This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kembali Bermimpi (1)



Kembali Bermimpi (1)

[Mihai berjalan memasuki hutan lebat. Jalanannya sedikit menanjak dan becek, sepertinya habis diguyur hujan.     

'Hm? Kenapa aku ada di sini?'     

Seharusnya ia sedang tidur dan ketika ia tersadar, ia sudah melihat hutan lebat ini.     

'Apa yang sedang kulakukan di sini? Ini di mana?'     

Mihai ingin berhenti dan menoleh untuk mencari tahu tapi bagaikan tubuh ini bukan miliknya, ia terus berjalan maju tanpa ragu. Dirinya sangat yakin bahwa orang yang ingin ia temui ada di ujung jalan itu.     

'Ah … ini mimpi?'     

Mihai ingat ia pernah merasakan situasi seperti ini juga saat ia bermimpi kemarin. Jika ini benar mimpi, maka ia tidak bisa melakukan apa pun. Ia hanya bisa mengikuti keinginan mimpinya.     

Ia terus berjalan hingga ia melihat cahaya yang menyilaukan di ujung jalan tersebut yang terpancar melalui sela-sela semak-semak tinggi. Ia menyingkirkan semak itu ke samping untuk memberinya jalan dan cahaya matahari siang yang agak menusuk segera menimpa dirinya.     

Tidak seperti jalanan tadi, tempat ia berdiri sekarang adalah sebuah jalanan rata yang hanya ditumbuhi rerumputan di beberapa tempatnya. Sebuah sungai kecil yang sangat panjang memasuki pandangannya – ujungnya tidak terlihat sama sekali. Sungai itu dialiri air yang sangat jernih – begitu jernih hingga Mihai bisa melihat ikan-ikan yang berenang di dalamnya.     

Mihai celingak-celinguk, mencari sesosok pria yang ia harapkan berada di situ, dan langsung berhenti ketika matanya menangkap sebuah sosok yang sedang duduk di atas batu besar di tepi sungai.     

'Itu dia!' Mata Mihai berbinar penuh kerinduan. Ia tahu pria itu akan menyelimuti dirinya dengan keindahan alam yang menenangkan jika sedang sedih atau marah.     

Pria yang dicari Mihai itu duduk dengan keadaan membungkuk, kedua tangan menumpu pada paha dan jari-jarinya saling tertaut. Wajahnya yang tertutupi rambut hitamnya terarah pada aliran sungai, sepertinya sedang mengamati ikan-ikan di dalamnya.     

Deg! Deg!     

Jantung Mihai berdegup kencang. Ia bisa merasakan wajahnya memanas dan ada rasa bahagia ketika melihat pria itu. Namun, bersamaan dengan rasa bahagia itu, secercah perasaan sedih juga ikut terselip di dalamnya.     

Matanya turun pada punggung tangan pria itu dan mendapati luka gores yang besar di sana. Darah yang mengalir dari luka itu telah membeku tapi masih terlihat sangat menyakitkan.     

Setelah berdiri diam selama beberapa detik, Mihai berjalan mendekati pria itu. Ketika jaraknya hanya sisa beberapa meter, kepala pria itu bergerak sedikit.     

Sepertinya, pria itu menyadari keberadaan Mihai karena sedetik kemudian, pria itu telah menoleh padanya.     

'Siapa dia? Aku tidak bisa melihat wajahnya…,' batin Mihai.     

Wajah pria itu buram seluruhnya. Yang terlihat jelas hanya mulutnya. Namun, Mihai yang ada di dalam mimpi sepertinya dapat mengetahui dengan jelas apa yang sedang dirasakan pria itu.     

'Dia marah…,' pikir Mihai yang ada di dalam mimpi. Ia tahu pria itu tidak suka dengan keberadaannya.     

Pria itu mendengus dingin. "Apa? Kau ingin menertawakanku?"     

Dada Mihai terasa ditusuk-tusuk. Ingin rasanya ia meneriakkan 'Bukan begitu! Aku mencemaskan keadaanmu!' dengan lantang. Namun, ia tidak bisa, itu hanya akan memperburuk segalanya. Mulutnya terbuka-tertutup beberapa kali tanpa bisa mengatakan sepatah kata pun.     

Melihat hal itu, pria tersebut tertawa mengejek. "Kekurangan kosa kata untuk mencemoohku? Perlu aku mengajarkanmu?"     

Mihai mengeratkan rahangnya, menahan seluruh dorongan untuk mengeluarkan perhatiannya, dan akhirnya hanya bisa menggumamkan dua kata, "Bukan Begitu…."     

Tawa pria itu terhenti. Mihai bisa merasakan tatapan dingin pria itu menusuknya hingga ke tulang, membuatnya menggigil. "Lalu untuk apa kau ke sini?"     

Diberikan pertanyaan itu, Mihai tertegun. Benar! Untuk apa ia buru-buru datang ke sini? Untuk membuatnya semakin sedih dan marah hingga muntah darah?!     

Mihai merasa dirinya benar-benar sangat bodoh, hanya bergerak dari dorongan impulsif tanpa memikirkannya secara matang. Kedatangan dirinya tidak akan memberikan efek penenang apa pun kepada pria ini!     

Lagi pula, masalah yang dihadapi pria ini kali ini adalah buah dari keberadaannya. Tentunya, pria ini tidak ingin melihat wajahnya tepat setelah mendapatkan masalah itu….     

Sebaiknya ia pergi … jika ia ingin menghibur pria ini, cara yang terbaik adalah menghilang dari pandangannya selama mungkin…. Begitu yang dipikirkan Mihai, tapi kakinya tidak mau bergerak bagaikan telah diberi lem. Dari lubuk hatinya yang terdalam, ia ingin tetap berada di sini, di samping pria ini….     

Keheningan memenuhi mereka….     

Hanya bunyi aliran sungai dan gesekan dedaunan yang terdengar.     

Pria itu sudah lama mengabaikannya dan menatap kosong ke arah aliran sungai. Sementara Mihai masih berdiri bodoh di tempat yang sama. Arah pandangannya sesekali jatuh pada tangan pria itu yang terluka.     

'Aku ingin mengobati lukanya….'     

Tanpa disadarinya, ia telah mengulurkan tangannya pada luka itu.     

Tidak pernah menduga Mihai akan mendekatinya dan bahkan menyentuhnya, pria itu terkejut sejenak sebelum menepis tangan Mihai dengan kasar. Bunyi 'plak!' terdengar keras di dalam hutan yang kosong.     

"Apa yang sebenarnya sedang kau pikirkan?!"     

Mihai mematung sejenak, tidak bisa keluar dari keterkejutannya. "Aku…."     

Pria itu sepertinya benar-benar sudah kehilangan kesabarannya. Ia melambaikan tangannya dan mengusir Mihai. "Pergi dari sini! Aku tidak mau melihat wajah menjijikkanmu itu, Sialan!"     

Darah panas mulai mengalir ke kepala Mihai. Wajahnya merah padam dan napasnya menderu.     

Baiklah! Mihai tahu pria itu membencinya. Ia juga telah melakukan sesuatu yang pantas untuk mendapatkan kebencian pria ini. Namun … namun….     

Ini mungkin pertama kalinya pria itu mencemoohnya dan membentaknya secara langsung dan itu sangatlah kasar. Mihai yang tidak terbiasa dengan itu benar-benar tidak bisa menghentikan emosinya.     

Otaknya sudah dikuasai oleh amarah dan pikirannya tidaklah jernih. Mihai merasa harus menenangkan dirinya jika tidak, ia merasa akan menyentuh hal-hal yang seharusnya tidak boleh ia sentuh.     

Namun, ketika ia tersadar, semuanya sudah terlambat….     

"Wajahku menjijikkan?! Mengapa kau tidak mengatakan itu kepada gadis pujaanmu yang telah membentukku menjadi seperti ini?! Mintalah kepadanya untuk memberikanku wajah yang lebih cantik seperti miliknya yang kau sukai!"     

Pandangan Mihai langsung berputar dan ia ambruk ke tanah.     

Pria itu benar-benar menonjoknya dengan seluruh tenaganya!     

"KAU BAJINGAN! DIA MATI KARENA KAU DAN KAU MASIH BERANI MENGUNGKITNYA DENGAN TIDAK SOPAN!" bentak pria itu dengan seluruh energi yang ia punya. Dadanya naik turun karena amarah yang begitu kuat.     

Mihai juga tidak dalam keadaan yang lebih baik. Awalnya ia mulai menyesali apa yang telah ia katakan dan ingin meminta maaf tapi mendengar perkataan pria itu, amarahnya kembali membuncah.     

'Dia mati karena aku?! Siapa yang menyuruhnya melahirkanku jika dia membenciku?! Aku tidak memintanya untuk itu!'     

Mengepalkan tangannya erat, Mihai segera bangun dan menonjok pria itu dengan sekuat tenaga. Keduanya saling bertukar tonjokan – kulit mereka sobek dan darah mengucur dari berbagai area di tubuh mereka. Tidak ada yang mau menyerah dan setiap tonjokan baru yang diluncurkan lebih berat dibandingkan tonjokan yang sebelumnya.]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.