This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Perasaan yang Dilarang



Perasaan yang Dilarang

0"Tuan, kapan terakhir kali Anda bertemu dengan Takase Claudiu?" Victor bertanya dengan suara yang sangat dalam memperlihatkan betapa serius dirinya. Matanya menatap penuh penasaran sekaligus penuh selidik kepada Luca.     
0

Luca mengernyit dalam. 'Takase Claudiu?' Itu adalah nama Kepala Kaum half-beast sekarang ini. Jika ia tidak salah…. "Mungkin sekitar lima tahun yang lalu? Atau tujuh tahun yang lalu?" Luca tidak yakin dengan jawabannya.     

Siapa pun tahu bahwa ia tidak menyukai Kaum half-beast sehingga ia agak enggan pergi menemui Kepala Kaum itu jika tidak ada urusan yang begitu mendesak. Biasanya, ia lebih sering menyuruh Vasile menggantikannya dalam pertemuan-pertemuan rutin yang tidak terlalu penting. "Aku rasa, lebih baik kau bertanya kepada Vasile untuk itu. Dia lebih sering bertemu dengan Claudiu."     

Victor manggut-manggut. Tangannya menggosok dagu pelan. Ia terlihat sedang berpikir keras.     

Melihat itu, Luca menjadi ingin tahu. Lagi pula, ia tahu Victor sangat membenci half-beast dan selain dengan Mihai, ia tidak pernah melihat Victor yang ramah terhadap kaum tersebut. Dan Victor yang seperti itu terlihat memikirkan Takase Claudiu yang seharusnya menjadi musuh bebuyutan pria ini juga.     

"Ada apa dengannya?" tanya Luca akhirnya menyadarkan Victor.     

"Ah … itu…." Victor memutar bola matanya ke sana kemari, mempertimbangkan apakah ia harus menjelaskan seluruhnya atau tidak. Akhirnya, ia memutuskan untuk menceritakan semuanya. Lagi pula, ia sepertinya membutuhkan bantuan dari tuannya tersebut. "Tuan ingat bahwa aku membunuh satu keluarga majikanku sebelum bergabung dengan Tuan?"     

Luca mengangguk.     

"Itu adalah keluarga Takase Claudiu. Saat itu, pria itu masih sangat kecil dan dari seluruh tuan muda yang ada di dalam keluarga itu, hanya Claudiu yang cukup dekat denganku jadi aku tidak bisa membunuhnya. Aku kira dia akan membenciku tapi ketika bertemu dengannya lagi, ia hanya tersenyum dan mengajakku berbincang dengan ringan. Aku tidak ingin dekat dengannya tapi sejak bertemu kembali, entah mengapa kami sesekali akan berkontak. Namun, belakangan ini, aku tidak mendapatkan kabar sama sekali darinya dan kudengar dari Vasile bahwa ia sakit…."     

Victor menarik napas sejenak.     

"Jadi, tadi aku pergi ke kediamannya untuk menjenguknya tapi aku tidak menemukan sosoknya sama sekali. Aku berusaha mencarinya hingga ke gedung pemerintah area itu tapi aku tidak jejak keberadaannya sama sekali. Jadi, aku ingin tahu, kapan terakhir kali – secara pasti dan tepat – Claudiu berkomunikasi dengan orang sekitarnya sebelum akhirnya tidak berkabar lagi." Victor menutup pembicaraannya dengan ekspresi suram. Setitik kecemasan samar-samar terpancar dari wajahnya.     

Luca tidak heran akan fakta bahwa Victor memiliki hubungan dengan kepala kaum half-beast. Ia memang menyadari keanehan sikap Claudiu yang selalu berbincang singkat dengan Victor ketika mereka mengunjungi gedung pemerintahan jadi ia sudah memiliki beberapa dugaan tentang itu.     

"Hmm … jadi, kau berpikir ada sesuatu yang menimpa Claudiu?"     

Victor mengangguk. "Dan aku menduga itu ada hubungannya dengan Daigo Tudor. Aku sering merasakan kebencian yang Tudor hadapkan kepada Claudiu. Jadi, aku ingin meminta ijin untuk pergi dari kediaman sementara waktu ini untuk menyelidikinya!"     

Luca melipat tangannya di depan dada seraya mengetukkan jari telunjuk dan tengahnya pada lengan. Ia terlihat sedang mempertimbangkannya.     

Hening….     

"Aku mohon, Tuan!" seru Victor lagi setelah beberapa saat.     

Luca akhirnya mengangguk.     

"Baiklah. Dia berharga untukmu, kan? Jadi pergilah. Aku tidak akan menahanmu. Yang penting, berhati-hatilah selama penyelidikan dan kembalilah dengan selamat," pesannya seraya berbalik dan mulai berjalan menuju area kamarnya.     

"Eh, itu…." Victor ingin membantah tapi lidahnya kelu.     

"Ba--baik, Tuan! Terima kasih banyak!" serunya akhirnya seraya membungkuk dalam-dalam.     

Victor yakin Claudiu bukanlah sosok yang penting baginya. Half-beast yang telah ia lihat sejak masih setinggi lututnya hingga membungkuk dan penuh dengan keriput itu hanya menjadi sosok yang mengganggu. Namun, rasa cemasnya ini juga merupakan fakta yang tak terbantahkan bahwa ia memiliki sedikit kepedulian kepada pria itu.     

'Tapi … berharga, ya … aku rasa bukan begitu…,' pikirnya tapi ia tidak sempat menyatakannya lagi karena Luca telah menutup pintu lorong area kamarnya.     

*****     

Mihai keluar dari kamar mandinya bersama Liviu yang masih terbungkus handuk tebal. Keduanya memasang wajah yang puas dan segar seperti terlahir kembali setelah melepaskan penat mereka di dalam air hangat.     

"Oh! Kalian sudah pulang ternyata!"     

"Wuahhhh!!"     

"Daa!"     

Tiba-tiba, wajah Liliane muncul dari atas Mihai dalam keadaan terbalik. Jantung Mihai hampir copot dan ia refleks mundur beberapa langkah hingga kembali masuk ke dalam kamar mandi. Sementara itu, Liviu yang di dalam pelukannya sudah pucat pasi seperti habis melihat akhir dari dunia.     

Di sisi lain, Liliane yang melihat respons berlebihan itu hanya tertawa-tawa sambil terbang ke sana kemari. Tangannya sampai memegang perutnya dengan erat karena terlalu banyak tertawa.     

Mihai hanya bisa cemberut melihat kemunculan hantu itu secara tiba-tiba karena tadi, ketika ia pulang, Liliane tidak terlihat di mana pun.     

"Jangan tiba-tiba muncul begitu! Ngagetin saja!" gerutunya seraya mengelus kepala Liviu untuk menenangkannya.     

Ia meletakkan Liviu di atas tempat tidur di mana pakaian mereka telah ia letakkan rapi sebelum memasuki kamar mandi. Ia segera mengenakan pakaiannya – satu set piyama dengan bahan yang lembut yang diserahkan Ecatarina sebelum ia kembali ke kamar – lalu membantu Liviu mengenakan piyama mungilnya juga.     

Liliane masih tertawa terbahak-bahak sebelum terbang mendekati Mihai. Sebuah senyum yang mencurigakan tersungging di wajahnya. "Jadi…." Ia menggantung kalimatnya dengan nada mengalun yang cukup membuat bulu kuduk Mihai berdiri sambil mendekatkan tubuh setengah transparannya kepada Mihai hingga beberapa bagiannya menembus tubuh pria harimau itu.     

"A—apa?" tanya Mihai yang akhirnya mundur beberapa langkah lagi dan harus menciutkan kepalanya agar menjauh dari wajah Liliane yang terlalu dekat.     

Senyum Liliane semakin lebar hingga tawa lembut keluar bersama dengan nafasnya – memangnya hantu bernafas? Itulah yang dipikir Mihai tapi ia tidak memikirkannya terlalu dalam.     

"Jadi, bagaimana kencanmu?" tanya Liliane menggebu-gebu.     

Mihai mengerjap-ngerjap dalam diam. Sepertinya, otaknya masih mencerna perkataan wanita itu.     

"Kencan?" gumamnya akhirnya dengan alis berkerut dalam.     

"Iya! Kencan dengan Luca hari ini! Bagaimana?!" Liliane semakin tidak sabaran.     

Menyadari apa yang dimaksud Liliane, wajah Mihai refleks memerah.     

Sebenarnya Liliane telah menguntit mereka selama kencan itu jadi ia tahu apa yang telah terjadi dan itu membuat Liliane sangat senang. Dan sekarang, ia hanya ingin menggoda Mihai saja.     

Mihai mencolek telingannya dengan canggung. 'Kencan, ya … aku tidak berpikir jalan-jalan tadi adalah kencan….' Wajahnya semakin memerah dan jantungnya berdegup kencang. Rasa bahagia yang entah bersumber dari mana mulai merekah di dalam dirinya.     

Akan tetapi … semuanya segera padam meninggalkan asap abu-abu kecil dan hawa dingin di dalam hatinya.     

Melihat perubahan ekspresi Mihai yang begitu drastis, Liliane mengerjap bingung. "Ada apa, Mihai? Ayo! Ceritakan padaku! Bagaimana kencannya!"     

Mihai masih diam. Helaan napas berat kabur dari mulutnya. Ia terduduk sedih di tepi tempat tidur. Kedua telinganya juga ikut tertunduk lemas.     

Liliane semakin bingung. "Ada apa, Mihai?" tanyanya sedikit cemas. Ia merasa ia tidak mengeluarkan topik yang bisa membuat Mihai sedih. Tanpa ia sadari, ia memang telah salah mengambil topik … tidak … lebih tepatnya, salah mengambil istilah.     

"Itu bukan kencan...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.