This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Perubahan yang Tiba-Tiba (2)



Perubahan yang Tiba-Tiba (2)

0Melihat tuannya menggeleng, Vasile tentunya tidak percaya. Akan tetapi, ia tidak diberi kesempatan untuk menanyakan lebih dari ini oleh Luca.     
0

"Ada apa Paman ke sini?" Tanya Luca tanpa basa basi. Jujur saja ia sangat ingin menyendiri jadi ia berharap Vasile segera memberitahukan maksud kedatangannya dan segera pergi.     

Vasile juga menyadari hal itu, jadi ia tidak berusaha menyinggung tentang Mihai. Ia segera menarik keluar sebuah amplop putih dengan bunga hitam dan stempel lilin berbentuk tanduk yang telah terbuka.     

Alis Luca terangkat sedikit.     

Itu adalah surat resmi dari kelima keluarga kaumnya. Melihat benda itu, pikiran Luca memberinya alarm kecil – alarm yang tidak baik.     

"Ini," ujar Vasile seraya menyodorkan surat itu yang diterima Luca tanpa basa basi.     

Luca membaca isi surat itu dan wajahnya menjadi masam.     

Surat itu berisi undangan baru kepadanya untuk menghadiri Upacara Kedewasaan Kaum Incubus yang akan diadakan dua minggu lagi. Untuk itu, Luca sudah menyatakan bahwa ia menerima undangan itu jadi tidak ada masalah. Masalahnya adalah di dalam undangan tersebut terdapat tambahan satu orang yang diundang dan itu adalah Mihai.     

'Untuk apa mereka mengundang Mihai?'     

Tentunya Luca tidak bisa memikirkan alasan yang baik dibalik undangan ini. Apa pun yang dipikirkan para tetua dan kepala keluarga, Luca bisa melihat maksud jahat dibalik itu.     

"Tuan, aku akan menyampaikan penolakan untuk undangan terhadap Mihai," ujar Vasile mengambil inisiatif. Ia yakin Luca juga berpikiran sama.     

Namun, di luar dugaannya, Luca menggeleng.     

"Terima undangan itu dan beri tahu Mihai mengenai hal ini," pintanya singkat lalu diam seribu bahasa. Matanya masih menatap tajam undangan di tangannya itu.     

Vasile mengerjap bingung.' Apa yang keponakanku ini pikirkan?! Mengikuti acara ini sudah seperti melemparkan Mihai ke dalam kandang musuh! Bagaimana jika terjadi sesuatu yang berbahaya kepada Mihai?!'     

Ia yakin Luca seharusnya tidak ingin semua ini terjadi.     

Vasile juga telah menganggap Mihai sebagai keluarga sendiri jadi ia tidak ingin melihat pria harimau itu terluka.     

Akhirnya, ia memberanikan diri untuk memberikan pemikirannya. Namun, Luca hanya menjawab singkat, "Terima saja undangannya," dengan dingin.     

Vasile mengernyit dalam. Ia ingin memprotes lagi tapi Luca mengeluarkan aura yang tidak terbantahkan.     

Pada akhirnya, ia hanya bisa keluar dari kamar tuannya dengan penuh tanda tanya dan kecemasan yang bercampur aduk.     

Sementara itu, di dalam kamar Luca….     

Luca masih duduk diam sambil menatapi surat itu. Tangannya tanpa sadar meremas kuat ujung kertasnya.     

"Ini yang terbaik Luca … kau tidak perlu melindunginya…."     

Kontras dengan gumamannya, rahangnya mengerat dan rasa darah di dalam mulutnya menjadi semakin kuat.     

*****     

Liliane sedang menatapi indahnya matahari terbit dari balik jendela ketika pintu kamar tiba-tiba dibuka dengan kasar.     

Liviu pun ikut terbangun karena terkejut. Ia sudah mau menangis tapi berhenti ketika melihat papanya yang menghempaskan diri ke atas tempat tidur dengan wajah terbenam pada bantal dan tidak lagi bergerak.     

Liviu mengerjap-ngerjap bingung. Ia menatap Liliane yang juga menatapi Mihai penuh kebingungan.     

"Mihai, ada apa?" tanya Liliane seraya terbang mendekati Mihai.     

Ia yakin Mihai lagi-lagi berjalan menuju kamar putranya selama tidur. Apakah Mihai bertengkar dengan Luca?     

Mihai menggeleng tapi sesekali bunyi ingus yang kembali di sedot terdengar. Sepertinya, pria ini sedang menangis dalam diam.     

Liliane buru-buru mendekat dengan cemas. "Ada apa, Mihai?! Mengapa menangis?!"     

'Apa yang putra bodohku lakukan?!' Jika ia bisa, ia ingin meng-smack down putranya sekarang tapi sayangnya, dalam keadaannya sekarang ini, ia tidak bisa menyentuh benda apa pun.     

Mihai kembali menggeleng. Ia terus membenamkan wajahnya sambil meremas ujung bantal dengan kuat. Bercak basah mulai menyebar pada permukaan bantal.     

Melihat itu, Liviu hampir menangis. Namun, ia memutuskan untuk tegar.     

Ia tidak ingin membuat papanya kesulitan lagi setelah menangis seharian kemarin. Sekarang, gusinya sudah tidak gatal jadi giliran dirinya untuk menenangkan papa tercintanya.     

Liviu mengusap air matanya dengan kuat.     

"Da! Da!" serunya seraya mengelus rambut Mihai dengan tangan mungilnya. Ia terus melakukan itu tanpa henti.     

Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya Mihai bangun dari posisinya. Wajahnya yang kacau – basah, mata bengkak, dan ingus meler – membuat ia semakin jelek.     

Liliane sangat ingin tertawa ketika melihat itu tapi ia tahan dengan susah payah karena tidak ingin membuat Mihai semakin sedih.     

"Ada apa Mihai?" tanyanya lagi untuk kesekian kalinya dan untuk kesekian kalinya juga, Mihai menggeleng.     

"Tidak ada apa-apa," gumamnya pelan.     

Mihai hanya mengelus kepala Liviu dan menggendongnya seraya berjalan menuju kamar mandi.     

Liliane yang ditinggal hanya bisa bengong di tempat. 'Sebenarnya apa yang telah terjadi?!!!!'     

*****     

"APA?! TUAN MEMBIARKAN MIHAI DIUNDANG KE UPACARA KEDEWASAAN?!!!" Ecatarina berteriak dengan volume suara maksimum yang selama ini tidak pernah ia lakukan.     

"Ssst!!! Jangan terlalu keras!" tegur Vasile.     

Sekarang, Semua pelayan kecuali Victor yang sedang ijin cuti berkumpul di dalam ruangan dapur. Albert dan Lonel ikut mendengar sambil mempersiapkan sarapan pagi.     

"Apa yang Tuan pikirkan?! Mihai bisa dalam bahaya!!!" Ecatarina hampir menjerit histeris. Ia bahkan tidak bisa memasang senyum santainya lagi.     

Daniel dan Daniela mengangguk menyetujui pernyataan mama mereka dengan ritme yang sama persis.     

"Bahaya sekali!"     

"Bahaya! Tidak boleh!"     

Keduanya berseru seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada.     

"Aku setuju dengan Rina. Terlalu berbahaya membiarkan half-beast mengikuti acara yang akan dihadiri hampir seluruh kaum incubus itu," ujar Albert cemas. Ia pun tidak bisa bersikap santai seperti biasanya lagi.     

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Lonel sambil menguap kecil. Bukan berarti ia tidak peduli. Ia hanya terlalu ngantuk karena kebiasaannya untuk begadang.     

Vasile menggeleng. "Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Tuan benar-benar tidak mau menjelaskan apa pun. Kau tidak tahu betapa kagetnya aku saat Tuan menerima undangan ini."     

Jujur saja, semua pelayan kecewa dengan keputusan Luca. Sebenci-bencinya Luca terhadap half-beast, Luca tetap tidak akan membahayakan kaum itu tanpa alasan.     

Selain itu, baru saja Luca mengatakan ia akan berusaha sedikit demi sedikit mematahkan stigmanya terhadap half-beast dan tiba-tiba, pagi ini, Luca berubah 180 derajat dengan mudahnya!     

"Apa karena kecanggungan kemarin?" Lonel mengusulkan sebuah kemungkinan.     

Namun, kemarin malam, terlihat sekali bahwa hanya Mihai yang canggung dan berusaha menghindari Luca. Sementara Luca terlihat sangat ingin berbicara dengan Mihai. Jadi, seharusnya, semua ini tidak berakar dari kejadian misterius di taman bunga itu.     

Semakin memikirkannya, mereka semakin bingung dan pusing.     

Pada akhirnya, Ecatarina tidak bisa menahan diri lagi. Kejadian kemarin sudah cukup membuatnya geram dan sekarang, hubungan keduanya malah semakin buruk lagi!     

Apalagi, Vasile mengatakan bahwa sepertinya Mihai menangis! Tanpa sadar, Ecatarina telah menyamakan Mihai pada posisi yang sama dengan putra-putrinya. Mihai sudah seperti putra angkatnya yang terkadang bisa ia jahili tapi juga ia sayangi. Sifat keibuan Ecatarina tidak bisa menerima kenyataan ini.     

Ia ingin segera melabrak Luca tapi Vasile menghentikannya.     

"Kita lihat dulu makan pagi ini. Siapa tahu ternyata mereka baik-baik saja."     

"Benar. Tenanglah dulu. Kita lihat situasinya lagi untuk sementara waktu." Lonel menyetujui.     

Ecatarina menatap mereka semua dengan tajam. Ia menyadari bahwa semua rekannya itu juga sangat ingin mengatakan satu-dua patah kata kepada Luca mengenai keputusannya tapi mereka juga menahan diri untuk sementara waktu.     

Pada akhirnya Ecatarina menerima usulan mereka dan meredam kembali emosinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.