This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kecupan



Kecupan

0Pada malam harinya, setelah selesai mengelap tubuhnya dengan dibantu oleh Damian, Ioan terus menatap wajah malaikat kecilnya tanpa merasa bosan sama sekali.     
0

Ia bersyukur karena mempertahankan bayi ini dan tidak sabar untuk melihat buah hatinya yang lain yang sayangnya harus berdiam lebih lama di dalam perutnya.     

Damian pergi keluar, hendak membuang air bekas lap dan mengambilkannya makan malam. Ioan menepuk perutnya yang keroncongan dengan lembut. "Sebentar lagi kau akan kenyang," gumamnya seraya tertawa kecil.     

Pintu kamarnya terbuka. Mengira Damian telah datang membawa makan malamnya, ia hendak memanggilnya tapi langsung terhenti. Wajahnya yang cerah menjadi sedikit redup ketika ia menemukan bahwa itu adalah Steve yang memasuki kamarnya.     

Steve berpura-pura tidak menyadari perubahan ekspresi wajah itu dan meletakkan nampan berisi makan malam Ioan di atas nakas sementara ia menarik sebuah kursi untuk duduk di samping tempat tidur.     

Ioan dengan was-was mengamati seluruh pergerakan Steve. Tangannya tanpa sadar mendekatkan Cezar pada tubuhnya, menjauhkannya dari jangkauan Steve.     

"Tidak perlu begitu waspada. Aku datang untuk membicarakan bayi yang masih ada di dalam kandunganmu."     

Telinga Ioan bergerak kecil sebelum kembali tegak, tidak bisa menghilangkan kewaspadaannya. Ekornya melambai keras, menghantam tempat tidur, menghasilkan bunyi 'thump thump'.     

"Tenanglah. Aku tidak datang untuk memanggilmu menggugurkannya." Steve langsung memahami pemikiran Ioan.     

Bagaimana mungkin ia menyuruh Ioan menggugurkan kehidupan yang berusaha ia pertahankan dengan bayaran yang sangat besar.     

Namun, tentunya Ioan tidak tahu keputusan mulia yang diambil Steve saat ia sedang dalam keadaan kritis itu. Di dalam benak Ioan, walaupun telah melihat beberapa kehangatan Steve, ia tetap sangat yakin bahwa Steve sangat tidak senang karena memiliki anak dengan half-beast dan masih memiliki pemikiran untuk menyingkirkan mereka.     

Steve ingin meminta Ioan membiarkannya menggendong Cezar – begitulah nama anak pertamanya yang telah mewarisi gen rambut birunya itu yang ia dengar dari Damian dan Jack – tapi jika ia meminta hal itu, ia yakin seratus persen Ioan akan semakin waspada dan curiga. Jadi, ia mengurungkan niatnya.     

Berdehem kecil sembari menyeruput teh hangat yang ia bawa bersama dengan makan malam Ioan, ia memutuskan untuk segera membicarakan tujuan utamanya.     

"Mengenai penyaluran energi sihir…."     

Steve mengambil secangkir teh dan meneguknya habis. Tangannya menggaruk tengkuk yang tidak gatal, seperti sangat gugup dan tidak nyaman. Matanya bergerak menuju Ioan kemudian ke tempat lain lalu ke Ioan lagi dan begitu seterusnya untuk beberapa detik.     

Ketika ia menyadari ekspresi Ioan yang mulai tidak sabar, barulah Steve meletakkan cangkir itu kembali dan kembali berdehem.     

"Jadi … begini. Aku akan mentransmisikan energi sihir secara rutin setiap pagi, siang, dan malam. Cara mentransmisikan energi sihir cukup banyak tapi yang termudah adalah dengan menggenggam tanganmu. Hanya saja itu adalah cara yang paling lambat dan melihat keadaan janinmu yang tidak terlalu baik, kau bisa mengandung lebih dari lima tahun lagi dengan cara transmisi itu."     

Ioan terbelalak. "Selama itu?!"     

Steve mengangguk. Separah itulah kerusakan yang terjadi pada janin Ioan sehingga membutuhkan jumlah energi sihir yang sangat besar.     

"Ada cara lain untuk mentransmisikan energi sihir tapi … ehem … cara yang cepat membutuhkan semacam praktik yang cukup intim. Jadi, aku ingin tahu bagaimana pendapatmu tentang itu."     

"Praktik intim yang seperti apa?" Beberapa ide melayang di benak Ioan, mendirikan bulu kuduknya.     

Wajah Steve sedikit memerah. Jari jemarinya bergerak-gerak di sekitar kerah pakaian dengan tidak nyaman. "Yang paling cepat … dengan melakukan hubungan seks."     

Ioan hampir tersedak ludahnya sendiri. Wajahnya merah padam seketika.     

Steve buru-buru menambahkan, "Tapi aku tidak bermaksud melakukan itu! Aku berpikir untuk melakukannya melalui kecupan. Walaupun itu lebih lama tapi estimasi waktu terlamanya mungkin sekitar dua tahun lebih sedikit sebelum bayi itu benar-benar siap terlahir ke dunia."     

Ioan bengong. Otaknya sudah macet ketika ia mendengar kata kecupan. Tangannya refleks menyentuh bibir. "Di … sini…?" gumamnya tanpa sadar dan ketika ia menyadarinya, sudah terlambat.     

Steve mendengar ucapannya dan entah mengapa wajahnya semakin memerah. Bukannya ia tidak berpengalaman. Sebagai seorang incubus, di umurnya yang sudah mencapai 3 digit, ia kaya akan pengalaman. Namun, mungkin karena sudah lama ia tidak melakukannya, ia tidak lagi terbiasa dan mulai merasa malu hanya dengan mengucapkannya.     

"Ya," jawab Steve singkat.     

Wajah Ioan semakin panas. Sejujurnya, ia agak enggan. Ia tidak mengenal pria ini dengan baik walaupun telah tinggal selama 3 bulan di kediamannya. Tiba-tiba harus melakukan sesuatu yang intim … ia tidak siap. Lagipula, ia tidak berpengalaman akan hal-hal di bidang itu dan pengalaman pertamanya terlewati dalam keadaan dirinya yang hampir tidak sadar. Ia bahkan tidak ingat apakah Steve pernah menciumnya selama kecelakaan itu.     

Semakin dipikirkan, ia semakin merasa tidak nyaman.     

"Apakah energi sihir apapun bisa digunakan?" Ioan akhirnya memutuskan untuk mempertimbangkan energi sihirnya sendiri. Jika energi api hitamnya bisa digunakan, ia akan mengambil risiko untuk membeberkan mengenai api hitamnya untuk menghindari kemungkinan kecupan itu.     

'Aku akan dicium olehnya tiga kali sehari mulai sekarang!' Pekiknya dalam hati, panik.     

Ia bahkan tidak bisa menghadapi Steve dengan baik sekarang apalagi setelah melakukan kegiatan intim seperti itu. 'Aku tidak tahu harus bagaimana menatapnya!'     

Steve menggeleng. "Kau tahu ada berapa jenis sihir?"     

Ioan mengernyit. Ia berusaha mengingat ajaran ibunya. "Hm … maksudmu elemennya?"     

Steve kembali menggeleng. "Paling dasar terbagi menjadi dua. Sihir penyerangan dan sihir penyembuhan. Bukan berarti tidak ada yang bisa menggunakan keduanya. Banyak incubus yang dapat menggunakan kedua jenis sihir itu secara bersamaan. Namun, mereka tidak akan menjadi ahli di keduanya sekaligus. Yang bisa melakukan itu … yah, mungkin hanya Luca Mocanu dan para bawahannya."     

"Namun, pada dasarnya, setiap incubus terlahir dengan salah satu keahlian itu dan selama masa hidupnya, walaupun ia bisa menggunakan jenis keahlian lainnya, bentuk sihir yang paling ia kuasai tetaplah keahlian yang ia miliki sejak lahir itu. Jadi, jika seorang incubus terlahir dengan sihir penyerangan, maka sampai akhir ajalnya, ia akan lebih pandai menggunakan sihir penyerangan dibandingkan sihir penyembuhan."     

Ioan mengangguk paham. Ia ingat bahwa ibunya pernah menyinggung mengenai hal ini juga. Namun, sihir apinya adalah bentuk jenis ketiga yang tidak pernah ada di kamus sihir para incubus Kota Rumbell. Sihir apinya adalah sihir pertahanan karena seseorang yang terkena apinya tidak akan terluka tapi energi sihir yang mereka keluarkan akan ternetralkan dalam sekejap. Mereka tidak akan bisa menggunakan sihir untuk beberapa saat tergantung keahlian Ioan mengendalikan apinya.     

"Ada dua syarat untuk penyaluran energi sihir ini. Pertama, ia harus salah satu dari kita sebagai orang tua dari janin. Kedua, sihir dasarnya harus sihir penyembuhan. Dasarku adalah sihir penyembuhan makanya aku berani mengambil risiko ini."     

Ioan ingat ibunya pernah memberitahunya bahwa sihir api ini memiliki beberapa tingkat dan jika Ioan berhasil mencapai tingkat yang lebih tinggi, ia akan bisa menyerang atau menyembuhkan orang dengan api itu. Hanya saja, Ioan tidak pernah tertarik untuk melatih sihirnya lebih dari itu karena saat itu, ia tidak merasa memperlukannya. Jika ia tahu akan ada masa depan seperti ini, ia sudah akan berlatih segiat mungkin.     

'Tidak mungkin melatihnya sekarang. Prosesnya akan sangat lama,' batinnya seraya diam-diam menghela napas.     

"Baiklah. Aku mengerti. Kalau begitu, lakukan saja sesuai yang sudah kau rencanakan." Pada akhirnya, Ioan hanya bisa menerima nasibnya.     

Steve mengangguk dengan ekspresi datar. Tidak ada yang menyadari degupan jantungnya yang tiba-tiba mengencang.     

Dengan gerakan luwes, ia duduk di sudut tempat tidur lalu menarik lengan Ioan lembut agar keduanya mendekat.     

'Eh?! sekarang?!' Ioan memang sudah setuju tapi ia tidak menyangka akan melakukannya sekarang. Hatinya belum siap!     

Kedua bibir telah bersatu sebelum Ioan bisa melakukan apa-apa.     

"Mm…."     

Bunyi lumatan yang basah terpantul di dalam ruangan, membuat ujung telinga Ioan merah padam. Ia hampir kehilangan nafasnya tapi ketika ia berusaha menarik nafas dengan membuka mulutnya, Steve meneroboskan lidahnya dan menari-nari di dalam rongga mulutnya, merangsang setiap sudut hingga membuat Ioan lemas. Tangannya tanpa sadar mengenggam bahu Steve untuk mencegah dirinya benar-benar kehilangan energi dan merosot jatuh. Di saat yang bersamaan, ia bisa merasakan energi lembut yang hangat mengalir dari bibirnya menuju perut.     

'Istilah kecupan terlalu tidak cocok!' Ioan tidak mengharapkan akan mendapatkan kecupan yang begitu dalam dan panas. Bagian bawahnya bahkan sedikit mengeras ketika keduanya berpisah. Untungnya bagian itu tertutup selimut. Jika tidak, Ioan benar-benar tidak tahu harus bagaimana menatap Steve.     

Ioan segera menarik napas dalam-dalam, bagaikan ingin menghirup seluruh udara di dalam ruangan itu. Dadanya bergerak naik turun dengan kuat.     

Untuk beberapa saat, hanya terdengar suara napas mereka yang perlahan-lahan melambat dan kembali tenang.     

Mata keduanya terpaku terhadap satu sama lain. Tidak ada yang berbicara dan rasa malu menyergapi mereka tapi dua pasang bola mata yang indah itu tidak rela untuk melepaskan tatapan terhadap satu sama lain.     

Steve adalah yang pertama keluar dari pesona bola mata itu dan ia segera bangun dari posisi duduknya.     

Ioan merasa sedikit kosong ketika Steve melepaskan genggaman tangannya. Ia tanpa sadar ingin merasakan lebih lama kehangatan dari Steve yang tersalurkan dari genggaman itu.     

"Jangan lupa makan. Besok pagi aku akan kembali," ujar Steve terdengar cuek. Ia bahkan membelakangi Ioan dan hanya menampakkan punggungnya membuat Ioan sedikit kecewa.     

Ia tidak menyadari semburat merah pada telinga Steve sama sekali.     

Perasaan melankolis masih memenuhi Ioan ketika Steve keluar dan selama ia memakan makan malamnya. Baru ketika makanan itu hampir habis, bagaikan terlepas dari sebuah sihir pesona yang aneh, ia langsung merinding.     

'Perasaan apa itu?!' Mengapa ia harus kecewa dan begitu kosong hanya karena ditinggali pria itu?! Ini tidak masuk akal.     

Tidak bisa berhenti merinding, Ioan memutuskan untuk melupakannya dan kembali memfokuskan perhatiannya pada putra kecilnya.     

Ketika Damian kembali, ia menemukan Ioan telah terlelap….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.