This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Terguncang



Terguncang

0Liliane yang sangat mengkhawatirkan Mihai akhirnya mengikuti half-beast itu hingga ke kebun. Ia menyembunyikan dirinya di balik pepohonan tinggi yang tidak jauh dari kebun agar Mihai tidak menyadari keberadaannya.     
0

Setelah ia tanpa sengaja mendengar cerita dari Mihai mengenai masalahnya itu, ia langsung dipenuhi amarah. Ia mengutuk putranya dalam hati seraya terbang dengan kecepatan tinggi menuju perpustakaan, tempat dimana putranya berada sekarang.     

Melihat pintu perpustakaan, ia segera menembusnya. Di saat yang sama, suara Vasile tertangkap telinganya.     

"Mengapa kau tidak mau memberitahu kami alasannya?"     

Vasile, Albert, dan Lonel berdiri tegak di samping Luca yang sedang duduk di kursi perpustakaan. Liliane bisa melihat Vasile yang berwajah muram. Matanya berkilat sedih dan ia bahkan memanggil Luca dengan cara yang lebih kasual. Liliane menduga, Vasile ingin mengembalikan kesadaran kepada Luca bahwa Vasile merupakan pamannya, kerabatnya, dan Luca bisa lebih terbuka dan mengandalkannya sebagai keluarga. Di kedua sisinya, ekspresi Albert dan Lonel juga tidaklah berbeda dengan Vasile.     

Di sisi lain, Luca masih duduk dalam diam. Liliane tahu putranya mendengarkan tapi Luca hanya memfokuskan pandangannya pada bukunya, mengabaikan ketiga pelayannya itu.     

Lonel mengernyit dalam membuat mata yang biasanya penuh dengan kemalasan menjadi sedikit lebih mengancam. "Tuan, jika Anda memberi tahu alasannya, mungkin kami bisa membantu."     

Albert mengangguk setuju.     

Namun, Luca menggeleng dan tidak mengatakan apa-apa lagi.     

Ketiganya merasa putus asa. Mereka sudah terus menerus bertanya mengenai masalah ini kepada Tuan mereka tapi jawabannya hanyalah "Aku tidak mau memberitahumu" atau gelengan. Hal seperti ini sudah tidak pernah terjadi sejak Luca kehilangan perasaannya.     

Luca tidak tahu apakah ia bisa menyelesaikan permasalahan, terutama yang melibatkan perasaan, dengan baik sehingga jika ia kesulitan, ia akan berkonsultasi dengan semua pelayannya. Ini adalah pertama kalinya bagi tuan mereka untuk menutup mulut dalam permasalahan seperti ini.     

Walaupun Luca terlihat tenang dan cuek, mereka yang sudah hidup begitu lama dengan Luca ini tahu bahwa tuan mereka sedang kesulitan dan dilanda dilemma yang kuat. Mereka benar-benar ingin membantu tapi tuan mereka ini benar-benar keras kepala.     

Liliane yang sedang menonton bahkan ingin memukul kepala Luca dan menceramahinya walaupun ia tahu ia tidak bisa menyentuh sekitarnya bahkan membuat suaranya terdengar.     

Ketiga pelayan saling menatap satu sama lain, berkomunikasi melalui mata untuk memutuskan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Tiba-tiba, pintu perpustakaan terbuka dengan kasar, memperlihatkan Ecatarina dan kedua anak kembarnya.     

Vasile bertemu pandang dengan Ecatarina dan saat itu juga, wanita itu mengetahui bahwa ketiga pelayan ini tidak bisa mendapatkan informasi apa pun. Ia dengan geram berjalan menuju Luca.     

"Rina!" seru Vasile dengan suara tertahan, berusaha menahan Ecatarina yang sudah mau melabrak Luca tapi tidak berhasil.     

BAM!     

Sepasang tangan wanita itu segera menghantam meja di depan Luca dengan kuat. Ketiga pelayan lainnya terlonjak kaget. Namun, targetnya, Luca, dengan santai membalikkan halaman bukunya tanpa menatap Ecatarina.     

Wanita itu sudah terbiasa dengan sikap dingin Luca tapi untuk hari ini, ia tidak bisa untuk tidak semakin marah melihat betapa cueknya pria itu. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Mihai terlihat begitu sedih dan frustasi sementara pria yang memulai semua itu hanya membaca buku dengan tenang. Baru hari ini ia merasa tuannya benar-benar dingin dan tak berperasaan sejak hari Luca kehilangan perasaannya dan itu membuat perasaan wanita itu semakin bercampur aduk dengan rumit.     

"Sebenarnya apa masalahmu?!" Ecatarina berseru tanpa basa-basi. Untungnya ia belum kehilangan kesadaran bahwa ia adalah seorang pelayan di kediaman ini. Jika iya, ia sudah menarik kerah Luca tinggi-tinggi.     

Luca tidak merespons sama sekali dan itu semakin membuat Ecatarina geram.     

"Kau tahu betapa sedihnya istrimu itu?! Sejak awal, aku sudah berpikir bahwa kau terlalu dingin setelah menghamili Mihai dan bahkan sangat tidak bertanggung jawab. Namun, aku tidak mengatakan apa-apa karena aku tahu kau membenci half-beast seperti diriku juga membenci kaum itu. Tapi, semuanya berubah! Kau ingin menerimanya, memberinya harapan, dan kita semua pun sudah menghangat kepadanya. Lalu sekarang, kau tiba=tiba menjadi dingin dan bahkan lebih kejam! Kau membiarkan Mihai pergi ke upacara kedewasaan kampret itu padahal kau tahu tetua-tetua itu sedang merencanakan sesuatu! Mengapa kau—mm!"     

Ketiga pelayan lainnya akhirnya berhasil membungkam Ecatarina dan menariknya sedikit menjauh setelah berkali-kali ditepis dan digagalkan. Kedua anak kembarnya entah mengapa juga ikut membantu menahannya membuat Ecatarina menembakkan tatapan tajam.     

Daniela dan Daniel segera menggeleng dengan wajah serius. Di telinga kiri Ecatarina, Vasile segera berbisik, "Cukup! Kau tidak menyadari ekspresi Tuan?!"     

Oleh karena amarahnya, Ecatarina yang biasanya sensitif, tidak pernah menyadari tanda samar kedilemmaan dibalik wajah tenang tuannya saat memasuki ruangan. Setelah ia mengomel panjang lebar, amarahnya semakin tinggi dan ia pun tidak menyadari perubahan ekspresi di wajah tuannya itu.     

Rahang Luca mengerat keras, alisnya menajam, dan sudut bibirnya menurun sedikit. Tatapan matanya dipenuhi dengan kerumitan yang tak tergambarkan tapi ia tetap tidak mengatakan apa-apa.     

Ecatarina berdecak kesal. "Lalu mengapa jika ekspresinya berubah?! Dia bahkan tidak akan menyadari ekspresinya sendiri dan terus membohongi diri sendiri dengan alasan konyol yang entah apa itu!" Ia sengaja berseru keras agar Luca bisa mendengarnya. Ia segera meronta keras untuk lepas dari penahanan yang lain sambil berseru lagi, "Aku tidak tahu apa yang diingkar Mihai sehingga kau harus berpura-pura berperilaku begitu dingin!"     

Tangan Luca yang memegang buku tiba-tiba mengepal erat, membuat sudut buku itu kusut dan beberapa halamannya hampir robek. "Berpura-pura?" gumamnya dengan suara yang lebih dalam dari pada biasanya. Terdapat tekanan yang kuat dari ucapannya itu sehingga mereka yang mendengarnya bisa merasa jantung mereka berhenti berdetak untuk beberapa detik.     

Namun, Ecatarina tentunya tidak takut. Ia segera berseru nyaring membalasnya, "Ya! Kau berpura-pura! Ekspresimu mengatakan semuanya bahwa kau mengkhawatirkan Mihai dan tidak ingin membahayakan pria itu!"     

Tanpa sadar, Luca menyentuh wajahnya dengan pelan. "Aku tidak." Ia ingin menjawab dengan tegas tapi ia terkejut ketika mendengar nada suaranya yang terlalu lembut hingga terasa akan hilang, terdengar sangat putus asa.     

"Ka—"     

"Rina!" Vasile tidak bisa berdiam diri lagi.     

Luca kehilangan perasaannya jadi pria itu tidak akan bisa merasa. Begitulah yang dipercaya oleh semua orang di sana. Namun, mungkin saja itu tidaklah sepenuhnya benar.     

Mungkin saja, kemampuan untuk merasakan itu hanya menumpul sehingga hal-hal kecil tidak akan bisa menggerakkannya. Selama ribuan tahun, tidak ada sosok yang bisa mengombang-ambingkan perasaaan Luca sehingga ia pun semakin tidak peka.     

Ketika pada akhirnya ada sosok yang mampu memicu ombak perasaaan di dalam diri Luca, pria itu sudah sepenuhnya kehilangan kemampuan dalam merasakan dan sensasi itu membuat Luca menjadi sangat kebingungan. Ucapan Ecatarina membuat semuanya menjadi semakin buruk dan sekarang, Vasile merasa bisa melihat Luca seperti anak kecil yang linglung.     

Ecatarina juga merasakan itu, menyadari bahwa ia telah melewati batas dan akhirnya menutup mulutnya. Yang lain pun membatu di tempat, tidak dapat mengatakan apa-apa lagi. Lantaran, mereka sendiri cukup kaget melihat betapa terguncangnya Luca.     

Vasile menghela napas pelan. Ia merasa tidak bisa mendorong Luca lebih dari ini dan mengisyaratkan mereka semua untuk berhenti. Lebih baik memberikan waktu bagi Luca untuk berpikir dan merenungkan semuanya.     

Pelayan yang lain pun akhirnya mengangguk paham dan mulai berjalan keluar.     

Sebelum Vasile menutup pintu, ia menatap keponakannya sejenak. Setelah ragu, ia akhirnya berucap, "Luca, aku tidak tahu apa yang sedang kau ragukan tapi renungkan ini, jika kau terus berperilaku seperti ini kepada Mihai, ketika kau akhirnya merasa dia berharga, mungkin dia sudah tidak akan berada di sampingmu lagi."     

Alis Luca mengernyit sedikit lebih dalam.     

Bunyi pintu perpustakaan yang tertutup menggema lembut sebelum keheningan yang pekat memenuhi ruangan itu.     

Untuk sementara waktu, Luca mematung di tempat. Matanya menatap kosong buku di depannya dan tangannya tidak bergerak sama sekali untuk membalik halaman buku itu.     

Liliane yang ingin membantu menambahkan ceramah Ecatarina pun tidak sampai hati untuk mengeluarkannya – walaupun ia tahu, suaranya tidak akan bisa terdengar. Lantaran, ekspresi wajah putranya benar-benar begitu buruk.     

Mungkin Luca sendiri tidak menyadari bahwa ia bisa mengeluarkan ekspresi wajah seperti ini, begitu rumit dan penuh dengan perasaan yang bercampur aduk.     

Tiba-tiba, Luca berdiri dari kursinya dan berjalan menuju arah jendela. Liliane mengekori dari belakangnya dan ketika ia mengikuti arah pandang Luca, ia menemukan Mihai yang sedang duduk di sebuah batu di ujung pandangan itu.     

'Ah! jendela perpustakaan ini langsung mengarah ke kebun!' pikirnya seraya menatap kembali ke arah Luca. Ia bisa melihat Luca yang mengeratkan kepalan tangannya dan juga rahangnya.     

Seperti tidak sanggup lagi melihat, Luca menutup matanya dan menyandarkan kepalanya pada kaca jendela. Wajah tampannya itu terlihat sangat lelah. Helaan napas meluncur keluar tanpa hambatan.     

"Dia adalah mixed blood, Luca … ini yang terbaik," gumamnya dengan suara yang sangat pelan tapi tentunya Liliane dapat mendengar karena ia mendekatkan telinganya pada mulut Luca hingga hampir tak berjarak.     

Detik ketika ia mendengar kata-kata itu, Liliane langsung tahu akar dari permasalahan ini….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.