This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Memperdalam Hubungan



Memperdalam Hubungan

0"Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu…," ujar Mihai lebih seperti gumaman. Matanya menatap kosong pada pemandangan alam.     
0

"Kau ingin tahu tentangku?"     

"Eh?"     

Keduanya saling bertatapan sejenak. Wajah Mihai segera berubah menjadi kepiting rebus.     

"A—aku … itu…." Mihai baru tersadar ia telah tanpa sengaja mengucapkan pikirannya.     

'Bodoh! Kalau dia jadi tahu perasaanku gimana dong?!' Mihai berusaha mencari cara untuk memperbaiki kesalahannya tapi Luca hanya menatapnya bingung.     

Pasalnya, Luca tidak keberatan untuk menceritakan tentang dirinya kepada Mihai. Jika dipikir-pikir, ia juga ingin mengetahui leibh banyak tentang Mihai. Jadi, ia tidak paham mengapa Mihai begitu tegang dan salah tingkah.     

"Sebagai gantinya, ceritakan juga tentangmu padaku," ujar Luca seraya menatap Mihai dengan lembut.     

"Eh?"     

"Kau keberatan?"     

Mihai segera menggeleng. Ia sangat senang Luca ingin mengetahui tentang dirinya.     

Luca mengangguk ringan lalu kembali menatap pemadangan.     

Sepertinya Luca juga tidak mencurigai perasaannya jadi Mihai kembali bisa bernapas lega.     

"Hmm … aku harus mulai dari mana? Ulang tahun?"     

"Kapan ulang tahunmu?" Telinga Mihai langsung berdiri tegak dengan riang. Ia terlihat sangat ingin mengetahui hal itu.     

Luca berpikir keras. Sudah lama ia tidak merayakan ulang tahunnya jadi ingatannya mengenai hal itu telah terpendam sangat dalam. "Aku rasa … 7 Januari…."     

"Yah … sudah lewat…." Telinga Mihai kembali terkulai lemas. Padahal ia ingin merayakan ulang tahun itu nantinya. Hah … rencananya gagal.     

Luca tidak menyangka Mihai akan sesedih itu. ia mengelus kepala Mihai pelan. "Tidak perlu bersedih. Tahun depan, kau bisa merayakannya," hiburnya.     

'Tahun depan? Ini berarti, Luca berpikir bahwa kami masih akan bersama-sama tahun depan?' Bunga mulai bermekaran di dalam hati Mihai. Senyum bahagia menghiasi wajahnya. Kebahagiaannya itu begitu besar hingga ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berseru yes! sambil mengayunkan tangannya yang terkepal.     

'Ah … dia kembali bahagia….' Luca berpikir apa yang dilakukan Mihai terlihat lucu dan ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengacak rambut Mihai dengan gemas.     

"Wuah! Kenapa kau mengacak rambutku?!" Mihai berusaha menghentikan Luca tapi Luca tetap terus mengacaknya walaupun Mihai sudah menyuarakan protes.     

Setelah itu, Luca bercerita tentang banyak hal…..     

Mulai dari alasan Luca membenci half-beast….     

"Kau sudah tahu sebelum seribu tahun yang lalu, half-beast yang berkuasa di atas semua makhluk, bukan?"     

Mihai mengangguk.     

"Di masa itu, setiap keluarga half-beast memiliki incubus sebagai budaknya. Biasanya budak-budak itu dibeli dari mereka kecil dan saat itu aku dibeli oleh sebuah keluarga half-beast spesies rubah yang terkuat dari seluruh spesies yang ada. Aku menjadi pembantu di rumah itu dan semua incubus yang menjadi budak di situ kerap kali di siksa hingga luka parah. Ibuku juga kehilangan nyawanya karena siksaaan itu. Walaupun begitu, keadaanku masih lebih baik. Keluarga-keluarga half-beast lain memiliki hobi yang lebih parah. Incubus yang memiliki wajah cantik – baik itu laki-laki maupun perempuan – akan dipaksa melayani gairah seksual half-beast tersebut dan kerap kali kehilangan nyawa karena hal itu. Segala tindakan mereka saja sudah membuat aku sangat membenci mereka. Namun, hal yang membuatku benar-benar memberontak adalah ketika orang yang kucintai mati karena half-beast…." Luca terdiam sejenak.     

Mihai tidak menyangka akan mendapatkan informasi hingga mengenai gadis yang dicintai Luca. 'Pria ini pun punya orang yang dia cintai … yah, pasti sih.' Pria tampan seperti Luca – ya, Mihai tidak mau mengakuinya selama ini, tapi sekarang Mihai bisa dengan jujur mengatakan bahwa pria ini sangatlah tampan – pastinya menyukai seorang wanita anggun yang sangat cantik. Andai saja wanita itu dirinya….     

'Agh! Apa yang aku pikirkan?!' Memikirkan hal ini saja membuat dadanya tertusuk-tusuk sakit.     

"Mihai? Ada apa?"     

"Eh? ti—tidak ada apa-apa."     

Namun, Luca yakin Mihai tidaklah jujur kepadanya. Entah apa yang membuatnya yakin seperti itu.     

Di saat yang sama, Luca menemukan bagian dadanya seperti ditusuk sesuatu….     

"Kau yakin?"     

Mihai mengangguk kuat.     

Luca tahu Mihai tetap tidak akan memberitahukannya jadi ia akhirnya mengangguk dan melanjutkan.     

Selanjutnya, Luca juga kembali menekankan mengenai perasaannya yang telah hilang.     

"Kalau tidak salah, kau memberikan perasaanmu sebagai ganti kekuatan? Mengapa? Hidup tanpa perasaan itu pastinya sangat sepi kan?" Mihai terlihat sedih ketika mengucapkannya, seperti bisa merasakan segala kesengsaraan yang dimiliki Luca setelah ia mengorbankan perasaaan miliknya itu.     

Luca kembali mengelus kepalanya lembut.     

"Demi kaumku yang kucintai dan sangat berharga. Kami sudah terlalu lama tersiksa. Demi kekuatan untuk membalas para half-beast dan menyelamatkan saudara-saudaraku dari kesengsaraan itu, perasaan bukanlah bayaran yang mahal. Buktinya sekarang, semua incubus hidup dengan makmur dan kuat. Mereka tidak lagi ditindas seperti dulu."     

Mihai menatap Luca yang sedang menerawang. Tangannya memeluk kedua lututnya seraya menyandarkan kepalanya di atas lutut. 'Tapi, dengan begitu, sekarang, half-beast yang menjadi sengsara…. Apakah dengan menjatuhkan kaum lain adalah cara satu-satunya untuk naik ke atas? Tidak adakah cara untuk semua kaum berjalan di posisi yang sama?'     

Seperti bisa membaca pemikiran Mihai, Luca berucap, "Kau mungkin berpikir aku kejam. Tapi, saat itu, hanya ada cara ini dan para half-beast itu memang pantas untuk mendapatkannya."     

Mihai bisa merasakan kebencian yang dalam dari nada bicara Luca. Hatinya kembali teriris-iris. Luca pastinya sangat membencinya juga, tidak mungkin pria ini bisa jatuh cinta padanya. Semakin ia memikirkan ini, Mihai semakin melankolis.     

Setelah itu, Luca juga menceritakan banyak hal lain tentang dirinya seperti ia yang terpaksa menjadi kepala kaum akibat keinginan seluruh anggota kaumnya, lalu beberapa hal pribadi tentang dirinya seperti ia tidak suka keributan, dan bahwa Vasile adalah paman kandungnya – Mihai cukup terkejut akan hal ini.     

Juga mengenai suhu tubuhnya yang dingin karena Mihai bertanya mengenai hal itu.     

"Sepertinya itu adalah efek samping dari keabadian yang kumiliki. Ketika aku menjadi abadi, ada beberapa hal yang berubah di dalam diriku, yaitu suhu tubuh yang turun, degupan jantung yang sangat pelan, dan warna kulit yang semakin lama semakin memucat."     

"Kau tidak kedinginan?"     

Luca menggeleng. "Walaupun orang lain merasakan kulitku yang dingin, aku sendiri tidak merasakan apa-apa."     

Mihai manggut-manggut paham.     

"Apa suhu kulitku membuatmu tidak nyaman?"     

"Tidak! Sebaliknya, aku…." Mihai terdiam.     

'…aku merasa sangat nyaman dan sangat menyukai suhu tubuhmu…,' tambahnya dalam hati. Ia tidak berani mengucapkannya, takut Luca menyadari perasaannya.     

"Aku … apa?" tanya Luca menyadarkan Mihai.     

"Eh … ah … po—pokoknya tidak!"     

Luca hanya menerima jawaban itu dan tidak bertanya lagi.     

"Hmm … sepertinya hanya itu yang bisa kuceritakan. Sekarang giliranmu."     

Mihai lalu menceritakan mengenai dirinya. Tidak ada yang spesial, hanya mengenai dirinya yang lahir tanpa mengenal ayahnya, mengenai saudara-saudaranya, mengenai kehidupan sekolahnya yang penuh dengan kenakalan dirinya, serta dirinya yang tidak pernah bisa merasakan cinta….     

"Maaf."     

Tiba-tiba, Luca meminta maaf kepadanya.     

"Eh? untuk apa?"     

"Sekarang, kau benar-benar tidak akan bisa merasakan cinta itu, karena aku."     

Mihai terdiam.     

Baiklah, ia merasa dirinya hancur.     

Ia tahu ia tidak bisa berharap untuk mendapatkan cinta dari pasangan hidupnya dan ia sudah menerima itu. Namun, jika itu keluar langsung dari mulut Luca, ia semakin tersadar akan harapan kecilnya yang berharap Luca bisa membalas perasaannya dan itu membuatnya semakin sedih dan marah pada dirinya sendiri.     

Namun, ia tidak bisa marah-marah kepada Luca jadi ia menahan dirinya seraya menggeleng kuat. "Bukan salahmu," ujar Mihai dengan suara yang sedikit bergetar.     

Luca menyadari Mihai yang berusaha kuat itu dan hal itu membuatnya semakin merasa bersalah. "Maaf."     

"Su—sudah kubilang jangan minta maaf! Aku tidak apa-apa!" Mihai tidak tahan lagi. Ia segera berdiri, hendak kembali ke kediaman.     

Ia merasa harus mengurung dirinya di kamar dan menenangkan dirinya terlebih dulu. Dengan begitu, ia akan bisa berakting kuat dan kasar lagi seperti biasa.     

Akan tetapi, saking terburu-burunya, kaki kanan Mihai terjengkang kaki kirinya. Tubuhnya pun kehilangan keseimbangan.     

Luca segera menangkap tubuh Mihai dan….     

BRUK!     

Luca kembali jatuh terduduk di atas tanah sementara Mihai jatuh di atas tubuhnya.     

"Ma—maaf, Luca, kau ti---"     

Mihai terbelalak kaget. Ketika ia jatuh, tangannya berusaha menggapai apa pun yang ada di sekitarnya. Tidak ia sangka, hal yang ia pegang sekarang adalah kejantanan Luca!     

Ia langsung menjauhkan tangannya. Wajahnya merah padam dan jantungnya berdegup sangat kencang.     

"Maafkan aku! Aku tidak bermaksud untuk—"     

"Milikmu berdiri…."     

"Eh?!"     

Mihai menunduk dan saat itu juga ia ingin mengutuk. Kejantanannya telah bangun dengan penuh semangat….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.