This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Bertemu Kembali



Bertemu Kembali

0Ioan menyapu halaman rumahnya dengan otak yang dipenuhi oleh kecemasannya terhadap Mihai. Sampai sekarang, ia masih belum mendapatkan kabar dari putra bungsunya itu dan mulai berpikir untuk menyuruh Viorel atau Cezar menyusup ke dalam kediaman Luca Mocanu. Tentunya ia tidak mengusulkannya karena ide ini gila dan terlalu berbahaya!     
0

"Hah…."     

'Anak itu, jika dia pulang, aku akan mencekiknya!' Sumpahnya dalam hati. Namun, memikirkan kemungkinan Mihai tidak pernah bisa pulang lagi, matanya mulai berkaca-kaca.     

Ioan menggelengkan kepalanya dengan kuat, berusaha menghilangkan pikiran itu. ia tidak ingin membayangkan putranya yang sudah tidak bernyawa. Ia harus yakin, Mihai masih hidup!     

Tiba-tiba, Ioan merasakan keberadaan orang lain. Hawa keberadaan ini tidak mirip dengan milik Cezar maupun Viorel, apalagi Mihai, maupun siapa pun yang ia kenal di sekitar tempat tinggalnya. Ia mulai was-was.     

Masih sambil menyapu, matanya bergerak mengitari sekelilingnya.     

"Siapa di sana?!" serunya seraya melemparkan sapu yang ia gunakan ke arah semak-semak yang berada tidak jauh darinya. Hawa keberadaan itu terasa paling kental di sekitar semak itu.     

Sebuah tangan kokoh berkulit pucat muncul dari balik semak itu, menangkap sapu yang melayang. "Kau masih saja bar bar seperti dulu, Io." Suara yang jernih bagaikan aliran air dan dalam bagaikan samudra tertangkap telinga Ioan membuatnya terlonjak kaget.     

'Tidak mungkin dia ada di sini!' pikir Ioan berusaha meyakinkan dirinya bahwa suara itu mungkin milik orang lain. Namun, kakinya tetap melangkah mundur sedikit demi sedikit mendekati pintu rumah, bersiap untuk memasuki rumah jika orang tersebut benar-benar merupakan orang yang sedang memenuhi pikirannya.     

Dari balik semak-semak, sesosok pria jangkung bertanduk muncul. Rambutnya yang berwarna biru terang dan panjang diikat kendur, sepasang mata biru muda langitnya menatap penuh arti pada Ioan, dan senyum yang terlukis di wajah pucatnya hampir menghentikan detak jantung Ioan.     

'Dia benar-benar menemukanku!' Warna menghilang dari kulit wajah Ioan. Ia segera membuka pintu rumah dan hendak masuk.     

Namun, incubus itu bergerak lebih cepat. tangan kirinya menghentikan tangan Ioan yang sedang membuka pintu dan tangan kanannya terulur ke dinding, membuat pergerakan Ioan terkunci di tengah tubuh jangkung itu.     

"Le—lepas!" Ioan panik. Namun, kepanikannya membuat kekuatannya tidak keluar sehingga ia kalah kuat dengan incubus itu.     

"Io," panggil incubus itu lembut.     

Jantung Ioan berdegup kencang. Matanya hampir berkaca-kaca sehingga ia langsung memalingkan wajahnya agar incubus itu tidak melihatnya. "A—aku bukan Io! Kau salah orang!" tangannya mendorong dada pria itu dengan kuat, berusaha menjauhkannya tapi lagi-lagi pijakan kaki incubus itu terlalu kuat sehingga dorongan dari Ioan tidak menghasilkan apa pun.     

Ioan merasakan jari-jemari yang panjang dan kokoh menyentuh dagunya. Ia langsung mengggelengkan kepalanya untuk melepaskan diri dari jemari itu tapi tangan yang kokoh sudah menangkap kuat dagunya dan berusaha mengangkat wajahnya.     

"Lihat aku, Io!" pinta incubus itu dan dengan satu hentakan, Ioan langsung bertemu pandang dengan mata biru muda itu – mata yang selalu membuat Ioan merasa sedang berbicara dengan makhluk dari dunia antah berantah, mata yang tidak memperlihatkan identitasnya sebagai seorang incubus.     

"Katakan sekali lagi sambil melihatku!" Incubus itu menguatkan pegangannya membuat Ioan tidak bisa memalingkan wajahnya.     

Ioan menggigit bibirnya kuat. Jantungnya berdegup kencang dan tubuhnya gemetaran. Berbagai perasaan memenuhinya membuat ia mual. Namun, sekarang, ia tidak bisa kembali pada pria ini lagi. Ia harus melindungi keluarga kecilnya.     

Ia membuka mulutnya, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Setelah beberapa saat, ia kembali menutup mulutnya, menggigit bibir bagian bawahnya dengan sangat kuat hingga terluka.     

Incubus itu terbelalak kaget ketika melihat segaris darah meluncur jatuh hingga mengotori jarinya yang masih memegang dagu Ioan. Sinar matanya memancarkan kesedihan membuat Ioan merasakan dadanya ikut teriris-iris.     

"Kau masih sangat … membenciku?" gumam incubus itu dengan sangat berat. Suaranya serak dan akhir kalimatnya hampir tidak terdengar. Tangan yang memegang dagu Ioan pun mengendur.     

Ini adalah kesempatan bagi Ioan untuk kabur tapi melihat wajah sedih itu, Ioan tidak bisa. Ia ingin memeluk pria di hadapannya saat itu juga tapi ia juga tidak bisa melakukan ini.     

"Apa yang kau lakukan kepada Papa?!"     

"Menjauh dari Papa!"     

Cezar dan Viorel yang baru saja pulang, segera menjauhkan pria incubus itu dari Ioan lalu melindunginya di belakang punggung mereka.     

Pria incubus itu melihat Cezar dan Viorel dengan perasaan yang bercampur aduk – senang, rindu, juga sedih. "Cezar … Vio…," gumamnya lembut. Suaranya terdengar sedikit bergetar.     

Keduanya terdiam sejenak, tidak dapat berkata apa-apa karena terkejut oleh ekspresi yang tidak pernah mereka bayangkan akan muncul di wajah pria itu.     

"Siapa itu Cezar dan Vio? Kepala Keluarga Pavel ini terlalu mabuk hingga mengganggu half-beast secara sembarangan?" Viorel yang berbicara terlebih dahulu dengan dingin. Ia tahu kakaknya tidak akan bisa mengatakan hal seperti ini setelah melihat ekspresi Steve Pavel itu. Kakaknya terlalu lembek.     

Melihat itu, Steve paham kedua anak ini dan juga istrinya tidak akan mau mengenalinya lagi. Kesedihan semakin melandanya. Namun, setelah pencarian yang begitu lama, ia tidak mungkin menyerah.     

Menghela napas kecil, Steve akhirnya membalikkan tubuhnya. "Aku mengerti. Aku akan pergi untuk sekarang. Namun…." Ia menggantung kalimatnya dan menoleh kecil kepada Ioan. "Aku akan kembali lagi. Ingat itu, Io."     

Tubuh Ioan bergemetar hebat. Ia tidak sanggup menatap kembali tatapan pria itu dan menunduk dalam, berusaha menahan air matanya. Kedua tangannya saling menggenggam erat hingga kuku-kukunya menancap pada kulitnya sendiri.     

"Oh iya, sepertinya kau sedang mengkhawatirkan Mihai…."     

Ioan terbelalak dan wajahnya memucat. 'Dia menemukan Mihai juga?!'     

"…tenanglah … dia baik-baik saja dan sepertinya sangat akur dengan Luca. Dia tidak akan dalam bahaya," lanjut Steve. Setelah mengatakan itu, ia mengeluarkan sayapnya dan terbang pergi.     

Melihat kepergian incubus itu, Cezar dan Viorel mengendurkan otot mereka yang tegang dan menghela napas lega. Tidak mereka sangka Steve akan benar-benar menemukan mereka sekarang.     

"Papa, tidak apa-apa?" tanya Cezar cemas. Ia menjadi semakin cemas ketika melihat bahu Ioan yang sudah naik turun seperti sedang menangis.     

"Papa…." Viorel hendak menghibur orang tuanya tapi Ioan segera mengangkat wajahnya dan memasang sebuah senyum paksa.     

"A—aku tidak apa-apa," ujarnya dengan suara yang bergetar dan tidak stabil. "Bi—biarkan aku sendiri di dalam kamar sebentar."     

Ioan buru-buru berlari ke dalam kamar. Sebelum menutup pintu kamarnya, ia berpesan bahwa makan malam sudah siap di atas meja.     

Cezar dan Viorel hanya mengangguk patuh. Mereka tahu Ioan membutuhkan waktu sendirian untuk mengatur emosinya.     

Di dalam ruangan kamar, Ioan menutupi dirinya di dalam selimut dan menangis dengan suara tertahan. Hatinya sakit apalagi ketika melihat wajah sedih pria itu. Ia kembali teringat kejadian 18 tahun yang lalu di mana ia telah mengkhianati pria itu. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain. Ini demi keselamatan Mihai dan juga dirinya.     

'Maafkan aku … tapi jika kau tahu kenyataannya, kau pasti akan membunuhku dan juga anak-anakku … jadi lupakan saja aku dan lepaskan kami semua … aku mohon….'     

Ioan menggenggam tangannya yang bergemetar dengan erat. Dadanya seperti teriris-iris. Di saat yang sama, ia semakin mengkhawatirkan Mihai apalagi Steve sudah mengetahui tentang keberadaannya.     

'Aku mohon Mihai … janganlah gegabah. Jika mereka mengetahui identitas aslimu, seberapa banyak nyawa yang kau miliki, kau pasti akan menderita….'     

****     

"Tuan, Anda sudah pulang?" Jack yang mendengar bunyi dari ruang kerja Steve membuka pintu untuk memastikannya. Ketika mengetahui tuannya akan pergi bertemu dengan Ioan, ia tidak bisa tenang dan berharap semuanya akan berhasil.     

Namun, ketika melihat tuannya yang duduk dengan kepala tertunduk, bahkan tidak ingat lagi untuk menutup jendela yang ia buka untuk memasuki ruangan, Jack tahu bahwa hasilnya buruk.     

"Tuan, apa Anda sudah makan? Perlu aku bawakan makan?" Jack berjalan dan menutup jendela yang terbuka.     

"Kau tidak mau menanyakan apa yang terjadi?"     

Jack terdiam sejenak. Ia berusaha tidak mengungkitnya walaupun sangat penasaran karena tidak ingin melihat kesedihan di wajah Steve semakin kental.     

"Aku akan membawakan makanan untuk Anda. Sepertinya Anda lapar," ujar Jack akhirnya, mengubah topik seraya berjalan keluar dari ruangan.     

Sepeninggal Jack, Steve menghela napas dengan kasar dan kuat seperti ingin melepaskan segala beban berat di dalam dirinya bersama dengan satu hembusan kuat tersebut. "Dia membenciku … ini mungkin buah dari perbuatan burukku di masa lalu kepadanya. Aku memanen apa yang aku tanam…."     

Seperti bisa merasakan kesedihan ini, malam itu, Kota Rumbell dilanda hujan yang deras….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.