This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Tidak Mengakui



Tidak Mengakui

0Genap dua bulan berlalu lagi dengan tenang dan damai. Kandungan Ioan berkembang dengan sehat. Ia pun mulai terbiasa dengan berat perutnya yang terus membesar sehingga dapat beraktivitas dengan penuh semangat layaknya dirinya sebelum hamil.     
0

Sejak kejadian Bunga Peony, Ioan tidak pernah melihat batang hidung Steve lagi karena ia tidak diperbolehkan untuk mengunjungi rumah sakit. Untuk itu, Steve bahkan membelikan alat medis canggih yang seharusnya hanya ada di rumah sakit itu untuk diletakkan di dalam sebuah ruangan kosong di kediaman itu jadi Damian bisa melakukan pengecekan langsung di kediaman tersebut.     

Ioan hampir mati lemas ketika mendengar deretan angka di dalam harganya, cemas jika Steve meminta ganti rugi tapi untungnya hingga sekarang pun, tidak ada tagihan yang mencapai tangannya.     

"Kau tidak bosan?" tanya Damian yang sedang tidak praktek hari ini jadi ia datang ke kediaman di pagi hari untuk melakukan pengecekan rutin.     

Ioan yang kembali ditemukan sedang membaca buku di perpustakaan hanya menggumam tidak jelas. Matanya tetap berfokus pada buku di tangannya. Selama tiga bulan ini, ia telah membaca hampir setengah dari buku-buku di dalam perpustakaan dan tentunya ia tidak bosan. Setiap harinya, jantungnya didebarkan oleh isi buku yang penuh warna dan bahkan, bukannya menjadi bosan, ia lebih khawatir bahwa dalam beberapa bulan ke depan, ia akan mati kebosanan karena semua buku di tempat ini telah habis ia baca.     

Namun, sebenarnya, ia tidak perlu mencemaskan itu karena sejak dua bulan yang lalu, Damian akan datang dengan beberapa buah buku baru yang dipesan Steve dan secara diam-diam memasukkannya ke dalam rak. Oleh karena penambahannya yang tidak signifikan, Ioan tidak pernah menyadarinya.     

Mendengar jawaban Ioan yang sangat tidak jelas itu, Damian hanya bisa menggeleng. Jika pria ini sudah terlalu fokus, Damian tidak punya pilihan lain untuk menarik buku itu dari tangan Ioan.     

Baru ketika itulah kesadaran Ioan kembali ke kenyataan sepenuhnya. Walaupun sedikit cemberut, ia akhirnya mengikuti Damian ke ruang pengecekan.     

Ioan akan memasuki bulan keempat kehamilannya dan itu adalah bulan yang krusial bagi janin half-beast karena bayi mulai bersiap-siap untuk keluar dari perut orang tuanya. Damian mulai menjelma menjadi ibunya, begitu comel dengan segala kebutuhan maupun keseharian Ioan dan memberinya berbagai masukan dan peringatan agar janinnya tidak mengalami masalah di bulan penting ini.     

Seperti hari ini, Damian terus comel selama pengecekan dan Ioan hanya bisa tersenyum pasrah sembari mengangguk hingga telinganya panas.     

*****     

Siang itu, di rumah sakit, Steve baru saja mengantar pasien terakhirnya keluar sebelum menghempaskan punggungnya pada sandaran empuk kursinya.     

Walaupun wajahnya masih muda tapi usianya tetap sudah mencapai tiga digit jadi energinya cepat terkuras. Helaan napas panjang kabur dari mulutnya. Tangannya memijit lembut area tengah alis seraya melepas kacamatanya.     

Baru saja ia berpikir untuk menutup matanya sebentar, pintu ruangannya terbuka dan Jack masuk dengan santai.     

"Jika kau ingin memberikan laporan sialan dari Damian itu, lebih baik kau berhenti sebelum kutonjok." Nada suara Steve begitu dalam dan mengancam. Bahkan dengan kedua mata yang tertutup lengan pun, nada suaranya saja sudah cukup untuk membuat orang awam merinding, tapi tentunya tidak berlaku untuk Jack.     

Bagaikan ancaman itu tidak pernah terucap, Jack dengan santai meletakkan foto-foto dan hasil pengecekan janin Ioan. Senyum di wajahnya begitu cerah hingga menyilaukan mata tua Steve.     

"Enyah!" hardik Steve kesal tapi tangannya tetap mengambil laporan itu dan mengamatinya dengan seksama.     

Jika Steve bukan atasannya, Jack pasti sudah menggodanya sambil tertawa terbahak-bahak. 'Dasar tidak jujur!' Jack tidak pernah bermimpi untuk dapat melihat betapa tsundere-nya atasannya ini sejak menjadi sekretarisnya sejak 300 tahun yang lalu.     

Setelah memasukkan hasil laporan itu ke dalam sebuah rak meja yang tanpa sadari telah ia khususkan untuk laporan mengenai Ioan, Steve mengambil sebuah kantong berisi beberapa buku lama miliknya yang ia simpan di dalam kediaman utamanya. "Bawa itu," pintanya singkat.     

Jack paham maksudnya dan menerimanya dengan senyum yang semakin lebar. Ia benar-benar tidak bisa menutupi secercah godaan di matanya, membuat sudut bibir Steve tertekuk dalam.     

"Buku-buku itu sudah tidak kubaca lagi makanya aku memanggilmu untuk menyimpannya di sana. Bukan karena aku mau memberinya buku karena takut dia kehabisan bacaan!"     

"Hm? Tuan, aku tidak mengatakan apa-apa. Kau sendiri yang mengatakannya," goda Jack dan langsung mendapatkan sepatu melayang. Dengan gesit, ia menghindari sepatu itu lalu segera pamit dari ruangan itu sebelum ia mendapatkan sepatu melayang yang kedua.     

Steve menatap tajam bawahannya dengan kesal. Ia kesal dengan kedua bawahannya itu yang sudah bersekongkol untuk terus menggodanya tapi di atas itu semua, ia lebih kesal pada dirinya sendiri.     

Di setiap jam, menit, bahkan detik hidupnya, di mana pun ia berada, benaknya terus melayang menuju half-beast yang bersembunyi di kediaman pribadinya di Bukit Herme itu.     

Jika ia melewati toko baju bayi, ia tergoda untuk membelinya dan sedetik kemudian menggerutu kepada dirinya sendiri, 'apa yang kau pikirkan?! Lagi pula, bayinya bahkan belum lahir! Walaupun perkiraannya adalah laki-laki tapi siapa tahu ada kesalahan?'     

Sedetik kemudian lagi, ia akan menggelengkan kepalanya begitu kuat hingga terasa akan lepas. 'Bodoh! Bukan itu masalahnya! Untuk apa aku membelikan baju bayi?! Mereka bukan urusanku! Lagipula itu kecelakaan … ya kecelakaan! Aku tidak pernah mau punya bayi itu!'     

Namun, pemikirannya ini, entah mengapa, hanya memberikan rasa pahit di lidah.     

Kemudian, jika ia melewati toko buku atau melihat buku-buku bagus di rumahnya, tangannya begitu gatal sehingga ketika ia tersadar, ia sudah menenteng beberapa buku di tangan setiap paginya.     

"Hah … sepertinya aku harus mengecek kesehatan otakku." Itu yang selalu ia ucapkan tapi tentunya tidak pernah ia praktekkan secara langsung.     

Lagipula apa yang harus ia katakan ketika dokter spesialis otak yang menganganinya menanyakan keluhannya. 'Aku harus mengatakan bahwa aku terus memikirkan orang yang … seharusnya bisa dibilang istriku?'     

Bukan hanya ia akan menggali kuburannya sendiri dengan membenarkan rumor yang susah payah ia tekan itu, ia juga bisa membayangkan jawaban dokter itu dan bagaimana dokter itu akan menjawabnya dengan senyum penuh arti.     

"Lupakan!" Steve tidak ingin mendengarkan jawaban itu dan tidak akan pernah mau mengakuinya karena itu tidak mungkin!     

'Tidak mungkin aku mabuk cin—ahhhhh!!! Aku tidak mau mendengarnya!' Kekacauan melanda batinnya.     

Ding!     

Tiba-tiba, sebuah pesan muncul di layar komputernya. Dengan penuh rasa syukur karena ia tidak perlu melanjutkan pikiran terkutuknya itu dan segera menyambar mouse untuk melihat email yang masuk.     

Melihat nama Silver sebagai pengirimnya, eskpresi serius segera terlukis di wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.