This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kencan Pertama



Kencan Pertama

0Toma meringis kecil ketika menuruni kereta kuda. Bagian bawah pinggulnya terus berdenyut sakit. Semua ini karena Vasile yang terus melanjutkan kegiatan tadi malam walaupun Toma sudah menangis dan memohon agar Vasile berhenti.     
0

'Dasar Paman mesum itu. Tidak bisa dimaafkan!'     

"Kalau begitu, aku pergi dulu." Victor yang mengendarai kereta kuda itu berucap dengan dingin, menarik Toma kembali ke kenyataan.     

Toma mengangguk singkat dengan sama cueknya dan kereta kuda segera melaju pergi meninggalkan Toma sendirian.     

Pagi tadi, ketika ia bangun, ia tidak menemukan Vasile di sampingnya. Hanya ada secarik kertas yang ditinggal Vasile di atas meja.     

Di dalam kertas itu, Vasile menuliskan bahwa ia akan pergi ke tempat kencan terlebih dahulu untuk mengantri tiket karena kabarnya, hari ini tempat itu memiliki acara khusus jadi Vasile takut kehabisan tiket. Lalu, bahwa ia akan diantar oleh Victor dengan kereta kuda sampai ke tempat kencan.     

Toma mengelus-ngelus bokongnya seraya berjalan dengan langkah kecil mendekati tempat kencan mereka.     

Ya, di hadapannya sekarang, terdapat sebuah gerbang masuk yang didekorasi selucu dan semenarik mungkin bertuliskan 'Taman Bermain Rumbell'. Suara teriakan anak kecil terus terdengar dari dalam tempat itu membuat Toma sedikit mual.     

Sepertinya tempat ini benar-benar sangat ramai.     

Toma tidak terbiasa dengan keramaian dan sangat membencinya.     

Hanya saja, ia tidak punya pilihan lain. Saat mau memiilih tempat kencan, ia berusaha mencari tempat yang luas dan cukup ramai agar ketika ia bertemu dengan utusan dari Tuan Nemu, Vasile tidak akan bisa menemukannya dengan mudah.     

"Hah…."     

"Toma!"     

Panggilan itu menarik Toma kembali dari pikirannya. Ia mengenali suara itu sebagai milik Vasile.     

Toma mendongak, mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Namun, ia tidak menemukan Vasile. Yang ia temukan hanyalah seorang pria manusia yang jangkung dan tampan sedang tersenyum dan melambai ke arahnya.     

Toma menoleh ke arah belakangnya tapi tidak menemukan sosok apa pun yang terlihat merespons lambaian pria jangkung itu.     

'Hm? Lalu dia melambai ke siapa?'     

"Toma!"     

Tiba-tiba, lengan Toma digenggam kuat membuatnya dengan sigap menoleh. Toma terkesiap hingga matanya membelalak lebar.     

Di hadapannya sekarang, pria jangkung yang tampan itu sudah berdiri tepat di depannya dan sedang menggenggam lengannya. Aroma sabun mandi yang familiar memasuki penciuman Toma.     

'Hm? Aroma ini….'     

"Kau … mengapa kau tahu namaku??" Toma dilanda kebingungan.     

Aroma yang ia cium dari tubuh pria itu adalah aroma sabun mandi yang biasa digunakan oleh Vasile. Namun, pria di hadapannya ini seharusnya bukan Vasile.     

"Apa yang kau katakan? Aku Vasile," ujar pria itu seraya tertawa kecil, sedikit geli dengan pertanyaan Toma.     

"Eh?! Ta—tapi…." Toma kehilangan kata-katanya. Lagi pula, pria ini tidak memiliki tanduk, kumis, dan wajahnya terlihat sangat muda dan tampan! Tidak seperti Vasile yang sudah seperti paman-paman.     

Vasile menggaruk belakang lehernya dengan sedikit tidak nyaman. Ia merasa paham mengapa Toma seperti ini. "Apa aku terlihat sangat berbeda tanpa kumis? Banyak yang bilang wajahku seperti anak 20 tahunan jadi aku menumbuhkan kumis agar terlihat lebih tua."     

"Ka—kau juga tidak punya tanduk!"     

"Aku menutupinya dengan sihir. Walaupun ini di kota, diskriminasi terhadap half-beast masih tinggi jadi akan aneh jika incubus berjalan bersama half-beast. Aku tidak ingin menarik perhatian jadi aku menyamar menjadi manusia."     

"Ta—tapi…." Toma masih tidak bisa percaya.     

Bagaimana bisa jika paman mesum dari kemarin tiba-tiba berubah menjadi anak muda tampan yang begitu fresh bagaikan seorang aktor!     

Tiba-tiba, Vasile menundukkan dan mendekatkan wajahnya pada Toma.     

"A—apa yang kau lakukan?!" Di hadapkan dengan wajah setampan itu, Toma tidak bisa menghentikan jantungnya untuk tidak berdegup kencang.     

Oh sialan! Toma tidak tahu bahwa ia memiliki kecintaan terhadap wajah tampan!     

"Lihat mataku."     

Toma mengernyit bingung tapi tetap melakukan apa yang pria itu minta. Pada mata pria itu, Toma menemukan warna merah gelap yang menjadi khas incubus. Selain itu, tatapan mata ini….     

Deg!     

Tatapan mata Vasile kemarin malam kembali berputar di otak Toma. Wajahnya langsung merah padam. Cara pria itu menatapnya benar-benar sama persis dengan bagaimana Vasile menatapnya selama ini.     

Toma segera mengusir adegan panas itu dari otaknya sebelum bagian bawahnya benar-benar akan menjadi aktif kembali.     

Mau tidak mau, Toma harus percaya walaupun ia masih heran bagaimana seseorang bisa sangat berbeda hanya dengan mencukur kumisnya!     

"Baiklah. Kau Vasile. Aku percaya."     

Vasile tersenyum senang. Ia segera menarik lengan Toma.     

"Aduh! Pelan-pelan!" Toma langsung mengeluh karena bagian pinggulnya langsung berdenyut.     

"Ah, maaf. Sakit? Apa aku terlalu kasar kemarin?"     

Mendengar itu, amarah memenuhi Toma. ''Apa aku terlalu kasar kemarin' dia bilang?! Aku bahkan sudah menangis memohon dan dia masih mengira itu lembut!'     

"Grrr!" Toma menggeram kesal. Telinga dan ekornya berdiri tegak dan bulu-bulunya meruncing tajam.     

Vasile menyadari bahwa ia telah salah memilih kata. Seharusnya ia tahu ia terlalu kasar kemarin. Hanya saja, itu pertama kalinya ia melihat Toma mengeluarkan tanda-tanda bahwa pria serigala itu juga menikmati kegiatan malam mereka. Hal itu membuat Vasile terlalu bahagia hingga ia kehilangan kendali diri.     

"Maaf … aku menyesal," ujar Vasile tulus.     

"Tidak dimaafkan!" Toma membuang muka. 'Kau kira rasa sakit ini bisa hilang hanya dengan kata maaf?!'     

Vasile menunduk lemas penuh penyesalan. Jika ia punya telinga dan ekor, pastinya sudah terkulai lemas.     

"Ja—jangan memasang wajah seperti itu!" protes Toma yang tanpa sengaja melihat Vasile setelah beberapa saat tidak ada yang berbicara.     

"Maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi."     

Toma mengernyit dalam. Ia tetap tidak ingin memaafkannya tapi wajah Vasile benar-benar seperti anjing kecil membuat Toma semakin luluh.     

"Aghh! Baiklah! aku maafkan!" Akhirnya Toma tidak bisa menahan dirinya untuk tidak luluh. Wajah paman ini benar-benar curang!     

Dalam sekejap, cahaya kembali di wajah Vasile.     

Keduanya segera memasuki taman bermain yang memang ramainya luar biasa.     

"Kau mau naik atraksi apa?" tanya Vasile sambil melihat ke sekelilingnya. Tangannya masih menggenggam lengan Toma agar pria itu tidak terpisah darinya.     

Di sampingnya, Toma merasa sangat tidak nyaman. Banyak anak kecil yang berlari ke sana kemari tanpa peduli sekeliling. Ia takut menabrak mereka. Selain itu, keramaian ini benar-benar membuatnya pusing.     

"Toma, kau tidak apa-apa?" tanya Vasile cemas ketika menemukan wajah pucat Toma.     

Toma menggeleng. Ia ingin segera mengambil barang yang ia perlukan dari organisasi lalu segera pulang! "A—aku mau ke toilet sebentar! Tunggu aku di kursi itu!" pintanya seraya menunjuk kursi panjang di dekat tempat mereka berdiri.     

"Kau yakin bisa pergi sendiri? Mau kutemani?" Vasile takut Toma tiba-tiba pingsan di tengah-tengah perjalanannya menuju toilet.     

Toma segera menggeleng kuat. "Tidak perlu! Pokoknya tunggu aku di sini!" tegasnya dengan nada yang tidak bisa dibantah lagi.     

Akhirnya Vasile mengangguk paham dan menunggunya di kursi. Dalam hatinya, ia semakin menyesal telah memaksa Toma tadi malam. Sepertinya Toma menjadi tidak enak badan karena dirinya tadi malam. Ia bersumpah untuk tidak akan melakukannya lagi demi kesejahteraan Toma.     

'Aku akan beli minum dulu. mungkin itu bisa menyegarkan Toma kembali,' pikirnya seraya mencari vending machine terdekat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.