This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Hari Tanpamu



Hari Tanpamu

0Steve membawa Ioan keluar dari kediaman. Ioan ingin bertanya mengapa mereka harus sampai keluar tapi mengurungkan niatnya sedetik kemudian.     
0

Mereka berjalan menaiki Bukit Herme. Menapakkan kakinya melalui jalur yang sangat familiar itu membuat jantung Ioan berdetak kencang. Angin sepoi-sepoi membawa helai demi helai kelopak bunga yang beaneka warna, seperti merayakan kembalinya Ioan.     

Sebuah rumah yang terbuat dari kayu terlihat berdiri tidak jauh dari mereka berada.     

Bola mata Ioan membulat lebar. Degupan jantungnya semakin hebat. Wajahnya bersemu merah oleh semangat.     

Rumah kayu yang penuh dengan kenangan bersama Steve.     

Sudah tidak bisa dihitung jari lagi berapa kali Ioan memimpikan tempat ini selama 18 tahun. Tiada hari tanpa memutar kembali kenangan-kenangan hingga setelah 18 tahun pun, kenangan-kenangan itu masih tidak memudar sedikit pun.     

Steve membawanya ke taman yang penuh dengan bunga bermekaran. Dulu, ketika Ioan masih tinggal di sini, ia yang selalu mengurus seluruh tanaman di sana. Setelah Ioan pergi, Steve yang selalu melakukannya hingga taman bunga itu semakin lebat dibandingkan yang ada diingatan Ioan.     

"Io—" Steve yang dari tadi memunggungi Ioan akhirnya berbalik, siap mengucapkan apa yang ada dipikirannya hanya untuk bertemu dengan hal yang mengejutkan.     

Entah sejak kapan, istrinya itu telah berlinang air mata.     

Steve langsung panik. "I—Io, kenapa menangis? Ada yang sakit?" Ia berusaha mengusap air mata itu tapi gelombang air mata yang lain kembali mengalir.     

Ioan segera menutup wajahnya, mengusapnya dengan kasar. "Maaf … aku … aku hanya…." Suaranya serak dan sesenggukan. Semua memori ini menghangatkan hati hingga matanya, membuat air matanya tidak bisa berhenti meleleh.     

Melihat itu, mata Steve juga mulai berkaca-kaca. Ia menarik Ioan mendekat dan memasukkannya ke dalam pelukan yang hangat. Wajahnya ia benamkan di cerukan leher istrinya, memberikan sensasi basah dan dingin di sana.     

Ioan tersentak kaget. "Ka—kau menangis?" Ia ikut panik. Pria ini di dalam memorinya selalu merupakan seorang pria yang datar di luar, hangat di dalam. Tidak pernah ia membayangkan akan menghadapi Steve yang sedang menangis membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.     

"Aku … merindukanmu," bisik Steve di sela tangisannya.     

Setelah 18 tahun pun, ia masih tidak bisa melupakan saat-saat di mana keluarga yang begitu ia sayangi itu tiba-tiba sirna dari hadapannya….     

*****     

18 tahun yang lalu, Steve pulang dari gedung pemerintahan dengan hati yang ringan. Ia telah memutuskan hubungannya dari pemerintahan dan juga keluarga besarnya. Jadi, tidak akan ada lagi yang mengganggunya mengenai masalah hubungannya dengan half-beast.     

Selama beberapa tahun terakhir, hal ini telah terus mengusiknya. Jika ia ingin memiliki hubungan keluarga yang stabil dengan Ioan, ia harus memutuskan hubungannya dari kaum incubus. Ia tidak ingin mereka tiba-tiba mencari masalah dengannya menggunakan alasan hubungannya itu.     

Namun, pada saat itu, ia masih buronan dan jika ia kembali, ia akan segera dimasukkan ke dalam penjara.     

Untungnya Luca memanggilnya terlebih dahulu jadi tidak ada yang bisa mencari masalah.     

["Jika kau ingin memutuskan seluruh hubungan dengan kaum kita, aku akan menghargai keputusanmu. Hanya saja, hukuman berlutut di depan leluhur yang belum kamu lakukan tetap harus dilaksanakan. Setelah itu, terserah kau mau bagaimana."]     

Itulah yang dipesan Luca. Steve tahu Luca telah terlalu lembut padanya. Jika itu adalah anggota kaum incubus yang lain, mungkin masalahnya akan lebih besar. Itulah mengapa, ia sangat berterima kasih dengan keputusan Luca.     

"Berlutut hanya selama satu bulan bukanlah masalah besar."     

Setelah memutuskan hubungan keluarga, ia bermaksud untuk menyatakan perasaannya. Meskipun ia masih takut mendengar jawaban dari Ioan tapi ia tidak ingin lagi memiliki hubungan yang ambigu dengan istrinya itu.     

Apapun jawaban Ioan, ia tetap akan membesarkan kedua putranya dan bayi kecil yang belum lahir itu bersama dengan Ioan. Membanjiri mereka dengan kasih sayangnya.     

Suasana hatinya begitu riang hingga senyum tersungging di wajahnya. Namun, senyum yang begitu langka itu harus sirna ketika ia memasuki kediaman yang kosong.     

"Io? Cezar? Vio?"     

Steve memiliki firasat buruk tapi ia masih berusaha berpikir positif. 'Mungkin mereka sedang tidur….'     

Akan tetapi, ia menjadi panik ketika tidak bisa menemukan ketiganya di mana pun.     

"Io! Cezar! Vio! Di mana kalian? Ka—kalian sedang bermain petak umpet denganku? Hei! Ayolah! Cepat keluar!"     

Pikiran buruk terngiang di benaknya tapi ia tidak ingin menerima kenyataan itu. Ia terus mencari dan mencari, berlari di seluruh area Bukit Herme hingga fajar keesokan paginya tiba. Namun, sosok yang ia cintai itu tetap tidak ada di mana-mana.     

Steve berjalan kembali ke kediamannya dengan mata kosong.     

Pada saat itu, Damian dan Jack yang telah pulang dari liburannya juga telah menemukan kediaman yang kosong dan sedang dalam keadaan bingung.     

Melihat sang tuan pulang dalam keadaan yang kotor dan kacau, mereka mulai menyadari bahwa ada hal buruk yang telah terjadi.     

"Tuan! Ada apa ini? Mengapa mereka—"     

Kata-kata Jack tersangkut di tenggorokan. Matanya terbelalak lebar hingga hampir keluar dari soket matanya. Ia terlalu terkejut oleh apa yang ada di hadapannya.     

Sang tuan yang selalu datar itu … menangis….     

Tangan Steve yang gemetaran meremas kuat lengan pakaian Jack. Kakinya yang sudah terlalu lelah tidak lagi sanggup menopang berat tubuhnya dan langsung jatuh berlutut di atas tanah.     

"Tuan!" Jack tidak pernah menyangka akan melihat sang tuan dalam keadaan yang begitu rapuh.     

"Dia … dia pergi … dia hilang! Aku … aku tidak tahu mengapa dia … dia…." Steve sudah terlalu linglung dan kacau. Perkataannya tidak jelas di tengah tangisannya yang begitu deras tapi Damian dan Jack tahu bahwa Ioan dan anak-anaknya telah pergi.     

*****     

Selama satu minggu ke depannya, Steve hanya duduk diam di atas tempat tidur milik Ioan. Matanya yang terus menjatuhkan air mata benar-benar kosong. Ia tidak mau makan, juga tidak mau mengatakan apapun.     

Damian dan Jack harus memaksanya untuk makan dengan menyuapinya. Mereka juga mengelap tubuh pria itu dan menggantikannya pakaian.     

Tubuh jangkung yang ideal itu menjadi sangat kurus dan rapuh hanya dalam satu minggu.     

"Io … Cezar … Vio…." Hanya tiga nama itu yang selalu keluar dalam gumamannya.     

Damian dan Jack saling bertatapan dengan khawatir, tidak tahu harus melakukan apa. Steve benar-benar seperti orang gila sekarang.     

Di sisi lain, Steve juga tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak gila. Ia sadar ia telah membuat Damian dan Jack cemas tapi ia tidak ingin melakukan apapun. Kepergian Ioan dan anak-anaknya memberinya pukulan yang terlalu besar.     

'Apa ini karena aku tidak memperlakukan mereka dengan baik?' Steve sadar ia tidak pernah memperhatikan keluarganya dengan baik selain satu bulan belakangan ini. Ia bermaksud menebus semuanya dengan memperlakukan keluarganya dengan lebih baik lagi di masa depan tapi mungkin Ioan berpikir bahwa ia telah terlalu arogan dengan berpikir hanya dengan bersikap seperti itu cukup untuk menebus semuanya.     

Mungkin lebih baik ia musnah saja dari dunia ini. Mungkin Ioan menginginkan itu sebagai penebusannya. Namun, ia masih terhubung kontrak dengan Luca jadi ia tidak bisa mati.     

Steve tiba-tiba berdiri dengan penuh tekad. "Aku akan meminta Luca memutuskan kontrak biar aku bisa mati."     

"Tu—tunggu! Tuan! Jangan gegabah! Io tidak mungkin menginginkan itu!" Damian dan Jack berusaha menghentikannya.     

Steve menghempaskan keduanya hingga jatuh terduduk di lantai. Damian hampir terantuk meja nakas. Untung saja ia mengubah arah jatuhnya dan sebagai gantinya, menabrak tempat sampah yang ada di dekat. Isi tempat sampah itu jatuh berceceran.     

"Kau salah! Ioan pasti menginginkannya. Jika aku mati, mungkin ia akan kembali. Setidaknya kalian bisa membantunya membesarkan putra-putraku."     

Keduanya tahu Steve tidak lagi berpikir dengan akal sehatnya. Mereka yang telah mengamati keduanya selama bertahun-tahun sangat sadar bahwa Ioan mencintai tuannya itu. Pria itu hanya irit ucapan sehingga Steve yang tidak peka tidak menyadarinya.     

Jack segera menghalanginya. Ia akan menghalangi Steve apapun yang terjadi, itulah tekadnya.     

Damian ingin membantu ketika matanya menangkap segumpal kertas yang tercecer bersama isi tempat sampah. Tulisan yang agak kacau di dalam kertas itu sangat familiar bagi Damian.     

Ia yang telah mengajari Cezar dan Viorel menulis bersama Ioan jadi ia sangat hafal bentuk tulisan mereka. Itu adalah tulisan Cezar!     

Damian buru-buru meluruskan kertas itu dan menyodorkannya di depan wajah Steve. "Baca itu! itu dari Cezar!"     

Mendengar nama putra sulungnya, Steve berhenti melawan Jack. Ia cepat-cepat mengambil kertas itu.     

'Ayah, jangan benci Papa. Papa tidak punya pilihan lain untuk pergi'     

Hanya ada dua kalimat itu di dalam kertas tersebut tapi itu cukup untuk menghentikan tekad Steve untuk mencari kematian. Pikirannya mulai jernih kembali.     

Selama dua hari dua malam, ia memikirkan maksud isi pesan itu. Sepertinya Ioan memiliki alasan yang mendesak untuk pergi dan dari cara Cezar menuliskannya, itu sepertinya bukan karena Ioan membenci Steve. Ia bahkan takut Steve membencinya karena kepergiannya itulah mengapa Cezar menuliskan ini.     

'Apa yang terjadi di hari itu?' Ia tidak tahu tapi itu membuatnya ingin memastikan alasan yang sebenarnya.     

Ia akan mencari Ioan! Apapun caranya, ia harus bertemunya kembali dan menanyakan alasannya.     

Pada akhirnya, setelah kepergian Ioan, oleh karena ia tidak lagi memiliki istri seorang half-beast, Luca mendesaknya untuk kembali menjadi kepala keluarga.     

Steve juga akhirnya menerima posisi itu kembali karena dengan posisinya itu, ia akan lebih mudah mendapatkan sumber daya manusia untuk menyelidiki keberadaan Ioan. Ia pun kembali bekerja sebagai dokter kandungan di rumah sakit pusat kota.     

Di sana, di dalam rak mejanya yang telah penuh dengan foto-foto Ioan dan putranya, ia memasukkan surat berharga dari Cezar. Rak itu penuh dengan kenangan yang berharga.     

Tok! Tok!     

"Masuk!"     

"Dokter! Keadaan anakku aneh!"     

Sepasang suami istri incubus terburu-buru masuk dengan bayinya di dalam dekapan. Steve segera memeriksanya.     

"Tidak apa-apa. Hanya demam biasa karena perubahan cuaca. Aku akan memberikan resep obat untuknya."     

Mendengar itu, sepasang suami istri muda itu menghela napas lega. Ini anak pertama mereka dan mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Saking leganya, istrinya sampai menangis.     

"Syukurlah anak kita baik-baik saja!"     

Keduanya saling menghibur dengan penuh cinta dan kasih sayang. Melihat itu, Steve kembali diingatkan dengan Cezar dan Viorel. pernah sekali Cezar demam dan Ioan kelabakan olehnya. Pada saat itu, Steve bahkan tidak bisa mengeluarkan kata-kata penghiburan yang penuh kasih sayang seperti suami istri di hadapannya.     

Bahkan Ioan saat itu memarahinya karena Cezar yang takut oleh wajah Steve yang cemberut.     

["Bisakah kau tersenyum sedikit?!"]     

Steve penuh dengan penyesalan. Ketika bersama dengan orang yang ia cintai itu, jangankan kasih sayang, ia bahkan tidak bisa memberinya sebuah senyuman yang menyenangkan sekali pun.     

Jika ia bertemu kembali lagi dengan mereka….     

Sudut bibir Steve terangkat, membentuk lengkungan senyum yang lembut. 'Aku akan memberikan mereka senyum yang banyak yang dapat membuat mereka bahagia….'     

____     

EXTRA     

*Ketika sudah kembali bertemu Ioan*     

Steve: *tersenyum*     

Ioan: *tegang* mengapa dia tersenyum seperti itu? ini menyeramkan! Dia bahkan masih tersenyum ketika aku menendangnya! Dia jangan-jangan … masokis?! *sambaran petir*     

Pada akhirnya, senyuman Steve hanya membawa kesalahpahaman yang lebih dalam hahahaha….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.