This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Rencana



Rencana

0Gheorghe meletakkan gelas anggurnya dengan kasar pada meja makan. Di hadapannya, Illiu hampir tersedak minumannya akibat perbuatan tersebut yang begitu tiba-tiba.     
0

"Ada apa?"     

Wajah Gheorghe yang sudah cukup menyeramkan menjadi semakin menyeramkan dengan sepasang alis yang berkerut dalam, mata yang setajam pedang, dan gigi yang bergemeretak keras. Padahal, mereka sedang minum-minum untuk merayakan penetapan Gheorghe sebagai calon resmi Kepala Kaum selanjutnya dan akan diumumkan secara resmi pada hari Upacara Kedewasaan.     

Gheorghe mengeratkan kepalan tangannya hingga gelas anggur yang tergenggam terasa akan pecah jika Illiu tidak segera mengambil gelas itu.     

"Mereka gagal menculik half-beast itu!" geramnya. Pada akhirnya, ia melampiaskan kemarahannya dengan memukul meja keras-keras.     

Illiu akhirnya paham.     

Hari ini, Gheorghe mengirimkan bawahannya untuk menculik Mihai karena mendengar rumor bahwa ia sedang keluar dari kediaman bersama Luca dan putranya. Sepertinya bawahannya itu tertangkap basah oleh Luca dan akhirnya digagalkan.     

"Kita masih punya kesempatan lain. Lagi pula, masih ada Daigo Tudor yang bisa dimanfaatkan untuk membunuh Luca."     

Gheorghe tidak bisa terhibur oleh itu. Mereka tidak tahu kesempatan lain itu akan datang kapan. Ia juga tidak menyukai Daigo Tudor dan tidak bisa mempercayainya. Ia merasa singa tua itu memiliki niat terselubung dan segala perkataannya mengenai ingin hidup damai bersama dengan incubus terdengar palsu.     

Ia bisa tahu itu karena mereka sendiri memalsukan niat mereka agar bisa memanfaatkan singa tua itu.     

Tok! Tok!     

Terdengar ketukan di pintu. Seorang wanita berbalut gaun merah membara dengan belahan dada yang rendah berjalan memasuki ruangan. Mata merahnya yang cerah segera berbinar ketika melihat Illiu. "Suamiku, aku bawakan snack untukmu dan temanmu," ujarnya dengan suara yang mengalun manis dan menggoda.     

Wajah Illiu segera memerah. Senyum merekah di wajahnya. "Istriku!" serunya seraya membuka kedua lengan pendeknya, hendak memeluk istrinya itu jika Gheorghe tidak berdehem untuk mengingatkan pria itu akan keberadaannya sekarang.     

Wanita itu berjalan mendekat dan mencium kening suaminya sebelum meletakkan nampan berisi makanan di atas meja.     

Gheorghe diam-diam menatap wanita itu dengan cermat. Anna Stoica, itu adalah nama istri kesayangan Illiu Stoica ini.     

Secara visual, wanita ini sangat menarik dan sensual hingga Gheorghe sedikit bingung mengapa ia tertarik dengan si cebol Illiu. Namun, Gheorghe – yang menyukai wanita seksi mana pun – tidak terlalu nyaman dengan wanita satu ini.     

Terutama tatapan matanya.     

Seperti sekarang, Anna yang sedang menata piring-piring di atas meja, diam-diam menatapi Gheorghe. Tatapannya penuh misterius dan entah mengapa, Gheorghe merasakan dirinya sedang direndahkan oleh tatapan itu.     

"Oh ya, kudengar, putri Tuan Tudor ditangkap polisi hari ini karena melakukan percobaan pembunuhan kepada Tuan Adrian," ujar Anna memecahkan keheningan.     

Gheorghe mengernyit semakin dalam. "Daigo Sophia? Bukankah dia tunangan Adrian?"     

Illiu mengangguk.     

Gheorghe mendengus penuh ejekan. "Sepertinya Daigo Tudor sudah mulai meluncurkan niat jahatnya."     

"Apa maksudmu?" Illiu bertanya dengan polos.     

Gheorghe menatap pak tua cebol itu dengan bosan. Pria tua ini terlalu bodoh untuk tidak mencurigai Daigo Tudor.     

"Gheorghe, apa maksudmu?" tanya Illiu yang masih penasaran tapi Gheorghe terlalu malas untuk menjelaskan.     

Gheorghe hampir tidak percaya bahwa Illiu-lah yang mengusulkan rencana jahat yang sedang mereka jalankan ini untuk menyingkirkan Luca dan juga para half-beast. Lihatlah betapa ia mempercayai omongan manis Tudor!     

Jika Gheorghe bisa berspekulasi….     

Ia melirik Anna yang telah duduk di samping Illiu sambil sesekali memainkan pipi tembam Kepala Keluarga Stoica itu.     

Gheorghe menyipitkan matanya tajam. Ia lebih percaya bahwa istri Illiu-lah yang memegang kendali untuk rencana ini.     

"Oh ya, kudengar kalian akan mengumumkan penurunan Tuan Luca secara resmi di hari Upacara Kedewasaan?" tanya Anna menarik Gheorghe kembali dari pikirannya.     

"Benar," jawabnya singkat.     

Anna manggut-manggut. "Kalian akan memanggil istrinya juga?"     

Gheorghe mengernyit bingung. "Untuk apa?"     

"Eh? Bukankah kalian ingin menarik Tuan Luca turun hingga tidak bisa naik lagi? Tuan Luca sangat dihargai oleh rakyatnya dan banyak anak muda yang mengaguminya. Jika kalian menurunkannya begitu saja tanpa alasan yang kuat, bukankah kemungkinan munculnya protes menjadi tinggi? Jadi, aku pikir, kalian memilih hari Upacara Kedewasaan yang dipenuhi dengan incubus dari seluruh kalangan untuk menyatakan penurunan Tuan Luca dan memperlihatkan bukti jelas untuk menjatuhkannya hingga ke dasar."     

Gheorghe tertegun. Apa yang dikatakan Anna itu masuk akal dan sempat juga terpikirkan olehnya.     

Selama Upacara Kedewasaan, semua anggota kaum incubus akan diundang baik dari anggota inti keluarga hingga yang hanya bekerja sebagai pemilik toko sekalipun. Jika mereka hanya menyatakan alasan penurunan Tuan Luca begitu saja tanpa bukti kuat, mereka tidak akan bisa meyakinkan seluruh anggota kaum mereka. Namun, jika bukti fisiknya ada di sana dan terlihat sangat jelas, semuanya akan memiliki pemikiran yang sama dan impresi terhadap Luca pun akan rusak seluruhnya. Segala kekaguman yang ada pun hanya akan masuk ke dalam tempat sampah setelah pengumuman itu.     

"Ide bagus. Aku akan mengusulkan undangan untuk istrinya," ujar Gheorghe menyetujui.     

Illiu tidak terlalu paham sehingga ia membutuhkan beberapa penjelasan dari istrinya sebelum akhirnya ikut menyetujui. "Ini memang ide yang bagus! Selain itu, jika half-beast itu ada di sana, kau akan memiliki kesempatan untuk menculiknya."     

Gheorghe tidak menyadarinya sampai Illiu mengatakan hal itu. Pria itu benar, ini akan menjadi kesempatannya!     

Ini yang dinamakan sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui!     

Gheorghe merinding. Jika wanita itu juga memikirkan hal ini ketika menyatakan pemikirannya, maka wanita bernama Anna Stoica ini benar-benar licik.     

'Aku harus berhati-hati dengannya!' pikir Gheorghe seraya meminum kembali anggurnya.     

*****     

Vasile membuka pintu kamarnya.     

"?!" Napas Toma tertahan oleh kemunculan Vasile yang tiba-tiba itu. Tangannya dengan cepat menyelipkan alat komunikasi yang sedang ia pegang ke dalam tumpukan kain pakaiannya yang tersimpan di dalam rak tak berpintu di samping tempat tidur.     

"Kau belum tidur?" tanya Vasile yang tidak curiga. Toma memang sering terkejut ketika melihatnya dan Vasile mengira itu hanya karena Toma takut diserang lagi oleh Vasile.     

Memikirkan diserang, Vasile mengulum senyum.     

Melihat senyum itu, Toma mulai memiliki firasat buruk. Ia yakin Vasile akan menyerangnya lagi malam ini.     

'Sial! Dasar paman mesum!' Namun, apa pun gerutuannya, ketika ia sudah dijatuhkan ke atas tempa tidur, semuanya terhapuskan oleh gairah dan erangan nikmat. Toma tidak dapat melawan sama sekali membuat ia semakin kesal.     

Vasile membuka kancing jasnya membuat telinga dan ekor Toma berdiri tegak dengan penuh was-was.     

Menyadari hal itu, Vasile tertawa kecil. Ia berjalan mendekati Toma membuat serigala itu mundur sedikit. Ketika Vasile semakin dekat, Toma sudah menempel erat pada dinding. Ia berusaha menciutkan dirinya.     

Vasile mengangkat tangannya, menjulurkannya ke arah Toma.     

Toma ingin lari tapi di samping kanannya terdapat rak, sementara di samping kirinya adalah tempat tidur. jika ia menghindar ke kanan, ia akan menabrak rak itu – alat komunikasinya bisa saja terjatuh dan ditemukan oleh Vasile. namun, ia juga tidak bisa lari ke kirinya karena tempat tidur adalah zona paling berbahaya untuk Toma. Pada akhirnya, ia hanya bisa menutup matanya dengan pasrah.     

Puk… Telapak tangan yang hangat menepuk pangkal kepala Toma.     

"?"     

Toma membuka matanya dengan bingung. Matanya langsung menangkap Vasile yang sudah tersenyum geli di hadapannya.     

Vasile yang jahil mendekatkan wajahnya hingga berjarak beberapa sentimeter saja dari telinga Toma.     

Napas panas Vasile menggelitik telinganya membuat ia hampir mengeluarkan suara yang aneh jika ia tidak segera menggigit bibirnya. Tubuhnya mulai panas dingin.     

"Tidurlah. Simpan energimu untuk kencan besok," bisik Vasile pelan sebelum menjauhkan wajahnya.     

"Eh?"     

Otak Toma tiba-tiba macet.     

Ketika ia masih berusaha mencerna maksud perkataan itu, Vasile sudah menidurkan Toma ke atas tempat tidur dan menyelimutinya dengan selimut tebal yang lembut.     

Vasile mengambil pakaian bersih sambil membuka kancing kemejanya. Ketika bunyi pintu kamar mandi yang ditutup menggema di dalam kamar itu, Toma akhirnya berhasil mencerna kalimat itu.     

Toma mengerjap-ngerjap bingung seraya menatap selimut yang menyelimutinya.     

'Ternyata dia tidak akan melakukannya….'     

Toma menghela napas lega. Ia segera memejamkan matanya dan berusaha tidur.     

Namun ternyata, kebiasaan menghabiskan malam dengan olahraga sebentar di atas tempat tidur sebelum tidur itu telah melekat pada Toma sehingga sekarang, ia mulai merasa tidak nyaman. Toma berguling untuk mengubah posisi tidurnya – mencari posisi yang bisa membuatnya rileks dan tertidur pulas – tapi, setelah hampir sepuluh kali ia berguling pun, ia masih tidak bisa tidur.     

'Sialan! Tubuhku ini!'     

Toma mengutuk Vasile yang sudah membuat tubuhnya menjadi aneh!     

Toma berusaha untuk tidak memikirkannya. Namun, semakin ia berusaha, benaknya semakin giat memutar adegan olahraga malam mereka membuat tubuh Toma panas dingin. Tanpa bisa ia pungkiri, bagian bawahnya mulai berdiri tegak.     

'Oh terkutuklah!'     

Toma mengabaikan benda di selangkangannya itu dan berharap benda itu akan kembali tenang dengan sendirinya. Namun, sebaliknya, benda itu malah menjadi semakin bersemangat akibat otak Toma yang semakin mesum.     

Tidak punya pilihan lain, Toma memasukkan tangannya ke dalam celana, berusaha meredakan benda sialannya itu secepatnya dan tidur.     

Namun, sepertinya Toma benar-benar sedang sial.     

Tepat saat Toma mencapai klimaks, Vasile keluar dari kamar mandinya. Erangan tertahan tertangkap oleh telinga Vasile.     

"Toma…?"     

Toma terlonjak kaget. Menyadari bahwa ia telah tertangkap basah, wajahnya langsung merah padam. "Se—selamat tidur!" serunya segera menarik selimut hingga menutupi wajahnya. Rasanya ingin menghilang dari dunia ini.     

Tentunya Vasile tidak akan membiarkan Toma begitu saja. Ia segera naik ke atas tempat tidur dan menarik selimut itu secara paksa.     

"Ti—tidak--!"     

Dari bawah selimut yang tersibak, Vasile bisa melihat cairan putih yang mengotori tangan Toma dan beberapa bagian dari tempat tidur.     

Toma semakin ingin menghilang. Ia menutup wajahnya yang serasa akan meledak saking panasnya. "Ja—jangan lihat! Pergi!" serunya dengan suara yang sedikit bergetar. Kakinya berusaha menendang Vasile pergi. Kedua telinganya yang jatuh terkulai lemas juga sedikit bergetar.     

Vasile dengan sigap menangkap kaki itu.     

'Padahal aku sudah berusaha menahan diri,' batin Vasile. Namun, Toma terlalu imut!     

Seluruh pertahanan Vasile ambruk dan malam itu kembali diselimuti dengan gairah yang memabukkan….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.