This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Menepati Janji



Menepati Janji

0"Itu bukan kencan. Aku hanya membantunya mengembalikan perasaannya dan sekaligus dia menepati janjinya untuk menghabiskan waktu dengan Liviu."     
0

"Eh? Tapi, kalian kan suami istri dan acara jalan-jalan ini sudah sama dengan kencan!"     

Mihai menggeleng. "Kencan itu istilah yang digunakan untuk mereka yang saling suka kan? Aku … tidak boleh jatuh cinta kepadanya jadi ini bukan kencan." Mulutnya terasa pahit ketika mengucapkan hal ini.     

'Perasaan apa ini?' Mihai sangat asing dengan apa yang bergejolak di dalam dirinya sekarang.     

'Apa ini rasa cinta?' Pemikiran itu tiba-tiba terlintas di dalam benaknya membuat ia buru-buru mengusir gagasan itu dengan menggeleng kuat.     

'Tidak Mihai! Ini bukan cinta! Ya bukan!' Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri.     

Di sampingnya, Liliane menatap Mihai dengan perasaan yang campur aduk. Ia teringat janji di antara kedua orang itu karena ia juga berada di samping Mihai saat itu – Mihai hanya belum bisa melihatnya. Memang keduanya berjanji untuk tidak ada rasa cinta di antara mereka saat itu dan Liliane jujur saja sangat tidak menyukai isi perjanjian tersebut.     

"Mengapa tidak boleh jatuh cinta? Rasa jatuh cinta itu kan bisa datang kapan saja! Bisa saja Luca mulai menyukaimu jadi mengajakmu kencan hari ini."     

Mihai langsung menggeleng kuat. "Tidak mungkin. Dia murni hanya ingin menepati janjinya…."     

Ia terdiam sejenak. Di saat yang sama, kegiatan hari ini melintasi benaknya, membuat rasa bahagia sekaligus sebuah keyakinan memenuhi dirinya. "Benar. Luca sudah menepati janjinya. Aku … tidak ingin mengingkari janji dan membuat dia kembali dingin lagi. Aku ingin, hal seperti hari ini berlanjut seterusnya jadi, aku tidak akan pernah jatuh cinta kepadanya!" ujarnya yang seperti sebuah sumpah seumur hidup.     

Tidak menyukai ujaran itu, Liliane berkacak pinggang. Wajahnya penuh dengan ketidakpuasan.     

'Bukankah kau sudah secara tidak langsung mengatakan bahwa kau menyukainya dengan ingin hari-hari seperti ini terus berlanjut? Dan kau bilang kau tidak akan pernah jatuh cinta? Oh my god!!' Setelah mendengar ucapan bodoh dari putranya, sekarang, ia juga menemukan ucapan bodoh dari menantunya! Mengapa kedua orang ini sangat tidak peka?!     

Tidak mau menyerah, Liliane kembali berargumen. "Kalian kan suami istri. Tidak ada anehnya kan saling jatuh cinta! Walaupun kalian punya janji pun, perasaan itu bisa berubah!"     

Namun, apa pun yang dikatakan Liliane, keputusan Mihai sudah bulat.     

Walaupun seumur hidupnya ia tidak akan pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, kencan dengan orang yang ia cintai, hidup bersama dengan orang yang ia cintai, ia akan menerimanya demi mempertahankan Luca di sampingnya. Ini demi kebahagiaan Liviu. Dan, jika Luca terus bersikap seperti hari ini untuk kedepannya, Mihai juga tidak keberatan hidup tanpa cinta bersama Luca. Ia merasa ia tetap bisa hidup bahagia.     

Jadi, demi putranya dan kebahagiaannya, ia akan menyerah terhadap mimpinya untuk merasakan yang namanya jatuh cinta.     

Liliane sadar Mihai tidak lagi mendengarkannya membuat ia semakin geram. Namun, pada akhirnya ia hanya bisa mendengus kesal.     

'Mengapa setelah seribu tahun pun, kalian tetap begitu keras kepala….' Tatapan Liliane menerawang, memancarkan kesedihan yang dalam.     

Ia ingin putranya kali ini benar-benar memilih kebahagiaannya sendiri di atas segalanya, tidak lagi mengulangi kesalahannya seribu tahun lalu….     

'Apa yang harus aku lakukan? Jika begini terus, kedua orang ini benar-benar akan hidup dalam kepercayaan bahwa mereka tidak saling mencintai!'     

Ia tahu Luca memang ingin menghargai dan menjaga Mihai serta Liviu sementara Mihai juga bermaksud menjaga Luca dan hidup bersama dengannya selamanya walaupun ia harus mengorbankan perasaan dan mimpinya untuk mencintai.     

Hanya saja … hubungan apa pun, jika tidak terikat dengan sebuah perasaan yang jelas, suatu saat, keraguan dan kecemasan akan menggerogoti mereka. Terutama Mihai, karena tidak seperti Luca, Mihai adalah pria sehat yang memiliki otak dan perasaan secara utuh.     

'Jika terus begini, Luca … kau akan menyiksa Mihai seumur hidupnya tanpa kau sadari….'     

Dan jika itu terjadi, Liliane tidak punya pilihan lain untuk….     

Ia menghela napas. 'Tidak ada pilihan lain … aku tidak ingin pria manis ini kembali sengsara oleh Luca hanya karena kebodohan putraku ini….' Ia sepertinya harus bersiap untuk kemungkinan yang terburuk….     

"Daa! Dadadada! Daaa!!" Liviu tiba-tiba berseru sambil terbang mendekati papanya dengan penuh semangat. Tangan mungilnya mengapit sebuah bola kaca kecil yang padat dan transparan. Samar-samar, bola itu memancarkan sinar redup berwarna silver.     

"Oh, ini…."     

Bola ini adalah harta karun Liviu. Entah mengapa, ketika Liviu lahir, bayi kecil itu sudah memegang bola ini. Ketika dokter ingin menjauhkan bola ini pun, Liviu kecil enggan melepaskannya dan akan terus menangis jika dijauhkan dari bola itu. Pada akhirnya, Mihai membiarkan Liviu memegang bola ini dan selalu memastikan bola itu berada di dalam saku Liviu dengan aman – tentunya juga mengawasi Liviu dengan baik agar tidak tanpa sengaja memasukkan bola itu ke dalam mulutnya.     

"Da!" seru Liviu dengan mata berbinar bahagia.     

Dari tadi, ia mengubek-ngubek tumpukan pakaian di dalam lemari dan tanpa sengaja menemukan bola yang sempat ia lupakan keberadaannya karena tekad bulatnya melindungi papa dari ayah yang jahat. Namun, karena sekarang ayah itu tidak lagi jahat, ia kembali teringat oleh keberadaan bola itu.     

Liviu menjulurkan bola ini kepada Mihai. "Da!" serunya ingin memberitahukan kepada Mihai bahwa ia ingin menyimpan bola ini di sampingnya lagi.     

Mihai yang kira-kira paham maksud Liviu langsung mengangguk setuju. Ia mengambil bola itu dan hendak memasukkannya ke dalam saku pakaian Liviu ketika Liliane menghentikannya.     

"Kau yakin ingin menyimpan benda itu ke dalam sakunya? Kalau jatuh bagaimana? Bukankah itu barang berharga?"     

"Eh? Tapi, selama ini aku menyimpannya ke dalam saku Livi dan tidak pernah jatuh."     

Liliane menggeleng kecil. Mihai tidak tahu bahwa selama Liliane berada di samping mereka, bola itu sering sekali jatuh. Hanya saja, Liliane selalu memungutnya dan menyimpannya kembali ke dalam saku Liviu. Sudah lama ia ingin menyuruh Mihai mengganti caranya menyimpan bola ini dan akhirnya ia punya kesempatan.     

"Tetap saja berbahaya. Kau tidak tahu kapan bola ini akan benar-benar hilang. Pergilah cari kantung kecil yang memiliki tali yang cukup panjang. Masukkan bola itu ke dalam dan gantunglah kantung itu pada leher Livi. Dengan begitu, lebih aman," usul Liliane.     

Mihai mengangguk paham. Ia berusaha mencari kantung seperti yang dideskripsikan Liliane di dalam lemari tapi tidak menemukan benda yang mirip seperti itu.     

"Aku akan pergi ke tempat Ecatarina. Mungkin dia punya."     

"Da!" Liviu ingin ikut jadi ia segera menempel di belakang Mihai.     

"Livi, letakkan bola itu. nanti hilang."     

Liviu dengan patuh meletakkan bola itu di atas tempat tidur lalu terbang kembali mendekati Mihai dan bertengger di punggung papanya seperti biasa.     

Mereka tidak menyadari Liliane yang terbang mendekati tempat tidur dan mengamati bola itu dengan seksama. Sudah lama Liliane mencurigai bola ini. Ia merasa ia tahu benda apa ini. Namun, mengapa Mihai memilikinya?     

'Apakah 'dia' memprediksi ada sesuatu yang akan terjadi hingga Mihai perlu menggunakan ini?'     

Di sisi lain, Mihai membuka pintu kamarnya dan melangkah satu langkah keluar kamar. Akan tetapi, langkah itu langsung terhenti. Matanya terbelalak dan tanpa sadar ia menahan napas.     

Di hadapannya sekarang, Luca yang masih menggunakan pakaian tadi siang, sedang berjalan melewati kamarnya. Menyadari Mihai, Luca berhenti dan menatap Mihai sejenak dalam diam.     

Mihai merasakan detak jantungnya berangsur-angsur menjadi kencang dan wajahnya memanas. Isi otaknya mulai kacau hingga ia melupakan tujuannya keluar dari kamar.     

'Perasaan ini … jangan-jangan…!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.