This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Ibu



Ibu

0Kepala Toma mengepulkan asap putih. Tubuhnya panas dingin tiap kali bayangan Vasile muncul di benaknya.     
0

'Lupakan! Lupakan!' serunya dalam hati seraya menggelengkan kepalanya kuat hingga terasa akan putus.     

Dari pada itu….     

Toma kembali memfokuskan pikirannya setelah berhasil menenangkan diri.     

Tadi Vasile memberitahukannya bahwa pria itu memiliki urusan.     

'Urusan apa malam-malam begini?'     

Insting Toma merasa ia harus mengetahui apa yang dilakukan Vasile. Setelah mempertimbangkan konsekuensinya, Toma akhirnya memutuskan untuk mengikuti insting itu.     

Membungkus tubuhnya dengan jaket panjang hitam untuk berkamuflase, ia pelan-pelan keluar dari kamar. Segala gerakannya sangat hati-hati agar tidak menghasilkan bunyi maupun suara yang dapat menarik perhatian orang lain.     

Mengendus-ngendus sekelilingnya, ia menemukan aroma sabun di tubuh Vasile yang masih tersisa di ruangan itu.     

Aroma itu menuntun Toma menuruni tangga menuju lantai satu lalu memasuki sebuah lorong yang akan membawanya menuju ruang makan. Toma mengernyit. 'Apa yang dia lakukan di ruang makan malam-malam begini?'     

Percakapan samar-samar mulai tertangkap telinga Toma ketika ia masih berjarak beberapa meter dari ruang makan.     

"Apa? Itu benar?"     

"Tidak kusangka, Tuan Luca benar-benar turun dari posisi Kepala Kaum dengan semudah itu?"     

Telinga Toma berdiri tegak dengan kaget. Mata abunya membulat. "Eh?"     

'Apa tadi? Luca Mocanu tidak lagi menjadi kepala kaum?!'     

*****     

"Namaku Liliane Mocanu, Ibu dari Luca. Maafkan aku telah mengejutkanmu." Hantu wanita berpakaian dress sederhana serba putih itu berlutut di atas tempat tidur sambil membungkuk dalam-dalam kepada Mihai.     

Mihai yang masih gemetaran karena takut langsung terbelalak. "Apa katamu?! Ibu siapa?!"     

Liliane tersenyum lembut – yang tetap terlihat seram karena bibirnya yang pucat. "Ibu dari suamimu," ujarnya seraya tertawa kecil.     

"Suami—" Mihai hampir tersedak ludahnya sendiri. Wajahnya tiba-tiba memanas tanpa alasan dan jantungnya mulai terpacu.     

Melihat reaksi itu, Liliane tergelitik untuk tertawa semakin lebar. Walaupun ia punya andil dalam kesalahan ini, ia tidak merasa bersalah telah melibatkan pria ini dalam kehidupan putranya.     

Ngomong-ngomong tentang andil….     

Sebenarnya, pertemuan Mihai dengan putranya bukanlah kebetulan belaka. Semuanya adalah perbuatannya.     

Ia sudah lama bergentayangan di sekitar putranya. Namun, putranya tidak bisa melihatnya. Ketika ia sedang iseng berjalan-jalan di sekitar kota beberapa bulan yang lalu, tanpa sengaja ia bertemu dengan Mihai yang baru saja dipecat. Ia ingin Mihai bertemu dengan Luca jadi, ia sengaja menerbangkan brosur lowongan pekerjaan di kapal itu ketika mendengar bahwa Luca akan ada di sana. Ketika ia mendengar Luca telah sampai, ia juga yang sudah memandu Mihai kepada Luca -- Liliane menemukan bahwa sepertinya Mihai dapat mendengar suaranya walaupun Mihai sendiri tidak sadar dan mengira suara Liliane sebagai pikiran Mihai sendiri.     

Satu hal yang menjadi kesalahannya adalah ia tidak mengira Mihai akan memasuki masa kawinnya saat itu. Ia mengira Mihai hanya sakit biasa dan memandunya pada Luca untuk meminta pertolongan. Siapa tahu, setelah mendapatkan pertolongan, hal itu bisa membawa pada keakraban di antara keduanya – yang sebenarnya jika dipikir-pikir sekarang, itu adalah hal yang hampir 99,99999% mustahil. Tidak ia sangka, hasilnya akan menjadi Mihai yang hamil anak putranya.     

Namun, ia tidaklah menyesal karena ini mungkin menjadi jalan yang terbaik untuk putranya. Itulah mengapa, ia terus membisikkan bimbingan lain kepada Mihai yang mungkin saja bisa membantu mengembangkan kedekatan pasangan suami istri ini.     

Liliane merasa bangga dengan dirinya dan idenya. Akan tetapi, ini adalah rahasia! Ia tidak akan pernah memberitahukan hal ini kepada Mihai karena ia tidak ingin ditebari garam[1] oleh pria harimau ini.     

----------------------     

[1] Garam itu banyak digunakan untuk mengusir hantu atau hal-hal yang tidak bagus. jadi, maksudnya Liliane masih ingin bergentayangan di sekitar Mihai dan tidak mau diusir setelah ketahuan kalau semua penderitaan Mihai terjadi karena Liliane ini.     

-----------------------     

"Me—mengapa Ibu muka suram ada di sini?! Mengapa aku bisa melihat Bibi? Sejak kapan?!" Otak Mihai kacau akibat ketakutannya. Saking takutnya, ia memeluk Liviu sangat erat.     

"Da! Da!" seru Liviu sambil menunjuk-nunjuk Liliane, seperti ingin menjelaskan sesuatu. Namun, Mihai hanya bisa melihat Liviu dengan bingung.     

"Daaa!" Liviu masih tidak mau menyerah.     

"A—aku tidak paham Livi!" seru Mihai akhirnya membuat Liviu cemberut.     

Liviu akhirnya menatap tajam Liliane dan ber-'da' lagi kepada hantu wanita itu.     

Liliane tertawa kecil. "Baiklah. baiklah. aku akan menjelaskan," ujarnya kepada Liviu.     

Mihai melongo bingung. "Kau bisa paham?"     

Liliane mengangguk kecil. "Sebenarnya, aku sudah ada di sekitar mu sejak kau bertemu Luca. Tapi kau tidak pernah bisa melihatku. Hanya Liviu kecil ini yang bisa melihatku dan sering berkomunikasi denganku. Jadi, ia sangat senang ketika kau juga akhirnya bisa melihatku."     

'Tidak! Aku tidak senang!' Mihai masih pucat pasi. Ia tidak pernah melihat hantu dan mengira dirinya tidak menakuti makhluk-makhluk itu. Akan tetapi, ketika makhluk itu benar-benar muncul di depannya seperti sekarang, ia benar-benar gemetar ketakutan.     

"A—apa yang Bibi inginkan?! Mengapa menggentayangiku?!"     

"Itu…." Liliane berpikir sejenak. "Aku tidak bisa bilang."     

"Hah?! Me—mengapa?" Mihai ingin protes dengan lebih kuat tapi rasa takutnya menghalangi.     

"Maaf." Liliane hanya bisa mengatakan satu itu dengan alis yang mengkerut ke atas. Ia terlihat menyesal tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.     

Bibir Mihai mengerucut tidak puas. "Bi—Bibi benar-benar tidak bisa pergi?"     

Liliane mengerjap-ngerjap kecil. Ia mengetukkan jari telunjuknya pada bibir beberapa kali dan tiba-tiba sosoknya menghilang.     

"HIII!!" Mihai langsung ngeri dan hampir berteriak histeris seperti perempuan ketika Liliane tiba-tiba muncul di belakangnya dan menepuk bahunya. ia meloncat di atas tempat tidur dan menjauh beberapa meter hingga jatuh berguling dari tempat tidur.     

Liliane langsung tertawa terbahak-bahak. "Jangan takut begitu. Aku tidak berbahaya kok."     

"Mana mungkin tidak takut! Kau hantu! Hantu!" protes Mihai. Punggung dan kepalanya berdenyut-denyut akibat benturan dengan lantai.     

Melihat wajah merah karena marah, Liliane tertawa semakin kencang. "Santailah. Santai. Tidak perlu takut padaku. Aku sangat baik kok."     

Walaupun dibilang begitu, Mihai tetap takut. Ia naik kembali ke atas tempat tidur dan meringkuk di sudut terjauh dari Liliane dengan Liviu masih di dalam pelukannya. Telinganya terlipat ke bawah dan tertutup rapat. Ekornya pun bersembunyi dibalik punggungnya, benar-benar ketakutan.     

"Da...," gumam Liviu yang menepuk-nepuk lengan Mihai, berusaha menenangkan papanya itu.     

"Dari pada itu…." Liliane menghentikan tawanya dan kembali naik ke atas tempat tidur. Agar tidak memicu ketakutan yang lebih, ia tidak lagi menggoda Mihai dan mengambil sudut terjauh dari Mihai. Liliane tiba-tiba membungkuk dalam hingga dahinya menyentuh permukaan kasur. "Terima kasih karena tidak menyerah untuk berada di dekat Luca. Maafkan sikapnya yang dingin dan mohon jaga dia."     

"Ha—hah?! Ti—tidak perlu membungkuk seperti itu! a—aku melakukan ini hanya untuk kebaikanku sendiri."     

Liliane menggeleng kecil. "Walaupun begitu, aku sangat senang. Setelah aku meninggal, anak itu menjadi jarang tertawa dan setelah 'kejadian itu', ia bahkan tidak bisa tertawa lagi. Tapi, jika ada kau, dia pasti akan kembali seperti semula." Sinar haru terpancar dari iris emasnya yang berkaca-kaca.     

Bingung, Mihai memiringkan kepalanya. Ia tidak bisa memahami maksud Liliane. Bagaimana bisa Luca yang tiap hari hanya berekspresi dingin dan terlihat sangat membencinya bisa tertawa karena dirinya. 'Apa ibunya mati karena penyakit gila?' Mihai mulai curiga bahwa ia digentayangi oleh hantu gila.     

"Ah! Kau berpikir jelek tentangku! Kuperingatkan, aku tidak gila!" Liliane pura-pura cemberut.     

"Eh?! Kau bisa membaca pikiranku?!" Refleks, Mihai menutup kepalanya dengan kedua tangan, seolah-olah ia bisa menyembunyikan pikirannya dengan itu.     

Tidak menjawab, hantu wanita itu hanya tersenyum penuh misteri.     

Kebingungan semakin menyelimuti Mihai. Semuanya begitu tidak masuk akal!     

Informasi mengenai keabadian Luca dan sejarah Kota Rumbell. Ia yang tiba-tiba mati dan hidup kembali lagi. Dan sekarang, ia bisa melihat hantu yang adalah ibu mertuanya! Apa-apaan semua ini? Apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya?     

Namun, otaknya yang minimalis tidak bisa memberinya jawaban. Pada akhirnya, hanya kelelahan yang kuat yang menyelimuti dirinya.     

Tanpa ia sadari, matanya menjadi berat dan berangsur-angsur menutup. Dalam beberapa detik, dengkuran halus menggema di dalam kamar.     

Liviu mendongak kecil. "Da?"     

"Sst … biarkan Papamu tidur. Dia pasti lelah setelah mengalami banyak hal hari ini," bisik Liliane seraya memperbaiki posisi tidur Mihai dan menyelimutinya.     

Liviu yang sudah terlepas dari pelukan Mihai dan sekarang duduk di sebelah orang tuanya itu mengangguk setuju dan menutup bibirnya rapat-rapat.     

Liliane mengelus kepala Mihai dengan lembut. Matanya menatap pria itu dengan penuh kasih sayang.     

"Terima kasih karena telah kembali ke sisi Luca, Asaka Mihai."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.