang yang bagaikan anjing dan kucing itu masih dengan ekspresi datar, tidak terlihat tersinggung sama sekali oleh ucapan Viorel.     

Sementara Cezar dan Mihai berusaha menghentikan dua orang yang sudah siap berkelahi di dalam restoran.     

Luca menghela napas. Tujuh menit sudah lama berlalu dan masalah ketiga saudara itu sepertinya tidak akan cepat selesai. Ia akhirnya memanggil Silver seraya berdiri dari tempat duduknya.     

"Ikut aku sebentar. Ada yang ingin kubicarakan."     

Tanpa bekomentar, Silver mengikuti Luca keluar restoran.     

"Tuan-Tuan! Tolong jangan berkelahi di dalam restoran!" teriakan manajer restoran itu menggema sebelum Silver menutup pintu restoran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.