This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Merenung



Merenung

0Di halaman belakang kediaman Udrea….     
0

Adrian duduk bersandar pada kursi taman yang terletak di tengah rerumputan. Kuncup bunga yang masih berwarna hijau tersebar di berbagai sudut taman itu, bersiap-siap untuk mekar karena musim semi sudah mulai menyapa.     

Ia mengambil secangkir teh panas di atas meja bundar di sampingnya dan meneguknya tanpa melepaskan pandangannya dari langit malam yang sedikit mendung. Langit itu bagaikan dapat membaca perasaannya membuat ia menghela napas sedih.     

Padahal ia bermaksud mencari suasana baru untuk menghibur hatinya. Jika ia terus melihat langit mendung seperti ini, perasaannya akan menjadi semakin berat.     

Alasan dirinya menjadi seperti ini tidak lain tidak bukan adalah Sophia.     

Awalnya, ia mendekati Sophia karena misinya bersama Silver. Daigo Sophia merupakan cicit dari Daigo Tudor di mana saat itu, Silver dan Adrian mendapat informasi bahwa ada gerakan yang mencurigakan dari half-beast itu dan pendukungnya. Selain itu juga, Daigo Tudor terlihat lebih berkuasa dibandingkan Kepala Kaum mereka yang asli dan kebencian Tudor terhadap kaum incubus terlihat sangat jelas.     

Silver dan Adrian yang curiga akan terjadi pemberontakan akhirnya membuat rencana ini, yaitu mendekati cicitnya. Rencana ini muncul karena Adrian tahu Sophia bekerja di perusahaannya jadi ia rasa akan mudah mendekati gadis itu. Adrian akan mengorek informasi mengenai Daigo Tudor dan berusaha mendekati Tudor melalui cicitnya itu.     

Ya, Adrian mengakui bahwa saat itu, ia tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap gadis kelinci itu. ia juga tahu bahwa Sophia memiliki pacar half-beast yang bekerja dengannya dan memasuki jajaran manajer. Ia sedikit merasa bersalah kepada pria itu tapi setelah mendekati Sophia dan mengetahui kelembutan dan kemanisannya, Adrian yang sangat menghargai dan mencintai half-beast pun luluh.     

Awalnya, ia masih melawan perasaannya. Ia tidak tahu apakah Daigo Tudor benar-benar berbahaya atau tidak. Akan tetapi, pada akhirnya ia tidak bisa menahan dirinya lagi. Lagi pula, ia yakin seberapa jahatnya Tudor, Sophia tidak mengetahui mengenai hal itu.     

Ia bahkan menekan rasa bersalahnya dan merebut Sophia dari Cezar. Berkali-kali ia cemburu pada Cezar yang sangat mengenali Sophia sehingga ia juga berusaha keras untuk lebih mengenal Sophia.     

Tidak ia sangka, semuanya akan menjadi seperti ini.     

'Mengapa Sophia menyerangku? Apa dia menerima hubungan pacaran ini demi membunuhku?'     

Memikirkan itu membuat hatinya sakit. Bagi dirinya yang selalu menganggap Sophia adalah gadis polos nan manis yang memerlukan perlindungan darinya, ia merasa tidak lagi mengenal gadis yang dicintainya itu.     

"Hah…."     

Yang lebih memperburuk suasana hatinya adalah kabar dari pihak kepolisian.     

Beberapa menit yang lalu, para polisi yang selesai menginterogasi Sophia pun menghubunginya.     

["Ia tidak ingin memberitahukan kami apa pun selain hal ini … 'Apa yang kulakukan sekarang adalah keinginan pribadiku. Tidak ada hubungannya dengan kaumku…' begitulah yang dia katakan. Kami akan berusaha meninterogasinya lagi besok."]     

Dada Adrian terasa sesak.     

Hal yang paling ditekankan seseorang biasanya menggambarkan kebalikannya. Jadi, jika Sophia menekankan bahwa kaumnya tidak bersalah, kemungkinan besar Sophia mendapatkan tekanan atau perintah dari kaumnya.     

Mungkin kata tekanan tidaklah tepat. Gadis itu tidak terlihat tertekan dan ragu untuk membunuhnya. Walaupun begitu, jika Sophia ingin meminta maaf kepadanya dan terlihat sedikit menyesal, Adrian siap memaafkannya.     

Ya … ia tahu. Ini adalah pemikiran yang bodoh. Namun, bagi Adrian yang sangat mencintai gadis itu, ia masih tidak ingin hubungan mereka berakhir dengan cara yang begitu pahit.     

Ucapan Silver tiba-tiba terngiang di benaknya.     

["Kau yakin ingin menikah dengannya? Kau yakin dia bisa dipercaya?"]     

Itulah yang ditanyakan Silver saat mereka sedang berbincang di hari penurunan Luca dari jabatannya itu.     

Silver benar. Ia telah dibutakan oleh cinta. Seharusnya, ia berpikir lagi setelah mendapatkan pertanyaan itu dari sahabat karibnya karena ia tahu, intuisi pria itu sangatlah kuat.     

Namun, Adrian sadar bahwa ia berusaha menolak melihat hal-hal yang mencurigakan dari gerak-gerik Sophia. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Mereka akan bersatu dalam cinta.     

"Bodoh…." Adrian tertawa kecil, mengejek dirinya sendiri.     

Ia menyedihkan….     

Srek!     

Bunyi rerumputan yang bergesek dengan sesuatu tertangkap telinga Adrian. Ia menoleh dan mendapati sebuah sosok dari kejauhan sedang mendekat.     

Sosok itu berjalan pelan mendekati tempatnya berada. Itu adalah seorang pria dengan rambut berwarna biru terang. Irisnya yang berwarna jingga gelap melihat ke sana kemari sebelum terhenti pada Adrian. Matanya sedikit membulat.     

"Direktur?" gumamnya tanpa sadar.     

Adrian mengangkat alisnya dengan heran. "Asaka Cezar, mengapa kau ada di sini?"     

*****     

Cornelia bersenandung lembut sambil membantu suaminya merapikan meja kerjanya. Ekornya bergerak-gerak dengan riang.     

Suaminya, Filip Udrea, tersenyum kecil melihat Cornelia yang terlihat sangat bahagia. "Ada apa, Sayang? Terjadi sesuatu yang menyenangkan?"     

Cornelia langsung mengangguk seraya menatap suaminya dengan mata berbinar. "Adrian tadi membawa pulang tunangannya. Ia terluka dan Adrian terlihat sangat sedih. Jadi, aku meminta tunangannya itu pergi ke halaman belakang untuk menghibur Adrian (aku berbohong karena aku takut mereka sedang bertengkar dan sebenarnya tidak ingin melihat satu sama lain dulu). Aku berharap mereka semakin serasi dan menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia."     

"Eh? Sophia terluka? Apa yang terjadi?"     

Cornelia tertegun sejenak. "Sophia? Bukannya namanya Cezar?"     

Filip mengerjap-ngerjap bingung lalu menggeleng. "Tunangan Adrian bukan pria."     

"EH?!"     

Cornelia sepertinya sudah salah paham. Ia belum pernah melihat Sophia karena ketika gadis itu datang, ia sedang membawa putra bungsunya yang masih kecil ke rumah sakit untuk mengecek kesehatannya secara rutin. Ia pernah mendengar nama tunangan putranya tapi belakangan ini, ia menjadi sering melupakan hal-hal kecil seperti nama seseorang.     

'Lalu … Cezar ini siapa?'     

Filip menatap istrinya dengan bingung sementara Cornelia sendiri juga semakin bingung.     

*****     

Cezar tidak menyangka akan bertemu dengan atasannya di taman ini. Ia celingak-celinguk mencari sosok Cornelia tapi seberapa banyak kali ia melihat ke sekelilingnya, tidak ada sosok lain yang berada di sana selain Adrian.     

Di sisi lain, Adrian tidak tahu harus bertingkah seperti apa di depan pria ini. Pertama-tama, ia melirik luka di tangan Cezar dan merasa sedikit lega karena sepertinya lukanya tidaklah parah. Setelah itu, ia tidak tahu lagi harus melakukan apa.     

Ia ingin menyapa Cezar. Namun, ia langsung berhenti. Ia tidak tahu cara menyapa pria ini!     

Sepanjang ingatannya, selain berkomunikasi mengenai pekerjaan, Adrian hanya pernah menyapa pria ini dengan ejekan. Merubah sikapnya menjadi baik secara tiba-tiba terasa tidak benar.     

Kalau begitu, ia ingin mengabaikannya. Namun, Cezar telah menyelamatkan hidupnya dan mengambil sikap dingin juga tidak terasa benar dan kurang ajar.     

Adrian tidak menyangka pria ini akan menyelamatkannya. Di saat itu, Adrian terlalu bingung dan kaget hingga otaknya terasa lumpuh untuk beberapa saat. Jika tidak ada Cezar, ia pasti sudah terbelah dua.     

'Tapi … mengapa dia bisa tahu tentang rencana Sophia?'     

"Apa kau bekerja sama dengannya?" gumam Adrian tanpa sadar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.