This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Target (2)



Target (2)

0Di dalam toilet….     
0

Mihai memencet tombol flush dan merapikan celananya. "Pantai~ pantai~" nyanyinya dengan riang.     

Dengan tidak sabar, ia mencuci tangannya dan mengeringkannya dengan tisu. Ketika ia hendak membuka pintu toilet, pintu itu sudah terbuka terlebih dahulu.     

Dua pria memasuki toilet. Wajah mereka tertutup oleh tudung jaket yang lebar sehingga Mihai tidak dapat melihatnya dengan jelas tapi Mihai merasa keduanya menatap ke arahnya dengan aneh. Ia menaikkan kewaspadaannya dan berusaha berjalan melewati keduanya tapi salah satu dari pria itu menarik lengannya dengan kuat.     

"Apa ya—"     

"Maaf, tapi kau harus ikut kami!" seru pria itu dengan senyum yang sangat lebar hingga terasa menjijikkan.     

Pria lain yang bersamanya mulai tertawa-tawa. "Pekerjaan ini terlalu mudah!" serunya penuh nada remeh.     

Mihai mengernyit dalam. Ia semakin tidak menyukai kedua pria itu. "Lepas!" bentaknya seraya menghentakkan lengannya, berusaha lepas dari genggaman pria itu.     

Namun, tidak ia duga, genggaman pria itu sangat kuat. Sepertinya, kedua pria itu menyamar menjadi manusia seperti dirinya karena jika keduanya benar-benar merupakan manusia, tidak mungkin mereka bisa menahan kekuatan Mihai yang berkali-kali lipat lebih besar.     

Kedua pria itu tertawa semakin keras. Pria yang menangkap lengannya langsung menarik lengan Mihai dan menyeretnya keluar dari toilet. "Cepat siapkan sihir teleportasi!" pintanya kepada rekannya.     

Sesuai dugaan Mihai, keduanya benar-benar bukan manusia!     

'Kalau mereka bukan manusia….' Senyum misterius tanpa disadari muncul di wajah Mihai.     

Pada saat yang sama, Luca dengan Liviu di dalam pelukannya berjalan menyusuri lorong yang membawanya menuju toilet. Luca tidak menyadarinya, tapi tidak seperti biasanya, langkahnya begitu lebar dan cepat memperlihatkan bahwa ia sangat terburu-buru.     

Matanya mencari sosok Mihai dan ketika ia melihat Mihai sedang ditarik dan dikerumuni oleh dua orang pria, darahnya berkecamuk. Alisnya mengernyit dalam dan jika ia bisa membunuh dari tatapan, mungkin keduanya telah kehilangan nyawa di saat itu juga. Tentunya, itu tidak mungkin jadi Luca mempercepat langkahnya.     

'Kedua orang itu akan melakukan teleportasi!' batinnya seraya menjulurkan tangannya, hendak membatalkan sihir itu dan menyelamatkan Mihai ketika….     

"UAAGHH!"     

"HYAAAA!"     

Dua tonjokan mendarat pada pipi kedua pria itu. Keduanya yang tidak siap langsung menerima tonjokan di pipi mereka dan melayang pada dinding. Dinding itu retak dan hancur, menghasilkan bunyi keras yang mengejutkan seluruh pengunjung. Tidak hanya itu, bangunan bioskop juga sedikit bergetar.     

Luca mematung di tempat tanpa bisa berkata-kata.     

Mihai sendiri cukup syok dengan hal ini. "Agh! Aku tidak bermaksud mengeluarkan kekuatan sebesar itu!" gerutunya cemas.     

Biasanya, dengan kekuatannya, palingan orang itu akan pingsan. Tidak sampai merusak dinding bangunan!     

Jika dipikir-pikir, belakangan ini, Mihai sering kehilangan kendali terhadap kekuatan fisiknya. Merusak meja, merusak kereta, merusak jendela, dan juga merusak pintu.     

Mihai sebenarnya sangat ingin merenungkan hal ini tapi sekarang bukan waktunya!     

"Ka—kalian tidak apa-apa? Oi…." Mihai berjalan mendekati keduanya dan melambaikan tangannya di depan mata salah satu dari keduanya yang terbuka lebar. Bola mata hitamnya telah berputar ke belakang, sepertinya sudah pingsan.     

"Uahh … bagaimana ini? Apa aku akan di penjara karena melukai orang? Ta—tapi, ini termasuk ke dalam perlindungan diri kan? Lagi pula, aku tidak bisa meninggalkan Liviu yang masih kecil!" Mihai yang terlalu cemas tidak lagi menyadari sekelilingnya bahkan pergerakan kecil salah satu dari kedua pria yang ternyata tidak pingsan.     

Pria itu menggerakkan jarinya untuk kembali mengaktifkan lingkaran sihir teleportasi.     

"Mihai! Menjauh dari situ!" Luca langsung berteriak secara refleks. Kakinya juga langsung berlari mendekati Mihai.     

"Tidak akan kubiarkan!" Pria yang menyadari keberadaan Luca segera mempercepat proses sihirnya. Tangannya yang bebas terjulur ke arah Mihai, hendak mencegah Mihai untuk kabur.     

Mihai dengan sigap menhindari tangan yang terjulur itu dan meloncat mundur beberapa langkah. Di saat yang sama, Luca berhasil mencapai Mihai dan menarik pria itu ke dalam pelukannya. Dengan satu hentakan kaki, ia membawa Liviu dan Mihai menjauh beberapa meter dari lingkaran sihir.     

Pria yang mengaktifkan sihir berdecak kesal. Ia telah gagal membawa mangsanya. Namun, untuk sekarang, ia harus lari karena jika ia tertangkap oleh Luca, semuanya akan semakin rumit. Jadi, ia tidak membatalkan sihirnya dan membiarkan dirinya dan rekannya berpindah tempat menggunakan sihir itu.     

Cahaya dari lingkaran sihir menjadi sangat menyilaukan dan ketika cahaya itu hilang, kedua pria itu pun tidak terlihat lagi, menyisakan sebuah bukaan besar pada dinding.     

Melihat itu, Luca menghela napas lega. Namun, tatapannya masih tajam menusuk pada tempat di mana kedua orang asing itu menghilang. 'Dua orang itu … apa tujuan mereka?' Keduanya menutupi struktur tubuh mereka dengan baik jadi Luca tidak bisa mengenali asal keluarga mereka. Yang ia ketahui hanyalah keduanya adalah incubus yang sedang menyamar.     

'Bukankah aku sudah turun dari posisi kepala seperti yang mereka inginkan? Mengapa masih mengincar Mihai?' Luca tidak akan kembali ke posisi itu lagi, jadi seharusnya tidak ada gunanya bagi mereka menganggu dengan menyerang keluarganya.     

'Atau apakah ada alasan lain? Tapi … apa yang dimiliki Mihai hingga bisa mendorong incubus untuk menangkapnya selain kenyataan bahwa pria harimau ini adalah istrinya?'     

"Muka suram!"     

Seruan Mihai menyadarkan Luca.     

"Sesak! Lepas!"     

"Da!"     

Luca tidak sadar ia masih memeluk keduanya dan bahkan dengan sangat erat hingga keduanya hampir kehilangan napas.     

"Maaf," gumam Luca yang segera melepaskan mereka.     

"Fyuhh...."     

"Da…."     

Keduanya akhirnya bisa merasakan kembali oksigen yang segar.     

"Kau tidak apa-apa?" tanya Luca seraya mengecek tubuh Mihai.     

Mihai mengerjap-ngerjap bingung. Ia tidak menyangka Luca akan mengkhawatirkannya. Selain itu, bagian tubuhnya yang disentuh oleh Luca mulai menghangat membuat ia merasa aneh. Buru-buru, Mihai menghentikan tangan Luca.     

"Ti—tidak apa-apa! Aku baik-baik saja!"     

Luca akhirnya berhenti setelah mengangguk paham. Bahunya menjadi sedikit lebih rileks.     

"Tapi, mereka itu siapa?" Mihai menggaruk-garuk kepalanya, semakin bingung. Walaupun ia tidak bisa melihat wajah kedua orang itu, instingnya mengatakan bahwa ia tidak pernah mengenal keduanya.     

Luca menggeleng. "Seharusnya mereka adalah incubus tapi aku tidak bisa mengetahui asal keluarga mereka. Untuk sekarang, lebih waspadalah dengan sekelilingmu. Aku tidak tahu apakah mereka akan datang untuk menangkapmu lagi atau tidak."     

Mendengar kata menangkap, wajah Liviu tiba-tiba memucat. Ia terbang dan mendarat pada dada papanya dan menggenggam erat kain pakaiannya. "Da?" gumamnya seraya mendongak, menatap papanya dengan cemas.     

Mihai bisa merasakan kecemasan putranya jadi ia mengelus kepala Liviu dengan lembut. "Tidak apa-apa! Aku sangat kuat. Mereka bukan tandinganku!" serunya seraya memperlihatkan otot tangannya.     

Liviu masih sedikit cemas tapi pada akhirnya ia mengangguk. "Da!" serunya lagi, kembali tersenyum cerah.     

Mihai mengangguk-angguk ikut tersenyum. Tangannya mengelus Liviu lagi lalu mengembalikan putranya ke dalam pelukan Luca.     

Liviu ingin protes tapi pada akhirnya mengurungkan niatnya karena tidak ingin merusak kebahagiaan papanya itu.     

"Kita jadi ke pantai kan?!" tanya Mihai yang kembali teringat tujuan mereka. Binar cerah kembali memenuhi matanya.     

Luca mengangguk. "Ayo."     

"Daa!"     

Dan ketiganya berjalan menuju pintu keluar gedung bioskop setelah memperbaiki dinding yang dirusak Mihai.     

*****     

Beberapa saat yang lalu, sebelum ketiganya keluar dari gedung bioskop….     

"Oh! Tuan berteriak! Waooow!" Ecatarina berseru kagum. Ia semakin bersemangat. Telapak tangan kanannya mengeluarkan lingkaran sihir yang bertujuan agar tuannya tidak dapat mendeteksi keberadaaan mereka.     

Sementara itu, Vasile mengeluarkan sihir juga untuk membentuk penghalang. Di hadapannya sekarang, staf gedung bioskop ini sedang berlari ke sana kemari mencari sumber bunyi keras yang dihasilkan oleh Mihai tadi. Penghalang ini membuat staf itu tidak dapat memasuki lorong ini dan membuat halusinasi agar lorong ini tidak menghilang begitu saja dari pandangan para staf.     

"Tuan juga memeluk Mihai! Sudah tidak dipungkiri lagi, Tuan benar-benar jatuh cinta!" seru Vasile ikut bersemangat dengan Ecatarina.     

Keduanya seperti fujo/fudanshi yang sangat bahagia ketika melihat 'kapal mereka akhirnya berlayar'.     

Hanya saja mereka menyayangkan sang tuan yang tidak peka terhadap ini. 'Mihai harus bekerja lebih keras,' batin mereka, menyemangati.     

Setelah tuan mereka memutuskan untuk keluar. Keduanya segera menghentikan sihir dan kembali bersembunyi.     

Keduanya memastikan sang tuan benar-benar tidak menyadari mereka lalu mulai membuntuti ketiganya ke pantai.     

Sementara itu, para staff gedung bioskop masih dipenuhi kebingungan karena tidak menemukan apa pun yang bisa menghasilkan bunyi sekeras itu hingga menggetarkan gedung. Bahkan, mereka mulai mempercayai bahwa yang tadi adalah sebuah halusinasi belaka….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.