This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Misteri Keberadaan Vasile (2)



Misteri Keberadaan Vasile (2)

0"Kenapa aku harus membantu kalian mencuci baju?!" Mihai menggerutukan hal yang sama untuk kesekian kalinya.     
0

Kedua anak kembar yang juga sedang menggosok baju, memutar mata dengan malas.     

"Gerakkan tanganmu…," ujar Daniela.     

"Bukan mulutmu," tambah Daniel.     

Mihai mengerucutkan bibirnya. "Iya, iya!"     

'Aku akan melakukannya demi mengetahui keberadaan Vasile!' Batinnya seraya mulai menggosokkan pakaian pada papan gosok. Oleh karena amarahnya, ia menggosok dengan sangat kuat hingga busa-busa sabun meloncat ke segala arah dan pakaian yang digosoknya terasa akan robek kapan saja.     

Daniela buru-buru menegur, "Jangan terlalu kuat! Nanti robek."     

"Eh? Ah … baiklah," gumam Mihai yang segera melembutkan gosokannya. Dengan penuh kehati-hatian, ia menggosok pakaian itu dan dalam sekejap, ia sudah fokus pada kegiatan menggosok baju, tidak lagi memikirkan tentang Vasile ataupun kemarahannya.     

Melihat itu, Daniela dan Daniel saling menatap satu sama lain lalu terkikik-kikik kecil. Mihai yang berada di hadapan mereka bagaikan seorang ibu yang sedang menggendong bayi pertamanya, memperlakukan baju itu dengan sangat lembut karena takut merusaknya.     

Terkadang, mereka bingung sebenarnya yang mana yang merupakan Mihai. Apakah yang kasar, atau yang lembut dan penuh perhatian seperti ini?     

*****     

Mihai berkacak pinggang di depan tempat jemuran dengan penuh kepuasan. Seluruh keringatnya tidak tercurahkan dengan sia-sia.     

Lihatlah semua kain-kain yang terpampang di depan ini! Putih bersih dan berkilau di bawah matahari di hari pertama musim semi.     

Mata Mihai berbinar-binar bahagia melihat hasil pekerjaannya.     

Di belakangnya, kedua anak kembar juga ikut bersorak dan menepuk tangannya untuk memberikan selamat kepada Mihai atas hasil pekerjaannya yang sempurna ini.     

Bagaikan di dalam film-film, alunan musik kemenangan yang biasa menjadi soundtrack bagi pemenang olimpiade olahraga di Kota Rumbell terdengar di seluruh tempat itu.     

'Bodoh! Bukan waktunya membanggakan hasil cucianmu!'     

"AGH!!! Benar juga!" teriaknya tersadar oleh kebodohannya.     

Mihai membalikkan badannya, hendak menanyakan keberadaan Vasile hanya untuk melihat Daniela dan Daniel yang masih mengelu-elukan kepandaian Mihai dalam mencuci didampingi dengan alat pemutar musik yang masih terus mengeluarkan soundtrack kemenangan.     

"Hentikan musiknya!"     

Entah mengapa ia merasa malu dengan kelakuan mereka itu dan akhirnya berteriak tanpa kendali. Tidak menunggu kedua anak kembar itu lagi, ia segera menyerbu pemutar musik itu dan menutupnya.     

"Mihai tidak seru! Buu~ Buu~" protes keduanya dengan mulut yang dimanyunkan.     

"Berisik!" Mihai mencubit bibir keduanya. "Cepat beritahu aku di mana Vasile!"     

Kedua anak itu berusaha melepaskan cubitan Mihai dengan sekuat tenaga. Ketika mereka berhasil lepas, bibir mereka sudah bengkak dan berdenyut-denyut sakit.     

"Mihai jahat! Aku tidak mau memberitahumu!"     

"Tidak mau kasih tahu!"     

Daniel dan Daniela melipat tangan di depan dada dan membuang muka sambil mendengus 'hmph!'     

Geram, Mihai tanpa sungkan-sungkan mencubit pipi keduanya.     

"Agh! Lepas! Mihai jahat!"     

"Mama, kami dibuli Mihai!"     

Keduanya terus merengek. Namun, Mihai tidak peduli. Dengan mata mengancam ia berkata, "Cepat beritahu keberadaan Vasile!"     

*****     

Victor memasukkan beberapa bibit baru ke dalam tanah yang sudah digembur dan menutupnya kembali dengan tanah yang berada di sekeliling lubang itu. Ia kemudian berpindah ke lubang di sampingnya dan melakukan hal yang sama.     

Ia sedang menanam buah jenis baru yang diproduksi oleh Keluarga Stoica setelah eksperimen yang cukup panjang. Hal ini sangat tepat untuk dilakukan di hari pertama datangnya musim semi.     

Walaupun ia terlihat sangat serius dan fokus, jika melihat lebih dekat lagi, akan terlihat matanya yang menerawang. Pikirannya sedang tidak berada di tempat yang sama dengan tubuhnya.     

'Apakah Claudiu baik-baik saja?'     

Setelah mendengar bahwa pemimpin kaum half-beast itu sakit, ia menjadi cemas sekaligus curiga. Cemas jika kesehatan Pak Tua itu memang memburuk. Namun, juga curiga bahwa ada sesuatu dibalik kabar mengenai sakitnya itu. Lagi pula, walaupun Claudiu tidak pernah mengatakannya, ia menyadari bahwa terdapat beberapa pihak yang tidak terlalu menyukai kepala kaum itu.     

'Apa dia benar-benar baik-baik saja?'     

Jangan salah paham! Bukan berarti Victor menyukai Kaum half-beast. Seharusnya sudah diketahui bahwa ia sangat-sangat membenci half-beast, mungkin melebihi siapa pun yang ada di dalam kediaman ini, termasuk tuannya.     

'Tapi … kalau Claudiu….'     

Victor tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Hanya saja, mereka sudah saling mengenal cukup lama dan secara otomatis menjadi sedikit lebih dekat saja.     

"Hah…." Helaan napas tanpa sadar kabur dari mulutnya.     

"Woi, Victor!"     

Sebuah tepukan di bahu menyadarkannya dari lamunan. Ketika ia menoleh, ia menemukan sosok Mihai yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.     

Victor mengernyit bingung. "Ada apa?"     

"Kau melihat Vasile? Aku dengar dari kedua anak brengsek itu, Vasile ada di sini," tanya Mihai yang terus celingak-celinguk, berusaha mencari sosok Vasile juga.     

"Ha? Vasile?"     

'Untuk apa Vasile datang ke sini?'     

Ia tidak pernah memperbolehkan siapa pun memasuki kebunnya ini. Untuk memanen hasilnya pun, ia biasanya hanya memperbolehkan Albert dan Lonel membantunya. Alasannya adalah Vasile serta Ecatarina dan juga kedua anaknya itu tidak memiliki sense berkebun sama sekali. Dulu, ketika ia meminta bantuan mereka, semuanya begitu kacau hingga ia harus mengusir mereka.     

Baru saja ia ingin menjawab, sebuah suara menggema di kepalanya….     

'"Victor, biarkan dia melakukan sesuatu di kebunmu, tahan dia untuk tidak mencari Vasile."' Suara Ecatarina terdengar.     

'"Hah? Memangnya kenapa?"'     

Ecatarina menjelaskan keadaannya secara singkat dan akhirnya Victor paham apa yang sedang terjadi.     

Akan tetapi….     

Victor melihat Mihai dari atas ke bawah.     

Terlihat sekali Mihai bukanlah pemuda yang memiliki sense berkebun. Lihat saja betapa kasarnya pria ini hingga ia dengar, kereta kuda Tuannya saja sampai roboh. Victor tidak bisa membiarkan Mihai merusak tanamannya.     

"Hm? Tatapan apa itu?" Mihai yang menyadari sedang ditatap oleh Victor langsung protes. Ia merasa kesal melihat tatapan itu, seperti ia sedang direndahkan.     

Victor segera menggeleng dan mengubah ekspresi wajahnya. Ia tidak ingin Mihai mengamuk di kebunnya dan merusak segalanya.     

"Dari pada itu, cepat beri tahu aku di mana Vasile!" desak Mihai yang sudah tidak sabar. Ia telah menghabiskan cukup banyak waktu dengan sia-sia.     

Berbeda dengan dirinya yang tidak mengetahui bahwa kedua anak itu berbohong, Liviu sudah tahu semuanya. Namun, dengan dirinya yang belum bisa berbicara dengan benar, papanya tidak akan paham. Ia juga berusaha mencari sosok Liliane, berharap wanita itu bisa memberitahukan kebenarannya, tapi di saat dibutuhkan, wanita itu malah tidak terlihat batang hidungnya.     

Di sisi lain, Victor dilemma. Namun, ia juga tidak ingin mendapat tatapan dingin dari tuannya akibat kesalahannya.     

'Tidak ada pilihan lain….'     

"Aku akan memberitahumu kalau kau membantuku menanam bibit ini di semua area ini."     

"Eh? Lagi?" protes Mihai.     

"Kalau tidak mau, ya sudah. Aku tidak akan beri tahu keberadaan Vasile kepadamu," ujar Victor acuh tak acuh. Ada bagian kecil di dalam dirinya yang menginginkan Mihai menolak idenya itu.     

Mihai mengepalkan tangannya dengan geram. Ia ingin memberontak tapi ia sangat butuh Vasile sekarang. Pada akhirnya, ia menyerah. "Baiklah…."     

'Tch!' Victor berdecak kesal di dalam hati. Dengan penuh keengganan, ia mulai mengajarkan apa yang perlu dilakukan Mihai.     

****     

Di dalam perpustakaan….     

Luca menutup buku novel kedua yang baru selesai ia baca. Ia menatap buku itu dengan tatapan datar.     

Otaknya tahu bahwa isi buku ini sangat tragis dan menyedihkan. Namun, walaupun ia mengetahui hal itu, tidak ada rasa sedih yang memenuhi dirinya. Air mata pun tidak muncul.     

Helaan napas tanpa sadar kabur dari mulutnya.     

'Ini tidak akan berhasil….'     

"Eh? Salah? Ma—maaf, aku tahu jadi jangan arahkan chainsaw itu kepadaku!!"     

Sebuah teriakan samar-samar masuk ke dalam perpustakaan melalui sela-sela jendela tinggi di dalam ruangan. Suara teriakan itu mampu membuat Luca secara otomatis menjadi jengkel.     

"Apa lagi yang harimau itu lakukan?"     

Dahinya mengernyit samar.     

Ia berdiri dari kursinya lalu berjalan menuju salah satu jendela. Kebetulan, jendela itu mengarah langsung pada kebun Victor. Ketika Luca melihat melewati jendela itu, ia bisa langsung melihat Mihai yang sedang berjongkok di salah satu bagian tanah kebun dengan kedua tangan yang dipenuhi tanah.     

Mihai terlihat sangat serius dan hati-hati menanam bibit dan menutup lubang itu dengan tanah. Ketika ia berhasil, matanya menatap Liviu dengan penuh binar bahagia bagaikan anak kecil yang baru saja mendapatkan pujian dari ibunya.     

Deg!     

"?" Luca menyentuh dan menatap dadanya, sedikit bingung. Awalnya, ia merasa jantungnya yang tiba-tiba berdetak dengan kuat. Namun, tangannya tidak menemukan jejak detakan itu walaupun ia sudah menyentuh seluruh bagian dadanya.     

'Apa itu tadi?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.