This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Perubahan Sang Tuan



Perubahan Sang Tuan

0Vasile dan Toma menaiki taksi kereta kuda untuk pulang ke kediaman. Victor tidak lagi menjemput mereka karena pria itu memutuskan untuk mengambil cuti mulai hari ini dan akan meninggalkan kediaman sampai waktu yang tidak ditentukan – Vasile tidak tahu apa alasannya tapi sepertinya Luca sudah memberikan persetujuannya jadi Vasile tidak mengatakan apa-apa.     
0

Selama perjalanan, keduanya tidak banyak berbicara, lebih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Ketika sampai di depan kediamaan, langit sudah menggelap.     

"WUAA!! HUAAA!!"     

"Tangisan siapa itu?" tanya Toma yang tiba-tiba mendengar suara pada saat mereka sampai di depan gerbang kediaman.     

"Tangisan? Tangisan apa?" tanya Vasile seraya membuka gerbang.     

Tepat ketika ia melontarkan itu, samar-samar, ia bisa mendengar tangisan seseorang. Vasile celingak-celinguk mencari sumber suara itu, tapi tidak menemukan apa-apa. Di sisi lain, suara tangisan itu semakin keras hingga Toma refleks menekuk kedua telinganya erat-erat.     

Dari balik semak-semak bukit yang terhampar luas di samping kediaman, Mihai tiba-tiba muncul. Di dalam dekapannya, terdapat Liviu yang terus menangis dan meronta, seperti sedang tidak nyaman oleh sesuatu.     

Vasile sudah mendengar bahwa Liviu sedang dalam masa tumbuh gigi, jadi ia tidak bingung melihat hal itu. Ia lebih bingung melihat wajah Mihai yang agak memerah padahal pria harimau itu tidak terlihat ngos-ngosan ataupun kecapean.     

"Mihai, bawa Tuan Muda ke Albert untuk dicek lagi. Albert bisa membantumu menenangkannya," usul Vasile ketika Mihai sudah berada di dekatnya.     

Langkah kaki Mihai terhenti. Ia terlonjak kaget, sepertinya tidak pernah menyadari keberadaan Vasile di sana. "A—ah, baiklah. Terima kasih, Paman," ujarnya, terlihat tidak nyaman.     

Tanpa menunggu jawaban Vasile, Ia segera melewati gerbang depan yang sudah terbuka dan berlari kecil memasuki kediaman.     

Vasile mengikuti seluruh pergerakan Mihai dengan matanya. Kepalanya miring sedikit dengan bingung. 'Apa yang terjadi dengannya?'     

Tiba-tiba, semak-semak di samping kembali mengeluarkan bunyi gemerisik dan dari baliknya, muncul Ecatarina dan Luca. Dalam satu pandangan saja, Vasile bisa tahu Luca tidak sedang dalam suasana hati yang baik. Refleks, ia menutupi Toma di belakang punggungnya.     

Di dalam otaknya, ia tahu Luca tidak akan melukai Toma. Hanya saja, dirinya telah melihat Luca membunuh ribuan half-beast di masa lalu dan Tuannya yang sedang dalam suasana hati buruk itu membuatnya refleks menjadi lebih waspada.     

"Tuan, aku sudah kembali. Terima kasih untuk ijinnya hari ini," sapa Vasile formal seraya membungkuk.     

Dipanggil secara tiba-tiba, langkah kaki Luca terhenti. Tubuhnya tersentak kaget, sepertinya juga tidak menyadari keberadaan Vasile di sana. "Oh, Paman sudah kembali," ujar Luca yang tanpa sadar menggaruk pipinya karena salah tingkah.     

Vasile mengerjap-ngerjap bingung. Jelas sekali ada yang salah dengan tuannya. Diam-diam, ia memicingkan matanya pada Ecatarina.     

Namun, Ecatarina hanya mengedikkan bahunya karena wanita itu juga tidak mengetahui penyebab jelasnya. Hanya saja, wanita itu bertekad kuat untuk mengorek informasi dari sang tuan dan ia sudah tidak sabar untuk melakukannya.     

Luca yang tidak tahu menahu mengenai tekad menyeramkan itu hendak berjalan masuk ke dalam kediaman. Akan tetapi, niatnya ia urungkan ketika matanya menangkap sosok serigala yang berada di belakang punggung Vasile.     

Toma yang menyadari bahwa pandangan Luca tertuju padanya, langsung waspada. Kedua telinga dan ekornya berdiri tegak dan tatapan matanya menajam, menyelidiki apa yang akan Luca lakukan.     

Habisnya, selama ini, Luca tidak pernah memperhatikannya. Bahkan pria itu memperlakukan Toma seperti udara sementara Toma sendiri juga bergerak dengan sangat hati-hati agar ia tidak masuk ke dalam area pandangan incubus itu. Jadi, ia tidak bisa santai ketika untuk pertama kalinya, Mantan Kepala Kaum incubus ini menatapinya.     

Namun, tidak sesuai yang Toma pikirkan, Luca tidak melakukan apa-apa.     

Pria incubus itu hanya menatapinya sejenak sambil memikirkan sesuatu lalu mengalihkan pandangannya begitu saja.     

"Kalian semua masuklah ke dalam rumah. Bersihkan diri kalian lalu bergabunglah untuk makan malam," pinta Luca.     

"Baik, Tuan!" jawab kedua pelayannya sementara Toma hanya diam saja, masih bertanya-tanya apa yang dipikirkan Luca saat menatapinya.     

Vasile menoleh pada Toma dan menarik lengan pria serigala itu dengan lembut untuk menarik kembali perhatiannya.     

"Masuklah terlebih dahulu dan mandi. Nanti, aku akan mengantarkan makanan untukmu," pesan Vasile yang langsung mendapat anggukan patuh dari Toma.     

Jangan salah sangka! Toma bukannya serigala penurut dan patuh terhadap incubus. Ia hanya tidak protes karena ia memang ingin segera menyendiri di dalam kamarnya. Selain tidak nyaman dengan keberadaan Luca, ia juga ingin merapikan pikirannya dan menyusun rencananya selanjutnya setelah kejadian tadi yang membuat segalanya menjadi rumit.     

"Kau!" panggil Luca tiba-tiba, menyentak Toma kembali ke kenyataan.     

Toma yang sudah berjalan melewati Luca langsung berhenti. Namun, detik berikutnya, ia menjadi bingung apakah ia salah dengar atau tidak. Tidak mungkin Luca memanggilnya, bukan? Bisa saja Luca memanggil orang lain.     

'Iya benar! Itu pasti panggilan untuk orang lain!' yakinnya, hendak kembali berjalan lagi. Namun….     

"Tunggu, kau … Shikida … Toma, bukan?"     

Toma menoleh dengan tidak percaya. 'Bohong! Kepala kaum incubus ini benar-benar memanggilku?!'     

Matanya langsung bertemu pandang dengan Luca, membuatnya mau tidak mau harus percaya akan hal ini.     

"I—iya…," balas Toma gugup dan takut.     

Vasile dan Ecatarina sendiri juga bingung mengapa sang tuan memanggil pria serigala itu.     

'A—apa Toma melakukan sesuatu tanpa aku ketahui?!' Vasile menjadi panik. Ia ingin langsung menarik Toma pergi tapi ia juga tidak ingin mengkhianati keponakannya itu. Dilemma memenuhi Vasile.     

Tidak ada yang menyangka bahwa dugaan buruk mereka semua itu adalah salah….     

"Makanlah di ruang makan mulai dari sekarang," pesan Luca singkat sebelum akhirnya berjalan melewati Toma yang masih mematung di tempat.     

Vasile dan Ecatarina juga membeku tanpa bisa berkata-kata.     

Luca berjalan memasuki rumah dan saat bunyi pintu rumah ditutup tertangkap telinga mereka, barulah ketiganya bisa bergerak lagi.     

'A—aku tidak salah dengar?!' batin Toma yang sangat terkejut.     

Ia menatap Vasile dan Ecatarina untuk meyakinkan dirinya bahwa ia hanya berhalusinasi tapi melihat ekspresi tidak percaya di wajah keduanya, Toma mau tidak mau harus mempercayai kejadian tadi sebagai nyata.     

'Tapi … mengapa tiba-tiba…?!'     

Pertanyaan itu juga yang memenuhi benak Vasile.     

Vasile segera memasuki kediaman untuk menyusul Luca.     

"Tuan!" serunya ketika punggung sang tuan memasuki pandangannya.     

Luca menghentikan langkahnya dan menoleh. "Ada apa?"     

"Tu—Tuan, mengapa kau memperbolehkan Toma untuk makan malam di ruang makan? Kau yakin ingin makan bersamanya di ruangan yang sama?"     

Luca tanpa basa-basi mengangguk membuat Vasile semakin tidak percaya.     

Tahu kebingungan Vasile, Luca kembali berucap, "Aku memang membenci half-beast tapi sekarang aku bisa menerima keberadaan Mihai. Paman sekarang mencintai half-beast itu dan jika half-beast itu membalas perasaan Paman, maka dia akan menjadi anggota keluargaku juga. Jadi, aku berpikir, jika aku bisa menerima Mihai, aku mungkin juga bisa menerima serigala itu. Jadi, Paman sudah tidak perlu membatasi pergerakan serigala itu lagi. Aku akan berusaha untuk menerimanya sebagai Shikida Toma yang dicintai Paman, bukan sebagai salah satu dari banyaknya half-beast yang kubenci."     

Luca menyadari bahwa ia memiliki stigma yang terlalu kuat terhadap kaum half-beast hingga mendiskriminasi mereka tanpa mau mengenali mereka satu per satu. Ia sudah mencap half-beast sebagai makhluk yang buruk sejak awal dan Mihai telah mematahkan pemikirannya itu.     

Jadi, ia ingin memperbaiki cara berpikirnya dari awal lagi dan ia pikir, ia bisa memulainya dengan menerima pria yang menjadi sosok berharga bagi Pamannya.     

Mendengar ucapan Luca itu, Vasile hampir kehilangan kata-katanya. Ia tidak menyangka keponakannya akan berusaha untuk menerima Toma.     

"Terima kasih, Tuan," ujar Vasile dengan suara yang sedikit bergetar karena rasa haru yang begitu kuat.     

Luca mengangguk kecil seraya menepuk pundak pamannya dengan lembut. Melihat ekspresi senang di wajah pamannya memberikannya kehangatan pada bagian dadanya. Otaknya menerima kehangatan ini sebagai sesuatu yang baik dan menyenangkan.     

Jika ia tahu ia akan berpikir seperti ini, ia akan berusaha menerima Shikida Toma sejak awal….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.