This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kabar Terkini yang Meresahkan



Kabar Terkini yang Meresahkan

0Cezar yang telah berbalut kemeja dan celana kain – pakaian kerjanya – berjalan keluar dari kamar sambil merapikan kancing lengan panjang pakaiannya. Perutnya sedikit bergemuruh, mendesaknya untuk berjalan lebih cepat menuju dapur untuk sarapan.     
0

"Papa?"     

Ketika ia hendak mengambil piring untuk sarapan, ia menemukan Ioan yang sedang berdiri diam di tengah dapur tanpa melakukan apa-apa. Wajah papanya tertunduk suram dengan alis yang berkerut dalam seperti sedang memikirkan sesuatu.     

Mendengar panggilan putra tertuanya, Ioan tersadar dan langsung menyapanya, "Selamat pagi, Cezar." Ia memaksakan sebuah senyum agar tidak membuat putranya cemas.     

"Ada apa, Pa?" Cezar tentunya tidak mengabaikan hal itu membuat senyum di wajah Ioan memudar.     

"Hah … aku khawatir…." Ioan menghela napas panjang.     

"Ini tentang Mihai?"     

Ioan mengangguk.     

Cezar berpikir sejenak. "Apa terjadi sesuatu?" Ia belum mendengar ada kabar apa pun mengenai adiknya setelah adiknya berkunjung ke rumah.     

"Tadi, ketika aku pergi berbelanja, aku mendengar rumor bahwa Tuan Luca Mocanu diturunkan dari posisinya karena hubungannya dengan Mihai. Aku takut telah terjadi sesuatu pada Mihai. Aku sudah meneleponnya tapi tidak diangkat." Saking cemasnya, Ioan tanpa sadar menggigiti kuku-kukunya.     

Cezar segera menarik tangan Ioan dan menepuk punggungnya pelan. "Tenang, Papa. Yang berada di sampingnya adalah Luca Mocanu. Aku yakin, ia akan baik-baik saja."     

"Tapi Tuan Luca juga membenci half-beast. Jika, jika…." Ioan benar-benar tidak tenang.     

Mungkin orang-orang akan berpikir bahwa ia bodoh karena mencemaskan putranya yang tidak bisa mati. Namun, bukan begitu!     

Walaupun ia tahu Mihai tidak bisa mati, tetap ada hal yang ia cemaskan, seperti jika Mihai ditusuk hingga mati dan hidup kembali, atau mereka memutuskan untuk menyekap Mihai selamanya di ruangan gelap karena tidak bisa membunuhnya. Kedua hal itu sama-sama akan memberikan kesengsaraan bagi putranya.     

Dengan tangan yang gemetar hebat, ia mencengkeram lengan Cezar dengan kuat. "A—apa aku harus pergi mencarinya dan menyelamatkannya?"     

"Papa!" Cezar balas mencengkeram bahu Ioan dengan erat dan penuh keyakinan seraya menepuknya beberapa kali untuk menenangkan. Ia paham apa yang dicemaskan Ioan dan ia sendiri cemas. Namun, mereka tidak boleh bertindak gegabah. "Aku akan mencari tahu keadaannya lebih detail lagi. Jika memang Mihai dalam bahaya, aku akan menemani Papa untuk menyelamatkannya. Jadi, tenanglah dulu sekarang, ya?"     

Akhirnya, Ioan bisa menjadi lebih tenang akibat ucapan yang tegas dari putra tertuanya itu. ia mengangguk kecil sebagai jawaban membuat Cezar tersenyum puas.     

"Papa, apa sarapan sudah siap?" Cezar merekahkan senyum hangatnya untuk meringankan beban yang ada.     

"Ah! tunggu sebentar!" Akibat pikirannya tentang Mihai, Ioan hampir lupa untuk masak. Ia segera menarik panci, dan menyalakan kompor.     

"Biar aku bantu."     

Di dalam hati, Cezar semakin merasa cemas. Secara kepribadian, ia hampir 100 persen mirip dengan papanya dalam hal tingkat kecemasannya. Jika Ioan cemas, biasanya ia juga akan cemas.     

Semenjak Mihai hamil dan akhirnya lari ke tempat Luca untuk meminta pertanggung jawaban, hari-hari papanya dan dirinya dipenuhi kecemasan. Mendengar kabar mencemaskan ini membuat Cezar hampir berlari keluar untuk mencari tahu kejelasan kabar itu. Namun, untuk sekarang, menenangkan Ioan menjadi prioritas utama karena jika Ioan nekat berlari menuju gedung pemerintahan kaum incubus untuk mencari Mihai, bukan hanya adik kecilnya yang dalam bahaya, papanya juga akan dalam bahaya. Ia harus mencegah munculnya masalah yang lebih ruwet lagi.     

'Aku akan mencoba meneleponnya saat perjalanan ke kantor….'     

*****     

"Hati-hati ya, Cezar." Ioan melambaikan tangannya pada Cezar yang juga balas melambaikan tangan seraya berjalan menjauh.     

Ketika sosok Cezar sudah tidak terlihat lagi, senyum luntur dari wajahnya. Tangannya menggenggam ponsel dengan erat. Ia kembali menelepon Mihai tapi tetap saja tidak tersambung.     

'Anak ini! Selalu membuatku cemas!'     

Ioan benar-benar ingin berlari ke kediaman Luca Mocanu atau gedung pemerintahan kaum incubus untuk memastikan keadaan putranya tapi ia yang akan dalam bahaya jika ia berlarian di sekitar area tempat tinggal kaum incubus.     

Ia berdecak kesal melihat ketidakberdayaannya.     

Semua ini akibat kesalahannya di masa muda. Jika saja semua itu tidak terjadi, ia masih bisa berjalan bebas ke mana pun ia mau, tidak terkurung di tempat terpencil ini hingga bahkan tidak bisa mengunjungi putranya yang tinggal jauh dan mungkin dalam bahaya sekarang.     

Semakin ia memikirkannya, semakin ia ingin menonjok dirinya sendiri.     

"?!"     

Tiba-tiba, ia merasakan tatapan yang menusuk ke arahnya. Dengan waspada, ia menajamkan mata dan telinganya, mengawasi sekelilingnya dengan cermat dan seksama. Namun, tatapan itu hanya terasa beberapa detik sebelum hilang tanpa bekas.     

'Apa aku berhalusinasi?'     

"Papa? Ada apa berdiri diam di luar?" Dari dalam rumah, sosok Viorel yang masih setengah mengantuk dengan rambut acak-acakkan muncul. Ia melihat ke sekeliling rumah tapi tidak menemukan sesuatu yang menarik untuk membuat papanya berada di luar rumah.     

Ioan menatap putra keduanya bergantian dengan lingkungan sekitarnya sebelum akhirnya menggeleng. "Tidak ada apa-apa. Ayo masuk dan sarapan."     

'Mungkin itu adalah tatapan dari Vio…,' batinnya.     

Baru ketika pintu rumah itu tertutup rapat, semak-semak di balik sebuah pohon tinggi yang kokoh yang terletak tidak jauh dari rumah itu bergemerisik diikuti kemunculan sebuah sosok jangkung berpakaian kemeja dan rompi coklat yang rapi.     

Pria itu menghela napas lega sambil membenarkan letak kacamatanya. "Hampir saja aku ketahuan…." Tangannya membersihkan rambut coklatnya dari dedaunan kering serta merapikan pakaiannya yang sedikit kusut dan kotor.     

"Tapi … ternyata Tuan Luca benar." Jack Pavel tersenyum bahagia. Ia sudah mencari keberadaan Ioan selama 18 tahun ini. "Tuan pasti sangat bahagia mendengar kabar ini!"     

Mengeluarkan sayapnya, ia pun terbang dengan kecepatan tinggi, menuju kediaman tuannya.     

*****     

Cezar menatap layar ponselnya dengan kesal. Ia telah menelepon Mihai berkali-kali selama perjalanannya menuju kantor, tapi tidak ada satu pun yang diterima oleh adiknya itu.     

'Dasar! Selalu saja membuat cemas!'     

Tangannya bergerak pada layar ponsel, hendak menelepon adiknya lagi ketika matanya menangkap sebuah sosok gadis bertelinga kelinci yang berjalan beberapa meter di depannya. Telinga panjangnya yang biasanya tegak penuh semangat itu tertekuk lesu.     

"Sophia, ada apa?" tanya Cezar setelah mempercepat langkah kakinya, mendekati mantan pacarnya itu.     

Sophia tersentak kaget. "Ah … Cezar. Selamat pagi. Aku tidak apa-apa, memangnya kenapa?" sapanya dengan senyum manisnya yang biasa.     

Cezar menatap gadis yang ia cintai itu dengan seksama, melihat apakah ada yang disembunyikan gadis itu. Namun, Sophia terlihat sangat bahagia seperti biasa.     

'Apa aku salah lihat?' Pikirnya dan memutuskan itu adalah kebenarannya.     

"Tidak ada apa-apa. Baguslah kalau kau baik-baik saja," ujar Cezar tulus.     

Sophia memiringkan kepalanya dengan sedikit bingung tapi melihat Cezar peduli kepadanya, ia tersenyum bahagia. Wajahnya sedikit memerah malu-malu.     

Keduanya berjalan berdampingan. Sudah lama Cezar tidak berjalan di samping Sophia seperti ini. Rasanya mereka kembali seperti dulu. Jika ada bedanya dengan dulu, adalah jarak di antara mereka yang menjadi lebar saat berjalan seperti ini.     

"Cezar…."     

"Hm?"     

Sophia membuka mulutnya tapi kembali menutupnya lagi, terlihat ragu tapi juga sangat ingin menyampaikan sesuatu.     

"Ada apa So—"     

"Sophi!" Suara seorang pria menyela perkataan Cezar dan sesosok jangkung berkulit sawo matang langsung mendekat dan berhenti di antara mereka.     

Cezar langsung cemberut dan mendengus kesal.     

Melihat reaksi itu, pria sawo matang mengangkat wajahnya dengan angkuh. Tatapan matanya merendahkan Cezar secara terang-terangan. "Woi karyawan! Tidak sopan sekali menyapa bos mu dengan dengusan, hah?"     

Mengepalkan tangannya erat-erat, Cezar menahan diri untuk tidak berkata kasar kepada Direktur perusahaan tempat ia bekerja itu yang sekaligus merupakan pacar Sophia sekarang. "Selamat pagi, Direktur Adrian," sapanya dengan sangat enggan.     

Adrian tersenyum mengejek. Sengaja, ia melingkarkan tangannya pada pinggang Sophia dengan penuh mesra. "Sophi, aku sangat merindukanmu! Bagaimana hari minggumu? Menyenangkan?" tanya Adrian dengan penuh perhatian. Ia mempercepat langkahnya dan menarik Sophia menjauh dari Cezar.     

Sebelum memasuki gedung kantor, Adrian melirik sosok Cezar dan memberinya tatapan penuh kemenangan yang menyulut api kemarahan pada diri Cezar. Wajahnya merah padam tapi ia masih menahan diri untuk tidak mengumpat.     

Ia tidak paham mengapa Sophia menyukai pria seperti itu hingga rela membatalkan rencana pernikahan mereka setelah menjalin hubungan selama 7 tahun lamanya.     

'Apa yang bagus darinya, Sophia?'     

Cezar yakin ia lebih baik dibandingkan Adrian. Se—selain … keuangannya….     

"Hah…."     

'Lupakan saja!' Ia tidak ingin mencurigai Sophia sebagai gadis matre. Lagi pula, jika gadis itu bahagia, Cezar akan merelakannya walaupun ia akan dihantui oleh mimpi buruk yang terus memutar ulang adegan di hari Sophia memutuskan hubungan mereka….     

-----     

EXTRA:     

Setelah Mihai menenangkan Liviu yang menangis dan mandi, ia bersiap-siap untuk makan. Ketika ia hendak mengambil kunci kamar, matanya menemukan ponselnya yang sudah lama tidak ia gunakan.     

Mihai mengambil ponselnya dan memencet tombol untuk mengaktifkannya tapi layar ponsel itu tidak kunjung bercahaya.     

"Hm? Kenapa tidak hidup?"     

Mihai terus memencet tombol tersebut tapi hasilnya sama saja. Ponselnya sudah mati total.     

Sepertinya, ponselnya memang sudah harus diganti….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.