This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Shikida Toma (1)



Shikida Toma (1)

0"Siapa itu Nicole?" Vasile akhirnya bisa mengeluarkan pertanyaan itu setelah beberapa saat. Ketika ia mengeluarkan nama itu, ia bisa merasakan bagian dalam mulutnya yang pahit.     
0

Ia tidak tahu siapa Nicole itu tapi melihat dari ekspresi Toma, ia yakin gadis bernama Nicole itu adalah seseorang yang sangat berharga bagi Toma.     

'Jika itu adalah nama kekasihnya di masa lalu….' Vasile tidak bisa menghentikan dirinya untuk tidak memikirkan kemungkinan itu dan semakin ia memikirkannya, semakin suram juga suasana hatinya.     

Di sisi lain, Toma sedikit terkejut, tidak menyangka Vasile akan melihat kejadian tadi. Namun, detik berikutnya, alisnya berkerut dalam. Matanya memicing pada Vasile dengan curiga.     

"Mengapa kau ingin tahu?"     

Ekspresi wajah Vasile menjadi semakin sendu. Matanya yang menatap lurus pada Toma memancarkan rasa sedih. "Kau seharusnya tahu mengapa."     

"Hah?" Jujur saja Toma sama sekali tidak paham.     

Melihat ekspresi Toma pun, Vasile paham bahwa Toma jujur.     

Vasile menghela napas. "Tidak ada anehnya aku ingin mengetahui tentang gadis yang namanya kau sebutkan itu," ujarnya lagi berharap dengan ini, Toma bisa memahami maksudnya dengan jelas.     

Namun, sepertinya Toma sangat amatir dalam hal ini. Kernyitan di dahinya bertambah dalam. "Mengapa kau ingin tahu? Itu tidak ada hubungannya denganmu."     

Vasile menggeram kecil seraya mengacak rambutnya dengan kesal. "Maksudku, aku cemburu dan ingin tahu siapa gadis yang muncul dari mulutmu itu! Paham?!"     

Menjelaskan ini membuatnya terlihat sangat menyedihkan. Ia jadi frustasi.     

Hening….     

Toma tidak menyangka akan mendengar kata cemburu dari mulut Vasile. Matanya terbelalak lebar dan mulutnya juga dalam keadaan yang sama.     

'Cemburu? Mengapa dia harus cemburu? Lagipula Vasile bukan siapa-siapaku!'     

Tunggu dulu!     

Toma merasa ia telah melewatkan bagian yang penting….     

Hubungan apa yang mereka miliki sekarang?!     

Mereka sudah pernah berciuman. Mereka juga sudah pernah melakukan hubungan intim.     

'Apa ini maksudnya kami sudah pacaran?!'     

Namun, Vasile tidak pernah menyatakan suka padanya.     

Kalau begitu apa?     

Sex friend?     

Memikirkan itu membuat Toma merinding. Ia tidak ingin menjadi sex friend seorang incubus! Bahkan mereka tidak bisa dibilang friend!     

"Kita tidak pacaran. Mengapa kau harus cemburu?" ujar Toma akhirnya yang lebih terdengar seperti pernyataan daripada pertanyaan.     

Vasile tertegun.     

Toma benar. Mereka tidak pacaran. Namun, seharusnya Toma tahu perasaan yang ia miliki. Sikap Toma yang cuek seperti itu walaupun sudah tahu perasaannya membuat ia semakin frustasi – faktanya Toma tidak tahu.     

Keduanya kembali hening.     

Toma merasakan suasana yang berat menyelimuti sekelilingnya membuat ia merasa tidak nyaman. Ia berusaha mencari topik lain untuk mencairkan suasana tapi terhenti ketika menemukan ekspresi sedih yang terpasang di wajah Vasile yang sedikit tertunduk.     

Bagian dadanya mulai berdenyut sakit.     

Instingnya mengatakan bahwa ia tidak ingin melihat ekspresi itu terpasang di wajah Vasile.     

'Lagipula, Nicole juga bukan pacarku….' Ia rasa tidak baik juga membiarkan Vasile berlarut dalam kesalahpahaman.     

"Nicole…," gumam Toma membuka pembicaraan. "…itu adikku. Shikida Nicole."     

Vasile mengerjap beberapa kali, masih mencerna ucapan Toma. "Adik…mu?" Rasa lega segera memenuhi dirinya.     

Melihat mulut Vasile yang berangsur-angsur melengkung membentuk senyum tipis, denyutan di dada Toma pun ikut menghilang. Hal ini membuat Toma yakin, ia telah melakukan hal yang benar.     

Tanpa sadar, Toma pun tersenyum tipis.     

"Jadi, mana makananku?" Toma memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan. Ia tidak ingin membahas hal suram ini lagi.     

"Ah!" Vasile juga baru teringat oleh itu dan segera menyodorkan sekantung plastik berisi bubur. "Aku juga mendapat mangkuk sekali pakai dari toko itu."     

Toma mengangguk seraya menuangkan bubur yang masih hangat ke mangkuk tersebut dan mulai memakannya. Perut yang kosong segera terisi, memberikan rasa puas.     

"Ngomong-ngomong, apa kau terpisah dari adikmu?" tanya Vasile tiba-tiba ditengah acara makannya. Sepertinya Vasile masih penasaran dengan topik tadi.     

Mendengar itu, suasana hati Toma yang awalnya kembali membaik langsung menjadi buruk. Kejadian masa lalu kembali terputar di benaknya membuat setiap suap bubur yang ia masukkan ke dalam mulut terasa pahit. Nafsu makannya langsung hilang.     

Melihat perubahan itu, Vasile bisa menarik kesimpulan bahwa jawaban dari pertanyaannya adalah iya.     

Sebenarnya, Vasile tidak ingin membuat Toma lebih sedih dari ini. Hanya saja, ia masih punya tanggung jawab untuk merubah niat Toma untuk membunuh Luca. Bisa saja ia melakukannya dengan mengetahui lebih dalam mengenai masa lalu pria ini.     

"Apa itu ada hubungannya dengan incubus?" tebak Vasile.     

Kedua sudut bibir Toma semakin tertekuk dan alisnya berkerut semakin dalam.     

Vasile yakin jawabannya ada iya lagi.     

"Apa ini ada hubungannya dengan Mocanu?" tebak Vasile lagi setelah menganalisa sejenak.     

Jika Toma memiliki kebencian terhadap Luca, kemungkinannya hanya dua. Apakah karena Luca ada kepala dari seluruh incubus atau karena Luca adalah Mocanu. Vasile memutuskan untuk mengambil kemungkinan yang lebih sempit dlu.     

BRAK!     

Tiba-tiba, Toma menonjok tempat duduk yang sedang mereka duduki dengan sangat kuat hingga Vasile terlonjak kaget.     

"To—Toma?" Vasile bisa merasakan aura membunuh yang menguar keluar dari Toma.     

'Apa aku sudah kelewatan?'     

Vasile menaikkan pengawasannya, bersiap menangkis jika Toma menyerangnya. Namun, Toma masih tetap duduk tertunduk dengan tangan terkepal erat, tidak terlihat akan bergerak.     

Gigi Toma bergemeretak keras dan taringnya yang tajam muncul keluar dari bibirnya.     

Toma mengangkat wajahnya sedikit. Vasile langsung bertemu dengan mata yang menusuk tajam ke arahnya.     

"Kau sudah tahu? Katakan! Kau sudah tahu dari awal?!"     

"A—apa?"     

"Ya! Kau pasti sudah tahu dan mempermainkanku! Hah! Menyebalkan! Jangan-jangan kau yang akhirnya menggunakan adikku untuk rencana busuk keluargamu itu?!"     

Semakin di dengar, Vasile semakin tidak paham maksud pria itu.     

Sementara itu, Toma sudah terlalu marah oleh pemikirannya sendiri hingga menarik kerah pakaian Vasile dengan kuat.     

Untungnya, jika dalam masalah kekuatan, Vasile masih lebih kuat. Jadi, sebelum Toma benar-benar mencekiknya, Vasile sudah menggenggam tangan Toma dengan kuat dan melepaskannya secara paksa.     

"Tenanglah! Aku benar-benar tidak paham maksudmu!"     

"Bohong! Kau pasti sudah tahu! Jika tidak, mengapa kau bisa menebaknya dengan sangat tepat?! Aku tidak percaya itu hanya karena keberuntungan!"     

Baiklah. Sekarang, Vasile tahu dengan pasti bahwa seluruh tebakannya itu benar.     

"Itu hanyalah hasil dari analisaku terhadap apa yang kau lakukan selama ini. Aku tidak mengenal adikmu—"     

"Bohong! Kau bagian dari Mocanu! Seharusnya ka—" Toma terhenti tiba-tiba kemudian tertawa sedih. "Ah … iya benar. Begitu banyak yang berada di posisi adikku. Alat yang begitu banyak dan bisa dibuang kapan saja, tentunya kau tidak akan mengingatnya ya … hahaha…." Tawa Toma semakin menyakitkan hati Vasile.     

Vasile bisa merasakan tubuh pria itu yang gemetaran karena menahan tangis.     

Mendengar apa yang telah dikatakan Vasile dalam keadaan kacaunya, Vasile kira-kira bisa menduga apa yang sedang terjadi.     

Adiknya Nicole, sepertinya merupakan salah satu korban dalam kegiatan Keluarga Mocanu untuk memproduksi mixed blood, kaum campuran itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.