This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Tersembunyi di Tengah Bukit (2)



Tersembunyi di Tengah Bukit (2)

0"Aku harus menghentikan mereka sebelum bertambah menjadi 100 lagi…."     
0

Mihaela mengernyit bingung. "Maksud Tuan?"     

"Ah … tidak ada." Silver tanpa sadar telah mengeluarkan keresahannya. Ia seharusnya tidak mengatakan hal ini karena hanya akan membuat Mihaela dan yang lainnya ketakutan dan cemas.     

Namun, Mihaela telah merasakan bahwa ada yang tidak beres. Jadi, ia tidak bisa membiarkannya begitu saja. "Tuan, ada apa? Apakah ada sesuatu yang buruk akan terjadi?" tanyanya sambil mencengkeram lengan Silver kuat.     

Silver menatap gadis itu dengan ragu. Mulutnya terbuka tapi kembali tertutup.     

"Katakan saja, Tuan!"     

Silver menatap pandangan tajam gadis itu untuk beberapa saat. Akhirnya, ia menghela napas pasrah. Mungkin memang ada baiknya mereka mengetahui tentang ini dan mungkin mereka bisa mencari jalan keluar ketika hal buruk itu benar-benar terjadi.     

"Kemarilah." Silver berjalan menuju area yang lebih sepi. "Aku hanya akan memberitahumu. Terserah kau apakah ingin memberitahukan ini kepada petugas yang lain tapi jangan sampai kalian meresahkan anak-anak," pesannya.     

Mihaela mengangguk.     

"Tuan Luca sudah tidak bisa mentoleransi hal ini lagi. Ia memberiku batasan sekarang. Jika jumlah mixed blood bertambah 100 lagi, maka ia akan membunuhnya."     

Mata gadis itu terbelalak lebar. Warna langsung hilang dari kulit wajahnya. "I—itu … bo—bohong … kan?" Ia beharap itu hanyalah lelucon tapi ia lupa, Silver bukan orang yang pandai bercanda.     

Melihat wajah Silver yang semakin suram saja sudah cukup bagi gadis itu mengetahui bahwa ini adalah fakta yang ada. Namun, ia tetap tidak ingin mempercayainya.     

"Bukankah Tuan Luca sudah berbaik hati membuatkan panti ini untuk kami? Mengapa baru sekarang ia ingin membunuh kami?" Emosi gadis itu meluap-luap membuat suaranya semakin meninggi.     

Silver langsung menenangkannya. "Jangan terlalu keras!"     

Akan tetapi, bisa dibilang, Silver juga memikirkan hal yang sama dengan Mihaela.     

Pasalnya, 18 tahun yang lalu….     

Luca memasuki ruangan yang dipenuhi dengan bayi mixed blood dengan murka. Ia sudah siap membunuh semuanya tanpa menyisakan satu pun.     

Namun, Silver masih ingat semuanya dengan sangat jelas.     

Luca yang mendekati box bayi besar. Tangannya yang terangkat sudah dipenuhi energi sihir yang sangat ganas, siap meluncur pada jantung setiap bayi yang ada di sana.     

Akan tetapi….     

Salah satu bayi yang melihatnya tiba-tiba tertawa kecil.     

Di saat yang sama, Luca menghentikan tangannya.     

Ekspresi wajahnya terlihat menyakitkan membuat Silver terheran-heran. Apa yang membuat gunung es itu bisa berekspresi seperti itu?     

Dan akhirnya, Luca mengurungkan niatnya untuk membunuh.     

Silver tidak bisa membayangkan Luca akan sanggup membunuh seluruh mixed blood ini sekarang. 18 tahun memang panjang tapi bagi Luca yang sudah hidup lebih dari seribu tahun, Silver yakin, 18 tahun hanya sekejap mata.     

"Aku tidak tahu apa yang Tuan pikirkan. Yang aku tahu, Tuan Luca memang menganggap mixed blood adalah makhluk yang … maaf … sesuatu yang hina dan perlu dibinasakan. Dan niatnya untuk membunuh kalian sekarang adalah hal yang nyata. Tapi, aku akan berusaha mencegahnya," ujar Silver tegas. Dengan cara apa pun, ia akan menepati janjinya ini.     

Mihaela masih cemas. Akan tetapi, ia tidak mungkin menyulitkan Silver lebih dari ini jadi ia mengangguk dan berpura-pura lega.     

Setelah berbincang-bincang mengenai beberapa fasilitas yang kurang dan perlu ditambahkan, Silver pamit. Mihaela mengantarkannya hingga ke perbatasan penghalang.     

Ketika sosok Silver tidak terlihat lagi, senyum langsung hilang dari wajah Mihaela.     

'Tidak bisa begini! Jika dibiarkan, kami akan celaka!' Batinnya cemas.     

Tangannya merogoh saku dan mengeluarkan secarik surat yang sudah sedikit lecek. Amplopnya putih bersih, tidak ada tulisan di atasnya. Ketika ia membuka amplop itu, secarik kertas yang penuh dengan tulisan berada di sana.     

Di bagian teratas dari kertas itu, tertera nama pengirimnya, Himemiya Anna, yang mengaku merupakan seorang mixed blood seperti mereka. Anna mengajak mereka untuk memberontak kepada Kaum incubus maupun Kaum half-beast yang sudah menolak mereka.     

Mihaela curiga bagaimana wanita ini bisa melewati penghalang dan meletakkan surat ini. Lagi pula, mereka mendapatkan perlindungan dari Luca Mocanu jadi tidak mungkin mereka melakukan hal yang menginjak kebaikan seseorang itu.     

Namun, mendengar rencana Luca tadi membuat Mihaela berpikir dua kali untuk menolak.     

'Apa lebih baik kami bekerja sama?' Ia rasa ia harus mendiskusikan ini kepada yang lain.     

*****     

Vasile berjalan menuju kamarnya dengan senyuman yang sangat lebar. Semua ini diakibatkan oleh Luca yang akhirnya menepati janjinya dan makan bersama dengan sang istri.     

Saat-saat makan bersama ini begitu manis hingga Vasile merasakan hatinya menghangat.     

Ia bisa melihat perubahan raut wajah Luca yang walaupun kecil tapi merupakan sebuah perkembangan yang cukup membahagiakannya. Selain itu, Luca juga terlihat lebih perhatian kepada Mihai serta Liviu dan Mihai pun terlihat lebih tenang – tidak lagi meletup-letupkan emosinya seperti air mendidih – ketika bersama Luca.     

Luca juga tanpa sadar mulai memiliki keinginan untuk mendominasi Mihai.     

Ketika Mihai dengan tidak pekanya menggulung kaos bajunya agar Liviu bisa meminum susunya, Luca langsung menatap tajam ke seluruh pelayan.     

Mereka yang tentunya sangat peka langsung berjalan keluar dari ruang makan tanpa basa-basi lagi.     

'Aku berharap ini adalah tanda yang baik….'     

Sambil bersenandung ria, Vasile membuka pintu kamarnya, tidak berharap akan langsung dipertemukan dengan Toma yang entah sejak kapan sudah berdiri di balik pintu, menunggunya.     

"Vasile," panggil Toma yang terdengar terlalu manis di telinga Vasile membuatnya curiga.     

'Apa yang dipikirkannya?' Vasile sedikit was-was tapi ia tetap membalas dengan riang. "Ada apa, Toma?"     

Toma melirik Vasile sebentar lalu melihat ke arah lain. Mulutnya terbuka tertutup terlihat sedikit ragu dan tubuhnya bergeliat-geliat aneh.     

"Ada apa, Toma?" tanya Vasile sekali lagi.     

"I—itu…." Toma masih terlihat ragu.     

Kali ini, Vasile tidak memaksanya dan hanya menunggu dalam diam.     

Setelah beberapa menit, akhirnya Toma menarik napas dalam-dalam lalu berkata dengan lantang, "Aku ingin kencan!"     

"..."     

Vasile mengerjap-ngerjap, masih mencerna….     

Wajah Toma semakin merah seperti kepiting rebus. Wajahnya tertunduk dalam tidak bisa menatap Vasile.     

Mulut Vasile mulai ternganga….     

Toma bergeliat-geliat mulai tidak sabar.     

Vasile masih loading….     

"Ce—cepat katakan sesuatu!" Akhirnya Toma tidak tahan lagi.     

Toma malu sekali! Walaupun ia melakukan ini agar ia bisa keluar, tetap saja ini adalah pertama kalinya ia mengajak seseorang untuk berkencan. Jadi, jantungnya tidak bisa berhenti berdegup kencang.     

"A—ah … i—iya. Baiklah. kau mau kapan?" tanya Vasile yang tiba-tiba mulai gugup tapi senyum di wajahnya semakin lebar.     

Batinnya sudah bersorak-sorai. Apakah ini tandanya Toma sudah membuka hati kepadanya?!     

Tentunya tidak tapi Vasile tidak tahu hal itu. Jadi, ia hanya bisa menganggap ini sebagai tanda bahwa Toma mulai memiliki rasa kepadanya dan menerimanya.     

"Ba—bagaimana kalau lusa?" Toma tidak menyangka akan semudah ini. Hatinya bersorak gembira sekaligus gugup. Semoga Vasile setuju dengan waktu yang ia inginkan.     

Dan….     

Vasile mengangguk. "Baiklah."     

'Yes!' Toma mengepalkan tangannya dan diam-diam menghentakkannya. Senyum merekah di wajahnya. "Terima kasih!" serunya bahagia.     

Vasile mematung di tempat. Baiklah … sekarang ia dihadapkan oleh senyum manis pertama dari orang yang ia cintai!     

Toma belum pernah tersenyum padanya. Jika ada pun, itu hanya senyum sinis atau senyum palsu.     

Ini pertama kalinya Toma tersenyum dari hatinya dan itu pun kepada Vasile!     

Vasile sudah berkali-kali membayangkan senyum Toma tapi melihatnya langsung membuat jantung Vasile hampir copot. Senyumnya berkali-kali lipat lebih manis dari bayangannya, saking manisnya hingga adik kecil Vasile mulai berdiri dan mengeras dengan semangat.     

'Oh! Aku tidak bisa tahan lagi!'     

Vasile langsung mengangkat Toma dan melemparkannya ke tempat tidur.     

Toma gelagapan melihat itu. namun, belum sempat ia memprotes, ia kembali tenggelam dalam gairah dan membiarkan Vasile memakannya lagi malam itu….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.