This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Akhirnya



Akhirnya

0Di saat yang sama, di kediaman Luca Mocanu….     
0

"Akhirnya selesai juga…." Mihai menepuk-nepuk tangannya yang dipenuhi tanah lalu meregangkan sendi-sendi dan otot-ototnya yang kaku. Baru saja ia menyelesaikan area terakhir yang perlu ditanami bibit baru.     

Wajahnya mendongak ke atas untuk meregangkan lehernya ketika Ia menemukan langit yang sudah mengeluarkan semburat jingganya. Saking fokusnya, ia tidak menyadari bahwa hari sudah berubah menjadi sore. Liviu pun telah tertidur pulas di punggung Mihai.     

Tiba-tiba, sebuah tangan menepuk punggungnya.     

"Terima kasih untuk kerja kerasnya. Karena bantuanmu, pekerjaanku jadi lebih cepat selesai," ujar Victor seraya menyodorkan sebotol air dingin. Rasa ragunya terhadap Mihai telah hilang seluruhnya ketika melihat betapa rapinya pekerjaan pria itu – sangat sulit dibayangkan, melihat dari gelagat Mihai yang kasar.     

"Sama-sama." Mihai juga puas dengan pekerjaannya. Ia meneguk air dingin itu dan tenggorokannya yang bagaikan ladang kering segera kembali segar bugar.     

'Ah … aku telah bekerja keras hari ini…,' batinnya yang dipenuhi kebahagiaan.     

Namun….     

'Rasanya ada yang kulupakan…?'     

"..."     

Burung gagak berkoak-koak melewati langit sore yang luas….     

"AGHHH! AKU LUPA AKU HARUS MENCARI VASILE!"     

Victor terlonjak kaget akibat teriakan yang tiba-tiba. Sejujurnya, ia juga sudah melupakan alasan utamanya membuat Mihai bekerja di kebunnya.     

Mihai ingin mengutuk dirinya yang telah melupakan hal sepenting itu! ia segera menarik kerah pakaian Victor. "Katakan di mana Vasile! Aku sudah membantumu mengerjakan ladang!"     

"Eh? Hah? Va—Vasile?"     

'Ga—gawat! Aku benar-benar tidak tahu Vasile ada di mana!' Sebagai rasa terima kasih, Victor benar-benar ingin memberitahukan Mihai keberadaan Vasile. Namun, ia benar-benar tidak tahu menahu mengenai keberadaan paman itu.     

"Victor!"     

"Tu—tunggu! Aku pikir dulu!"     

"Ha? Kenapa kau harus berpikir dulu? bukannya kau tahu di mana Vasile?"     

Di tengah keributan yang terjadi di ladang, sesosok hantu wanita dengan santai terbang mendekat sambil tertawa-tawa kecil. Tentunya ia adalah Liliane yang dari awal sudah tahu Mihai telah dibodohi oleh para pelayan. Hanya saja, karena ia terlalu seru menonton, ia tidak segera membantu Mihai.     

"Mihai~ aku tahu di mana Vasile, jadi ikuti aku!" seru Liliane yang sudah puas menonton.     

"Eh? Benarkah?!" Mata Mihai berbinar bahagia.     

"Hah? Apanya?" Victor mengernyit bingung karena Mihai tiba-tiba bicara sendiri. Tentunya ia tidak bisa melihat sosok Liliane apalagi mendengar suaranya.     

Liliane yang melayang di sekitar mereka mengangguk. "Ikut aku!"     

"OK!" seru Mihai lagi dan tanpa menghiraukan Victor, segera berlari pergi mengikuti Liliane, meninggalkan Victor yang masih kebingungan dengan apa yang telah terjadi.     

*****     

Vasile akhirnya kembali dari persembunyiannya ketika hari sudah menjadi sore. Ia rasa, setelah bersembunyi begitu lama, Mihai pun pastinya telah menyerah mencari Vasile. Jadi, ia dengan santai membuka pintu utama kediaman dengan sihirnya….     

"Paman Vasile!!!"     

"?!"     

Dari kejauhan, terlihat Mihai yang sedang berlari dengan kecepatan tinggi mendekati Vasile.     

Vasile langsung memucat.     

'Ternyata dia belum menyerah!' Refleks Vasile ikut berlari pergi.     

Namun, entah dari mana kekuatan itu berasal, Mihai berlari dengan sangat-sangat cepat sehingga dalam sekejap, lengan kiri Vasile tertangkap.     

"Kau tidak akan bisa lari lagi!" seru Mihai dengan senyum licik terlukis di wajahnya. "Cepat bukakan pintu perpustakaan itu!"     

Vasile masih berusaha untuk lepas dari genggaman Mihai tapi gagal. Tangan Mihai seperti borgol yang kuat dan keras, tidak bisa terlepas bagaimana pun Vasile berusaha menguaknya.     

'Kekuatan macam apa ini?!'     

Tanpa menunggu jawaban, Mihai telah menarik Vasile yang terus meronta ke dalam rumah dan langsung menuju lantai dua. Ia tidak kesulitan sama sekali bagaikan sedang membawa bulu. Ketika ia berhenti di depan perpustakaan pun, Mihai tidak terlihat kelelahan sama sekali sementara Vasile sudah ngos-ngosan.     

"Cepat buka pintunya!"     

Vasile melihat Mihai dan pintu perpustakaan itu secara bergantian. Dilemma memenuhi dirinya. Ia ingin menaati perintah keponakannya tapi….     

"Aduh! Aduh! Sakit, bodoh!"     

Genggaman Mihai begitu kuat hingga Vasile merasa tulangnya akan patah. Sekali lagi, ia terheran-heran akan kekuatan aneh yang tiba-tiba dimiliki Mihai ini.     

Tidak ingin kehilangan tangannya karena ia masih harus memeluk Toma kesayangannya, pada akhirnya, ia hanya bisa meminta maaf dalam hati dan membuka pintu itu.     

Ketika pintu terbuka, Mihai segera menerobos masuk dan menutup pintu itu kembali. Ia tidak akan membiarkan Luca kabur lagi!     

Aroma buku-buku tua segera memasuki penciumannya.     

Di hadapannya sekarang, sebuah ruangan yang tiga kali lipat lebih besar dari kamar tidurnya memasuki area penglihatan.     

Tepat di seberang pintu masuk, terhampar deretan jendela tinggi yang menyalurkan cahaya jingga sore hari. Di tengah-tengah, terdapat lampu gantung yang bertingkat dan bercabang ke segala arah. Di setiap cabangnya memiliki tempat yang terisi sebatang lilin. Seluruh batang lilinnya tersulut oleh api, menjadi penerang di dalam ruang perpustakaan yang sedikit gelap.     

Sekitar lima meter dari pintu masuk, berjejer rak-rak buku tinggi yang padat oleh buku. Kemudian, di ujungnya, terdapat anak tangga yang melingkar ke atas yang akan membawanya menuju lantai kedua dari ruangan itu yang juga diisi penuh dengan rak buku, hal itu berlanjut terus hingga lantai ketiga.     

Jendela tinggi yang menghiasi ruangan itu juga berlanjut hingga lantai ketiga. Di bagian paling atasnya, bahan jendela yang awalnya merupakan kaca bening diganti menjadi stained glass yang berwarna-warni, memberikan suasana yang misterius.     

Mihai sangat terpukau oleh ruangan perpustakaan itu. Walaupun ia benci buku, ia pernah bekerja di perpustakaan. Namun, perpustakaan Kota Rumbell bahkan tidak seindah ruangan ini.     

Sebuah dengusan lembut tertangkap telinganya, menyadarkannya seketika itu juga.     

Ia segera menoleh pada sumber suara dan menemukan Luca Mocanu yang sedang duduk di sebuah kursi dengan sebuah buku di tangannya. Matanya tidak terlepas dari buku itu bagaikan tidak menyadari adanya pertambahan dua makhluk hidup lagi di dalam ruangan itu.     

Melihat sosok suram dan arogan itu, Mihai kembali mengingat amarahnya.     

Ia melangkah besar-besar menuju Luca dan tanpa basa-basi memukul meja yang berada di hadapan Luca.     

BAM!     

"Muka suram, berani-beraninya kau mengingkari janji lagi!" Ia melampiaskan seluruh kemarahannya.     

Liviu yang sudah terbangun dari tadi juga ikut ber-'da' ria untuk mendukung papanya.     

Namun, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Luca. Mulutnya tertutup rapat dan matanya masih terus terfokus pada isi buku yang sedang ia baca.     

"Woi!" Mihai berusaha menarik perhatian Luca tapi seberapa banyak kalinya ia menusuk pipi dan lengan Luca serta melambaikan tangan di depan mata merah itu, Luca tidak bergerak sedikit pun.     

Hampir saja ia mengira Luca yang ada di hadapannya adalah boneka ketika tangan kanan pria itu bergerak untuk membalik halaman buku.     

"Agh! Jangan mengabaikanku!" geram Mihai. Tangannya menarik rambut Luca sekuat tenaga hingga Luca tidak bisa lagi mengabaikannya.     

"Diam!" pinta Luca seraya menarik lengan Mihai dan melepaskannya dari rambutnya.     

Mihai tidak mempedulikan perintah itu. "Aku tidak akan membiarkanmu mengingkari janji lagi!" ancamnya.     

Namun, Luca sudah kembali dalam mode manekin lagi.     

"AGHHH!!" Tanpa ampun, Mihai menarik rambut Luca dengan keinginan untuk membotakkan kepala itu. Tidak hanya rambut saja, ia juga mulai menarik kedua tanduk Luca.     

Luca kembali menarik lengan Mihai tapi kali ini, Mihai bertahan dengan sekuat tenaga hingga Luca juga perlu mengeluarkan tenaga dan usaha lebih untuk menarik Mihai. Namun, tidak ia duga, Mihai bisa bertahan bahkan ketika Luca sudah menggunakan energi sihirnya.     

Selama beberapa menit, keduanya beradu tenaga. Tidak ada yang bergerak satu sentimeter pun dari tempat mereka berpijak.     

'Aku tidak akan kalah!' Sumpah Mihai.     

'Apa yang terjadi dengan half-beast ini? Apa dia monster?' Pikir Luca yang setengah bingung setengah tidak ingin kalah. Harga dirinya akan jatuh jika ia kalah adu kuat dengan half-beast ini.     

Di samping Mihai, Liviu meletakkan kedua tangan kecilnya pada lengan Mihai, berharap bisa memberi kekuatan lebih dengan itu.     

"Gh!"     

"Egh!"     

Keduanya mengerahkan semakin banyak kekuatan lagi. Di saat yang sama, Mihai menangkap isi dari buku yang sedang di baca Luca.     

"Eh? Buku itu bukannya…."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.