This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Bayaran Besar



Bayaran Besar

0"Dia harus dibunuh!"     
0

"Benar! Kita tidak bisa membiarkan bayi dari hubungan hina ini lahir lagi!"     

Dari cemoohan berubah menjadi kekejaman. Semua orang sudah memiliki satu hati untuk membunuh Ioan dan bayinya.     

Wajah Adrian yang dari tadi hanya mendengar benar-benar gelap. Ia tahu bahwa banyak dari mereka juga menyindir dirinya yang merupakan hasil dari hubungan hina dan lahir tanpa bisa dicegah oleh tetua-tetua busuk ini.     

Terdorong oleh ucapan-ucapan itu, para petugas juga mulai bergerak.     

Luca ingin menahan petugas itu dengan perintahnya tapi Steve melayangkan tatapan tajam, mengatakan 'jangan lakukan apapun!' melalui matanya.     

Steve, yang juga terborgol, tidak bisa mengeluarkan sihirnya tapi jangan remehkan kekuatan fisik incubus tua yang sudah hidup sejak kaum ini tidak memiliki sihir sebagai kekuatan. Tendangannya cukup untuk melemparkan beberapa petugas sekaligus sejauh beberapa meter.     

Damian dan Jack yang juga terborgol tidak jauh dari mereka segera lepas dari petugas yang menahan mereka dan balas menyerang.     

"Kita akan kabur dari sini! Jangan terpisah dariku!" bisik Steve kepada Ioan yang masih terlindungi di belakangnya.     

Ioan tidak mengatakan apa-apa tapi Steve bisa merasakan genggaman pada bajunya semakin erat, menandakan bahwa Ioan mendengar apa yang ia katakan.     

Steve, Jack, dan Damian mulai mengamuk di dalam ruangan itu, berusaha membuka jalan keluar. Namun, Jack dan Damian tidak memiliki kekuatan fisik yang begitu tinggi sementara walaupun Steve kuat, ia tetap tidak sekuat itu untuk menyapu ratusan petugas dalam satu kali tendangan. Ioan ingin membantu tapi tubuh besarnya membuat ia sulit bergerak sehingga ia hanya sesekali menendang petugas-petugas yang terlalu dekat dengannya dan hampir berhasil menangkapnya.     

Steve berdecak kesal. Jika ia punya sihirnya semuanya memang akan lebih mudah.     

Bagaikan Dewa mengabulkan permohonannya, tiba-tiba borgol mereka membeku dan hancur berkeping-keping. Steve segera menggunakan sihir airnya, menyapu para petugas itu sampai mereka menghantam dinding secara brutal dan kehilangan kesadaran.     

"Jangan biarkan mereka kabur!"     

"Tangkap mereka!"     

Para petinggi yang awalnya hanya berduduk santai segera turun untuk ikut menangkap.     

Steve memasukkan Ioan ke dalam pelukannya dan mereka segera berlari keluar. Di sela-sela kekacauan itu, Steve melirik Adrian yang masih duduk di kursi kebesarannya dan mengangguk kecil, menyatakan rasa terima kasihnya atas borgol itu.     

Adrian tidak menyangka bahwa Steve akan menyadari hal itu dan hanya bisa memejamkan matanya dan mengangguk samar. Sebagai kepala keluarga yang lahir dari hubungan antara incubus dan half-beast, posisinya di kursi ini sangatlah rapuh. Keluarga Udrea terpecah menjadi dua kubu dan bahkan di ruangan ini, ada yang mendukungnya dan ada yang mencemoohnya.     

Ia tidak bisa gegabah jadi hanya hal kecil seperti ini yang bisa ia lakukan secara diam-diam untuk menolong.     

Di dalam kekacauaan itu, Rachel juga ikut berpartisipasi. Wajahnya jelek dan bengis. Matanya merah seluruhnya, tertuju pada Ioan yang ada di dalam pelukan Steve dengan penuh kebencian.     

'Aku tidak akan membiarkanmu lolos!' Rachel melemparkan sihirnya kepada Steve. Sihir itu tidaklah melukai tapi cukup untuk membuat seseorang kehilangan keseimbangan.     

'Ya! Aku hanya perlu membuatnya jatuh!'     

Steve tidak mengantisipasi serangan itu dan tubuhnya segera limbung. Otaknya memberikan peringatan tapi semuanya sudah terlembat.     

Ia jatuh bersama dengan Ioan. Pria harimau itu segera menghantam lantai keramik yang dingin.     

Steve buru-buru bangun tapi jantungnya segera berhenti berdetak. Cairan merah mengalir keluar dari bawah kaki Ioan, membentuk genangan yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya.     

"Aghh!" Ioan menggeram kesakitan. Air mata menetes membasahi wajahnya, membawa kesakitan dan kesedihan di setiap tetesnya.     

Instingnya mengatakan bahwa kehidupan di dalam perutnya mulai melemah dan bisa hilang setiap saat.     

"Tidak," gumamnya bagaikan sebuah permohonan kepada yang ada di atas untuk tidak mengambil kehidupan kecil ini darinya.     

Dengan tangan gemetar, ia menggapai lengan Steve, menarik lengan pakaian yang sudah kusut itu kuat-kuat seperti menyalurkan harapannya kepada pria itu untuk menyelamatkan kehidupan kecil itu.     

Steve menangkup tangan Ioan, tidak menyadari bahwa tangannya juga gemetaran. Bercak darah mengotori tangannya, menyadarkannya akan keadaan kritis half-beast itu.     

Jantungnya serasa jatuh menuju perut kemudian terbakar oleh api amarah.     

"AGHHH!!"     

"KYAA!!"     

Lingkaran sihr besar muncul dari bawah kaki Steve, meliputi hampir seluruh gedung itu dan gelombang air besar mengaum darinya. Gelombang itu menghempas para incubus yang mengejar mereka … satu kali … dua kali … tiga kali … hingga sepuluh kali. Setiap gelombang baru yang muncul semakin tinggi dan semakin kejam hingga banyak yang hampir mati karena sesak napas.     

Ketika gelombang itu mereda, sosok Steve, Damian, Jack, dan half-beast itu sudah hilang, meninggalkan genangan darah hitam pekat pada lantai putih gedung megah itu.     

Jauh di belakang semuanya, berdiri Luca dalam diam mengamati apa yang terjadi. Setelah memejamkan matanya sesaat, ia melirik Ecatarina. Wanita itu memahami apa yang dimaksudkan dari tatapan itu dan segera hilang dalam balutan sihir teleportasi….     

*****     

"Cepat siapkan alat-alatnya!" pinta Steve kepada Damian dan Jack.     

Tepat ketika Steve sampai di depan kediaman pribadinya di Bukit Herme, ia segera membanting pintu terbuka dan berlari menuju kamar Ioan. Darah menetes di sepanjang jalannya membuat jantung Steve berdebar semakin kencang.     

Kesadaran Ioan sudah hampir hilang seluruhnya tapi pria itu masih dengan keras kepalanya menggenggam kuat lengan Steve dan sesekali menggumamkan hal yang tidak jelas. Namun, Steve paham arti gumaman itu. Ioan terus meminta untuk menyelamatkan bayinya.     

Bahkan ketika ia meletakkan Ioan di atas tempat tidur dan hendak menyiapkan barang yang ia perlukan, tangan itu tetap tidak ingin melepaskannya. Bukannya mengendur, malah semakin erat hingga kain pakaian Steve terasa akan robek.     

"Hh … ba … gg…." Ioan bergumam lemah. Ekspresi wajahnya penuh dengan kesakitan dan kecemasan.     

Melihat itu, dada Steve seperti diremas kuat. Dengan lembut, ia menggenggam tangan half-beast itu lalu mengelusnya pelan. "Aku akan menyelamatkan mereka, aku janji. Jadi tenanglah, ok?"     

Akhirnya, Ioan setuju untuk melepaskan lengan pakaiannya.     

Steve segera mengumpulkan benda-benda yang ia perlukan. Di saat bersamaan, Jack dan Damian juga kembali dengan keperluan yang ia perintahkan.     

Mereka bergerak sangat cepat tapi seberapa cepatnya pergerakan mereka itu, keadaan Ioan semakin memburuk.     

Walaupun Steve sudah terbang dengan kecepatan tertinggi yang ia punya, Ioan sudah kehilangan banyak darah. Keadaannya segera menjadi kritis dan mereka jatuh pada pilihan untuk menyelematkan bayinya tapi kehilangan Ioan atau menyelamatkan Ioan tapi kehilangan bayinya.     

"Bagaimana keputusanmu?" tanya Damian buru-buru. Mereka tidak bisa berpikir terlalu lama jika mereka tidak ingin benar-benar kehilangan keduanya sekaligus.     

Steve menggertakkan giginya. Tangannya yang terselimuti sarung tangan karet yang sudah penuh darah terkepal erat hingga bergetar hebat.     

Seharusnya ia tidak memiliki keterikatan dengan pria half-beast bernama Ioan ini. Ia juga tidak peduli dengan bayi yang ada di dalam perutnya, terutama karena ia tidak pernah berkeinginan untuk menghasilkan kehidupan kecil ini. Jadi, seharusnya ia tidak perlu begitu marah dan kacau dan bisa segera memilih kemungkinan yang terbaik.     

Kenyataannya, ia begitu ragu dan cemas. Di saat-saat tersudut seperti inilah, lubuk hatinya akhirnya dengan jujur menyerukan keinginannya bahwa ia tidak ingin kehilangan apapun. Ia ingin bayi maupun papanya selamat!     

"Tuan!" seruan Damian menyadarkannya.     

Steve tertegun sejenak. Ia tersadar bahwa ia telah terlalu panik.     

'Memangnya kau anak baru?'     

Mengesampingkan perasaan dan keinginannya, Steve kali ini menggunakan otaknya. Mempertimbangkannya dengan matang dalam kurun waktu yang sangat singkat dan segera memutuskan. Walaupun ia sudah yakin, mulutnya tetap terasa berat ketika ia mengucapkan kalimat itu, "Kita akan menyelamatkan bayinya."     

Damian merasakan hatinya ikut sakit tapi ia tidak mengatakan apa-apa dan segera membuat persiapan.     

Tiba-tiba, pintu kamar dibuka.     

"Bagaimana keadaannya?" Seorang pria jangkung berambut pirang berdiri di ambang pintu. Tubuhnya yang besar terbalut seragam putih seorang koki.     

Steve sedikit terkejut tapi ia segera tahu mengapa pria ini ada di sini. "Kau disuruh Luca ke sini, Albert?"     

Albert hanya tersenyum singkat sebagai pembenaran sebelum berjalan masuk. Tidak seperti biasanya, ekspresi wajahnya begitu serius sehingga Damian yang hanya pernah melihat dokter terbaik Kota Rumbell itu dalam hitungan jari hampir tidak bisa mengenalinya. Lantaran, Albert biasanya selalu ceria, penuh dengan senyum lebar, dan tawa yang keras.     

Secercah cahaya penuh harapan terlintas di sepasang mata biru muda Steve. Ia segera menjelaskan keadaannya secara singkat kepada Albert.     

Albert mengambil lengan Ioan, merasakan nadinya sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Aku punya cara tapi … kau harus membayar besar untuk itu…."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.