This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Canggung



Canggung

0"Apa kau bekerja sama dengannya?"     
0

"Eh?"     

'Agh! Apa yang telah kau pikirkan?! Dia sudah menyelamatkanmu! Dan dia juga sudah menjelaskannya kepadamu di kantor tadi!'     

Namun, Adrian yang gengsi tidak bisa menarik kata-katanya lagi. Lagipula, ia masih tidak bisa mempercayai penjelasan Cezar sepenuhnya.     

Alis Cezar berkerut dalam. 'Aku tidak mengharapkan kata-kata terima kasih darinya tapi….' Ia tidak menyangka pria ini masih akan mencurigainya setelah semua yang ia lakukan.     

'Apa ucapanku begitu sulit untuk dipercayai?'     

Amarah mulai memenuhi dirinya. Untungnya, Cezar bukanlah orang yang mudah terbawa emosinya sendiri. Otaknya tetap jernih dan berpikir secara logis.     

Direkturnya ini baru saja dikhianati pacarnya yang sangat ia cintai. Ditambah dengan Sophia yang terlihat sekali sangat berhati-hati dalam melakukan rencananya agar tidak diketahui oleh orang lain. Namun, Cezar bisa datang menyelamatkan Adrian. Tentunya direkturnya ini tidak akan begitu mudah percaya dengan ceritanya.     

Tidak … mungkin direktur ini berharap bahwa apa yang dikatakan Cezar hanyalah sebuah kebohongan dan Cezar merupakan otak yang sebenarnya dari segala rencana jahat ini. Dengan begitu, Cezar yang akan menjadi penjahatnya dan Adrian bisa tetap mencintai Sophia dan memiliki hubungan yang membahagiakan dengan gadis itu.     

Cezar menarik napas dalam-dalam hingga merasa dirinya mulai tenang. Ia menatap Adrian lurus-lurus untuk memperlihatkan ketulusannya. "Terserah apakah Pak Direktur ingin mempercayai perkataanku atau tidak tapi kutegaskan, aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan rencananya seperti yang telah kusampaikan di kantor Anda."     

Adrian menatap Cezar lekat-lekat, dari pangkal kepala hingga ujung jari kaki, membuat Cezar menjadi sangat gugup. Setelah beberapa saat, akhirnya Adrian berkata, "Terserah."     

"..."     

"..."     

Hening….     

Saking heningnya, bunyi hembusan angin pun sangat jelas terdengar di telinga mereka.     

Namun, keduanya tidak kunjung berbicara lantaran tidak tahu harus membincangkan apa. Keduanya bahkan tidak bergerak dari posisi mereka, yang satunya duduk sambil menopang dagunya pada pegangan kursi sementara yang satunya berdiri diam, bagaikan patung pahatan.     

Satu menit….     

Dua menit….     

Lima menit….     

Keduanya mulai merasa tidak nyaman.     

'Tapi aku tidak tahu apa yang harus dibicarakan!' Teriak benak keduanya.     

'Berpikirlah! Pikirkan sebuah topik … eghh….'     

Ketika keduanya sedang sibuk dengan kegiatan mencari topik pembicaraan….     

"Kakak!"     

Sesosok mungil half-beast dengan sepasang telinga dan ekor singa berlari mendekati mereka. Rambutnya yang berwarna coklat sedikit mengembang dan tubuh mungilnya dibalut kemeja putih serta jas tak berlengan dengan bahan berkualitas tinggi. Pipi tembamnya sedikit memerah dan mata bulat emasnya berbinar bahagia.     

Cezar merasakan hatinya meleleh melihat betapa imutnya anak kecil itu, mengingatkannya akan Viorel dan Mihai yang masih kecil.     

Anak kecil yang kira-kira baru berumur 5 tahun itu langsung memeluk betis Adrian.     

Saking imutnya, Cezar hampir kehilangan kontrol dirinya untuk memeluk sosok mungil itu. untungnya ia masih bisa menahan diri walaupun susah payah hingga tubuhnya sedikit gemetaran.     

"Kau kenapa?" tanya Adrian yang menyadari tingkah aneh karyawannya.     

"Ti—tidak ada."     

Adrian masih curiga tapi perhatiannya segera teralihkan oleh anak kecil itu.     

"Kakak! Main!" seru sosok mungil yang sepertinya adalah adik laki-laki Adrian. Ia meremas kain celana Adrian dengan tangan mungilnya.     

'Imutnya!' Seru batin Cezar. Ia terlalu lemah jika menghadapi anak kecil.     

Adrian sebenarnya tidak memiliki mood untuk bermain, tapi adik kecilnya memohon dengan mata yang begitu memelas hingga ia tidak sampai hati untuk menolaknya.     

"Baiklah!" Adrian mengangkat adiknya itu dan mendudukkannya di atas pangkuannya. Wajahnya sedikit lebih cerah dengan senyuman. "Kau mau main apa, Hori?"     

Horia Udrea, putra bungsu keluarga Udrea, tiba-tiba berusaha melepaskan lengan Adrian dari pelukannya. Adrian sengaja mengendurkan tangannya sehingga Horia dapat melepaskannya dengan mudah dan meloncat turun dari pangkuan.     

Adrian sedikit penasaran apa yang dipikirkan adik kecilnya itu.     

Horia menoleh dan matanya langsung bertemu dengan Cezar. Ia berjalan mendekati Cezar dan seperti yang ia lakukan kepada Adrian, ia menarik-narik kain celana Cezar.     

Adrian mengangkat alisnya dengan heran. Adik kecilnya ini sangat pemalu. Selain keluarga sendiri, Horia hanya berani mendekati pelayan-pelayan yang sudah familiar dengannya.     

Ia tidak memerlukan waktu banyak untuk mengetahui jawabannya….     

Cezar berlutut agar pandangannya sejajar dengan anak kecil itu. "Ada apa … hmm … Tuan Muda Horia?"     

Tiba-tiba mata Horia berbinar. Tangan mungilnya langsung menunjuk telinga Cezar. "Kakak sama sepertiku!" serunya seraya menunjuk telinga miliknya juga lalu tersenyum lebar.     

Adrian akhirnya paham. Di rumah ini, walaupun mereka tidak mendiskriminasi half-beast, yang berasal dari kaum half-beast hanyalah sang ibu dan pelayan pribadinya, Sakisaka Inna. Horia yang masih terlalu muda belum diperbolehkan untuk keluar dari kediaman oleh ayahnya jadi anak kecil itu sangat senang bisa melihat orang lain yang mirip dengannya.     

Cezar mengerjap beberapa kali sebelum menyadari apa yang dimaksud anak itu. Tidak bisa lagi menahan dirinya, Cezar mengelus kepala Horia dengan gemas. "Iya! Kita sama ya! Namaku Cezar, Tuan Muda." Senyumnya merekah lebar seraya menunjuk telinga harimaunya.     

Horia semakin senang. Ia menarik kain lengan baju Cezar lalu menoleh kepada Adrian. "Kakak, aku mau main petak umpet dengan Kakak dan Kakak Cezar!"     

'Eh?!'     

Keduanya bagaikan disambar petir.     

Alis Cezar berkedut. 'Aku tidak mungkin bermain petak umpet dengan direktur!' Batinnya. Ia tidak akan pernah mau bermain petak umpet dengan pria yang selalu menjadi sumber kejengkelannya itu! Namun, melihat wajah imut Horia yang penuh harapan membuatnya tidak tega menyerukan keengganannya.     

Sama seperti Cezar, Adrian juga ingin menolak mentah-mentah. Pertama, ia tidak dekat dengan pria ini. Kedua, sudah berapa ribu kali ia mengejek pria ini hingga mustahil baginya berwajah sebagai teman sekarang. Ketiga, walaupun pria ini menyelamatkannya, tapi rasa bencinya terhadap pria ini belum hilang, dan masih banyak lagi alasan lainnya. Ia bisa membuat satu buku tebal untuk ini.     

Hanya saja, pandangan mata Horia terlalu polos dan penuh harapan hingga Adrian tidak sanggup menolak.     

Pada akhirnya, Adrian setuju dengan ide itu. ia menutup wajahnya saat menjawab agar Horia tidak menyadari keberatannya.     

Horia langsung meloncat bahagia. Ia langsung menarik Cezar dan Adrian untuk memulai permainan.     

"Jangan kegeeran! Aku hanya memenuhi permintaan Horia, mengerti?!" bisik Adrian ketus. Entah mengapa ia merasa harus meluruskan itu.     

Cezar hanya bisa mengangguk maklum. Ia sangat menyadari keberatan pria itu dari ekspresi wajahnya yang menyeramkan dan auranya yang menjadi suram di saat Horia sedang sibuk dengan hal lain.     

Namun, di sisi lain, Cezar juga kagum betapa pria ini menyayangi adiknya yang adalah seorang half-beast. Sekali lagi, Cezar semakin disadarkan oleh betapa sayangnya pria itu terhadap kaumnya.     

Cezar merasakan hatinya menghangat. Ia diingatkan kembali mengenai alasannya memilih bekerja di bawah pria bernama Adrian Udrea ini….     

*****     

Pukulan keras pada meja menggema di dalam ruangan. Di samping meja, duduk Daigo Tudor yang berwajah murka membuat bawahannya yang menyampaikan informasi itu menunduk ketakutan. Ia baru saja melaporkan bahwa Sophia telah gagal akan misinya dan tertangkap polisi.     

Daigo Tudor berdecak kesal. Ia tidak peduli apakah Sophia tertangkap atau tidak. Itu adalah pengorbanan yang harus demi kejayaannya. Namun, kenyataan bahwa Sophia gagal, itulah yang membuatnya murka.     

Padahal, ia sudah bahagia karena akhirnya bisa menyingkirkan satu Kepala Keluarga yang ada untuk mengurangi penghalangnya.     

"Dan semua itu digagalkan oleh putra half-beast terkutuk itu! Sejak dia menggunakan nama Asaka dan membawa anak bernama Mihai itu, aku sudah tidak menyukainya. Pada dasarnya, seharusnya dia sudah mati sesuai aturan kita tapi si rubah tua itu malah menghalangiku!" Tangannya menyambar semua benda yang ada di atas meja.     

Prang!     

Benda –benda yang terbuat dari kaca seperti gelas dan piring segera pecah ketika menyentuh lantai. Pecahannya terpantul ke segala arah dan hampir mengenai bawahannya itu.     

Tubuh bawahannya bergemetar semakin hebat. Ia bahkan tidak berani mengangkat wajahnya.     

"Aku pasti akan melenyapkan mereka semua, para kepala keluarga itu, juga Asaka!"     

Tudor berdiri dari kursinya dan berjalan keluar dari ruangan itu dengan hentakan kaki kasar. Setelah kepergiannya barulah bawahan yang membawa informasi itu dapat bernapas dengan lega.     

Ia telah mengikuti Daigo Tudor dan sangat mengagumi pria itu. namun….     

'Apa semua ini adalah jalan yang benar?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.