This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Apa yang Sedang Terjadi?



Apa yang Sedang Terjadi?

0Para pelayan mengamati proses makan pagi hari ini dengan cermat dan tajam.     
0

Mereka masih berharap bahwa semua ini adalah kesalahpahaman tapi pada akhirnya harapan mereka pupus.     

Suasana meja makan pagi ini lebih canggung lagi dari kemarin malam.     

Mihai dan Luca duduk pada kursi yang berjauhan. Mereka tidak saling berkontak mata maupun menyapa satu sama lain, tenggelam dalam keheningan yang pekat.     

Liviu yang tidak paham apa yang telah terjadi terus menatap keduanya bergantian sambil mengisap jari telunjuknya. Ia menarik-narik kain pakaian Mihai untuk mendapatkan perhatian papanya lalu bergumam, "Da?" seperti menanyakan apa yang telah terjadi.     

Akan tetapi, Mihai yang tidak paham hanya mengira Liviu meminta makanan sehingga Mihai memberitahunya untuk tunggu sebentar.     

Mihai teringat bahwa gigi Liviu yang pertama sudah berhasil tumbuh. Walaupun baru satu tapi kemungkinan besar gigi-gigi yang lainnya pun akan tumbuh dalam waktu dekat. Jadi, ia memanggil Albert untuk menanyakan apakah Liviu sudah bisa makan sesuatu yang lebih keras dan Albert memberinya beberapa masukan mengenai hal itu.     

Hanya itu saja interaksi yang terjadi di dalam ruang makan. Sisa waktunya berlalu dengan diam seribu bahasa.     

Bahkan, Toma yang baru memasuki ruang makan langsung mengernyit dalam.     

'Mengapa aku merasakan suasana yang tidak menyenangkan di sekitar sini?' pikirnya bingung langsung menyadari keanehan yang ada.     

Tidak butuh waktu lama bagi Toma untuk menemukan keanehan sikap dari sepasang suami istri itu. Ia menjadi curiga.     

Kemarin, sikap keduanya sudah aneh tapi tidak diselimuti oleh suasana yang dingin seperti hari ini. Toma menjadi semakin curiga. 'Apa Luca akhirnya mengeluarkan wajah aslinya?' pikirnya yang masih ingin percaya bahwa kemarin Luca hanya berpura-pura dan sebenarnya memiliki maksud jahat.     

Bisa saja Mihai tanpa sengaja melihat wajah asli itu dan hubungan keduanya menjadi kembali retak.     

Suatu ide tiba-tiba muncul dibenak Toma dengan bunyi 'Ting!' yang ceria. Walaupun wajahnya masih datar, senyum mulai merekah di dalam hatinya.     

Mungkin ini adalah kesempatan bagus!     

Jika ia bisa menemukan wajah asli Luca yang busuk itu, ia tidak perlu ragu-ragu lagi untuk melakukan rencananya sesuai dengan yang diperintahkan oleh Tuan Nemu!     

Seperti langit sedang berpihak padanya, Mihai tiba-tiba berdiri sambil menggumamkan 'terima kasih untuk makanannya', lalu membawa Liviu keluar dari ruang makan tanpa mengatakan apa pun kepada Luca. Mihai bahkan tidak melirik suaminya itu dan hanya berjalan dengan kepala tertunduk. Sebaliknya, Liviu yang berada di dalam pelukan Mihai, diam-diam, menoleh dan melirik Luca dengan tatapan penuh selidik.     

Melihat kepergian Mihai, Toma buru-buru menyelesaikan makanannya dan segera menyusul setelah menggumamkan 'terima kasih untuk makanannya' juga. Tidak hanya dia, Ecatarina dan kedua kembar juga ikut menyusul.     

Sebelum keluar, Ecatarina sempat berkacak pinggang di depan Luca dan mendengus kasar. Namun, Luca tidak tampak terganggu membuat Ecatarina semakin kesal.     

'Baru kali ini aku ingin mengutuk Tuanku sejak ia kehilangan perasaan!' batinnya seraya melangkah kuat dan kasar ke luar ruang makan.     

Ia tidak menyadari perilaku Luca yang sebenarnya juga aneh. Tangan tuan mereka masih terus bergerak memasukkan makanan ke dalam mulut, tapi matanya menerawang, terlihat sekali bahwa kesadarannya tidak berada di situ.     

Ketika Luca tersadar, ia telah menemukan meja makan yang kosong. Matanya mengedip beberapa kali sebelum mengedarkan pandangannya dan berhenti pada pelayan lainnya yang masih berdiri diam di sudut ruangan. Para pelayan itu juga membalas tatapannya dengan perasaan yang bercampur aduk, tapi mulut mereka tertutup erat, tidak tahu harus mengatakan apa.     

Luca juga tidak mengatakan apa-apa. Secara otomatis, ia cukup paham apa yang ingin dikatakan pelayan-pelayannya tapi ia tidak bermaksud menjelaskan apa-apa. Ia merasa, jika ia mengatakan semuanya kepada para pelayan itu, keyakinannya akan goyah.     

Jadi, ia hanya berdiri dan berjalan keluar dalam diam menuju perpustakaan kediamannya. Tidak ia sadari, bahwa para pelayannya juga mengikutinya dari belakang karena ia telah kembali tenggelam dalam pikirannya….     

*****     

"Da! Da!" Liviu terus memanggil-manggil Mihai sambil menepuk-nepuk pipi papanya, tapi Mihai tidak menyaut.     

Pria harimau itu terus berdiri diam dan menatap kosong pada tanah kebun yang sedang ia sirami. Ia tidak terlihat menyadari pukulan Liviu dan tidak terganggu juga olehnya.     

Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa Mihai tiba-tiba menyirami kebun?     

Jawabannya adalah Victor yang meminta bantuan Mihai karena pria itu harus pergi dari kediaman untuk beberapa waktu yang belum ditentukan. Victor telah menyadari ketekunan Mihai dalam berkebun sehingga ia bisa lebih tenang mengembankan tugas ini kepada Mihai dibandingkan kepada rekannya yang lain.     

"DA DA DA!!" Liviu menjadi geram karena diabaikan total. Ia merangkak ke bahu papanya dan memberikan tamparan yang lebih keras pada pipi. Sayangnya, tidak ada perubahan yang terjadi. Akan tetapi, Liviu tidak menyerah. Dengan penuh kekesalan, ia terus merangkak ke berbagai bagian dan posisi yang berbeda dari tubuh Mihai lalu memukul papanya dengan kekuatan penuh di berbagai area sambil ber-da keras.     

Lama kelamaan, amarah dan kekesalannya mulai berubah menjadi kesedihan. Mata besarnya berkaca-kaca tapi ia belum mau berhenti memukul Mihai untuk menyadarkannya.     

"Da…," serunya sambil sesekali mengusap air matanya dan memberikan pukulan lagi.     

Seberapa besar usaha yang Liviu lakukan, pada akhirnya, Mihai tetap tidak bergerak.     

Hal ini memucatkan wajah Liviu. Ia mulai berpikir bahwa Mihai mati dalam keadaan berdiri. Ia segera memeluk leher Mihai dengan erat sambil menangis keras.     

"Egh! Livi—ogh!" Mihai akhirnya tersadar karena tercekik pelukan Liviu yang terlalu erat.     

Mendengar panggilan dari papanya, Liviu mendongak dengan lega. Saking leganya, ia tidak bisa berhenti menangis. Ia benar-benar takut kehilangan papanya saat itu.     

"Li—Livi? Kamu kenapa?" Mihai mengelus punggung putranya, berusaha menenangkan bayi kecil itu. Otaknya penuh dengan tanda tanya besar.     

Ketika Liviu sudah kembali tenang, putra kecilnya itu tidak mau berhenti ber-da karena takut jika ia diam, Mihai akan kembali seperti orang mati. Mihai yang masih tidak paham hanya bisa mengangguk-angguk kecil dan memberi respons kecil kepada Liviu karena jika ia tidak memberikan respons, Liviu akan memukul pipinya beberapa kali dan diluar dugaaan Mihai, itu cukup menyakitkan – Mihai benar-benar kaget dengan kekuatan bayi kecilnya itu.     

"Kau!"     

Tiba-tiba sebuah suara memanggil.     

Mihai refleks menoleh dan langsung menemukan Toma serta Ecatarina dan kedua anaknya sedang berdiri beberapa meter dari Mihai. Toma terlihat tidak nyaman berada di dekat wanita itu dan juga sebaliknya. Namun, keduanya tetap berdiri samping menyamping karena Ecatarina tetap harus mengawasi pergerakan Toma yang belum bisa ia percayai.     

Toma juga tidak bisa kabur karena tanpa Ecatarina, ia tidak bisa keluar dari kediaman. Ia pun berhasil membujuk Ecatarina membantunya keluar dengan alasan bahwa mungkin ia bisa lebih memahami Mihai karena mereka sesama half-beast yang dirasa Ecatarina cukup logis.     

"Ada apa?" tanya Mihai yang semakin bingung. Pertama kelakukan Liviu yang aneh, sekarang bahkan kedua orang itu berjalan mendekatinya dengan raut wajah yang rumit dan aneh.     

Toma berhenti tidak jauh darinya. "Apa yang sedang kau lakukan?"     

"Aku rasa aku tidak perlu memberitahumu." Dengan melihatnya saja, Mihai yakin mereka tahu bahwa ia sedang berkebun.     

Toma menggaruk kepalanya, sedikit salah tingkah. Ia hanya ingin basa basi agar percakapan mereka lebih mulus tapi sepertinya Mihai bukan tipe yang bisa berbasa-basi. Jadi, Toma juga tidak ragu-ragu lagi.     

"Apa yang terjadi denganmu dan si Incubus itu?"     

"Tuan Luca," koreksi Ecatarina dengan alis terajut erat. Ia tidak menyukai nada bicara Toma ketika mengucapkan kata 'incubus' yang terasa menghina dan merendahkan.     

Jika saja Toma bukanlah orang yang disayang Vasile, ia sudah mencincang pria serigala ini sekarang. Kedua anaknya pun memiliki pemikiran yang sama dan sekarang berwajah cemberut. Untuk menahan diri, keduanya menggenggam erat kain dress mama mereka.     

Mihai tertegun.     

Liliane juga menanyakan hal yang sama pagi tadi. 'Apa aku memperlihatkannya dengan terlalu jelas?' Padahal Mihai sudah bermaksud menutupinya dan bersikap seperti biasa.     

Ecatarina bisa mencibir jika tahu apa yang sedang dipikirkan Mihai. 'Kau sedang bermain-main denganku?! Kau bahkan terlihat terlalu aneh dan kau bilang kau bermaksud menutupinya?!' Ia mungkin akan mendamprat Mihai saat itu juga.     

Sepertinya Mihai memang tidak memiliki kemampuan berakting selain akting berlebihan ala-ala drama percintaan yang menjadi favoritnya itu.     

"Tidak ada apa-apa," jawab Mihai yang masih berusaha menutupinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.