This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Cezar



Cezar

0Suara tawa yang lembut menggema di sekitar, sangat lembut dan terasa hangat. Terkadang sedikit berat dan dewasa. Terkadang renyah dan imut layaknya anak-anak.     
0

'Siapa?' Ioan berusaha mengangkat kelopak matanya tapi bagaikan ada lem di sana, ia tidak bisa membukanya sama sekali.     

Ia ingin mengangkat tangannya sebagai gantinya tapi ia tidak bisa merasakan tubuhnya sama sekali. Bagaikan jiwanya terlepas dari tubuh fana dan melayang ke surga.     

'Ah … apa aku sudah mati?'     

Tiba-tiba, suara itu berucap. Suaranya seperti bunyi bel tapi tidak tajam. "Sudah waktunya bangun…." Sebuah belaian terasa di pipi Ioan, juga sehangat suaranya.     

Ioan merasa sangat nyaman sekaligus penasaran dengan identitasnya. Bulu matanya bergetar, berusaha untuk terbuka.     

"..oan…."     

"Ioan…."     

Matanya akhirnya terbuka dan setelah menyesuaikan pandangannya dengan cahaya di sekelilingnya, ia menemukan langit-langit yang sangat familiar. Itu adalah langit-langit kamarnya di rumah Steve.     

'Ah … sudah pagi….' Ia merasa memimpikan sesuatu yang sangat hangat tapi ia tidak bisa mengingatnya lagi.     

Menilai dari cahaya yang ia lihat, sepertinya hari sudah mulai siang. Berpikir untuk buru-buru membuat sarapan, ia hendak bangun…     

"Agh!" Rasa sakit di sekujur tubuhnya memaksanya untuk kembali tertidur. Ada apa dengan tubuhku?!     

"Ioan! Jangan bangun dulu! kau baru saja melahirkan!" Suara orang yang memanggilnya tadi kembali terdengar diikuti dengan sosok Damian yang tertangkap pandangannya. Ekspresinya penuh kecemasan.     

Keringat dingin membasahi kening Ioan dan napasnya terputus-putus karena menahan sakit. "Melahirkan?" Alisnya terajut, penuh kebingungan.     

'Oh ya, kemarin aku ditangkap ke gedung pemerintahan incubus … lalu … lalu….' Memori kemarin malam berangsur-angsur kembali membuatnya tersentak kaget. Matanya terbelalak lebar. "Anakku!"     

Tanpa peduli rasa sakit yang menusuk itu, ia menggenggam lengan pakaian Damian dengan erat dan berusaha bangun. "Anakku! Apakah mereka selamat?!"     

"Ioan! Tenanglah! Tenanglah!"     

Damian berusaha menidurkannya kembali tapi Ioan dengan keras kepala mempertahankan posisi setengah bangunnya. Wajah pria harimau itu telah pucat pasi dan seluruh tubuhnya basah oleh keringat.     

Damian takut jahitan operasi kemarin terbuka dan segera menekan tubuh Ioan dengan kekuatan yang lebih yang akhirnya berhasil membuat pria keras kepala itu kembali tertidur.     

"Tenanglah! Dengarkan aku dulu!"     

Mendengar tiga kata itu, jantung Ioan hampir berhenti berdetak. Kata-kata seperti 'dengarkan aku dulu…' biasanya tidak akan membawa informasi yang baik. Tubuhnya gemetar dan matanya mulai memerah.     

Damian buru-buru memperbaiki kata-katanya. "Tidak, tidak. Jangan langsung berpikiran buruk. Bukan seperti itu, anakmu selamat tapi…."     

"Tapi…?"     

'Apa ada yang cacat?' Mengingat ia mengeluarkan darah kemarin, kemungkinan itu mungkin terjadi. "Tidak apa-apa jika dia ca—"     

"Stop! Bukan begitu! Dengarkan aku sampai selesai ok?"     

Akhirnya Ioan mengangguk dan menutup mulut.     

"Bayimu selamat tapi hanya satu yang baru bisa dilahirkan."     

"Maksudmu?"     

"Aku sudah bilang bahwa anakmu adalah kembar tapi karena pendarahan kemarin, kerusakan parah terjadi di dalam. Oleh karena insting untuk bertahan hidup, salah satu bayi menyerap seluruh energi dan berhasil selamat tapi yang satunya langsung jatuh ke dalam keadaan kritis."     

Ioan refleks ingin berbicara lagi tapi Damian buru-buru menutup mulutnya. "Dengarkan dulu."     

"Awalnya bayimu ini mengambil terlalu banyak energi hingga bukan hanya energi saudaranya saja tapi juga energi di dalam tubuhmu. Kau juga jatuh ke dalam keadaan kritis. Namun, akhirnya kami menemukan jalan keluar dan semuanya bisa diselamatkan. Hanya saja kembarannya harus tetap berada di dalam tubuhmu untuk berkembang dengan baik."     

"Oleh karena energi yang selama ini terkumpul selama masa mengandung telah diambil seluruhnya, ia tidak bisa mempertahankan tubuh bayi yang telah terbentuk dan akhirnya akan mati. Untungnya kami mendapat bantuan dari dokter teralih di Rumbell dan berhasil membuat bayimu itu kembali ke bentuk terawalnya sehingga bisa bertumbuh kembali selama di dalam tubuhmu secara pelan-pelan. Namun, kekurangannya adalah dia tidak bisa tumbuh hanya dari makanan saja dan membutuhkan energi sihir yang banyak."     

Ioan tertegun. "Aku…."     

Gambaran sebuah api hitam melintasi benaknya. Half-beast tidak pernah memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir tapi ibu kandungnya itu anehnya dapat menggunakan satu jenis sihir yang misterius. Itu adalah sebuah api hitam yang mampu menetralkan segala sihir.     

Ioan juga mewarisi sihir itu dan pernah berlatih untuk menggunakannya. Untuk berjaga-jaga, ibunya menggunakan kekuatan ilusi yang sudah mengalir di dalam darah setiap klan rubah pada energi sihirnya. Jadi, setiap orang yang melakukan pengecekan terhadap tubuhnya hanya akan mengenali energi sihirnya sebagai bagian dari darahnya.     

'Apa aku harus memberitahukan mereka?' Namun, ia tidak tahu apakah energi sihirnya bisa digunakan mengingat sihir api hitam sendiri juga tidak pernah dimiliki oleh incubus mana pun sepanjang pengetahuannya.     

"Tenang saja. Untuk energi sihir, Tuan akan melakukannya untukmu."     

Ioan pada akhirnya memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa tentang sihirnya dan mengangguk paham. "Lalu bayiku yang satunya?"     

Belum sempat Damian menjawab, pintu terbuka dan Jack masuk dengan segumpal makhluk hidup di dalam pelukan tangannya. Makhluk itu terbungkus di dalam kain tebal yang hangat.     

"Oh … kau sudah bangun? Bayimu juga sudah harum dan bersih!" serunya penuh semangat.     

Binar bahagia memenuhi sepasang mata Ioan. "Biarkan aku lihat!" serunya seraya mengulurkan tangan dengan tidak sabar.     

Jack memindahtangankan bayi kecil itu dengan hati-hati.     

Bayi gendut putih segera memasuki pandangan Ioan. Semburat merah menghiasi kedua pipi bayi itu. Kelopak matanya tiba-tiba membuka dan sepasang mata beriris jingga gelap, bagaikan matahari terbenam itu, bertemu pandang dengan Ioan. Bayi itu mulai tertawa renyah.     

Ioan tidak dapat berkata-kata. Hatinya penuh kehangatan, begitu hangat hingga melelehkan air matanya.     

Ia membungkuk, memberikan ciuman lembut pada malaikat kecil itu dan membungkusnya ke dalam pelukan yang hangat. "Terima kasih sudah lahir dengan selamat … Cezar…." Detik itu juga, ia telah menetapkan nama bayi kecilnya.     

*****     

Di bawah bayangan pepohonan rindang taman bunga kediaman, Steve bersandar pada batang pohon dengan buku di tangannya. Namun, pandangan matanya terarah pada jendela kamar Ioan yang terbuka.     

Melihat pria itu yang telah bangun dan sekarang sedang tersenyum lebar sambil mengayunkan bayi di dalam pelukannya, jantung Steve berdesir.     

'Pria ini bisa tersenyum secerah itu?' pikirnya heran.     

Ia melirik bayi kecil yang terlelap, mengingat kembali bagaimana bayi itu akhirnya berhasil keluar dari rahim papanya. Ia juga masih ingat bagaimana kehangatan dan rasa terharu yang ia miliki saat melihat bayi itu.     

Padahal jumlah pengalamannya dalam membantu persalinan seseorang sudah tidak lagi dapat dihitung oleh jari. Namun sudah lama ia tidak merasakan kehangatan dan kesenangan saat untuk pertama kalinya menggendong bayi itu.     

Matanya tidak bisa terlepas dari papa dan anak itu dan detakan jantungnya semakin cepat. Sesuatu yang luar biasa mengalir di dalam tubuhnya, mempengaruhi hati dan pikirannya hingga kakinya tanpa sadar bergerak naik turun dengan tidak sabar.     

Walaupun begitu, ia tidak bisa menamai perasaannya ini yang terlalu asing baginya….     

Hanya satu hal yang memutar di dalam benaknya dengan sangat jelas.     

'Aku ingin melindungi senyuman itu….'     

Steve memejamkan matanya, merasa itu konyol. Ia bahkan tidak mengetahui asal usul half-beast ini dengan jelas dan semua yang terjadi sekarang murni karena kecelakaan yang tidak diinginkan.     

Akan tetapi, seberapa banyak kali pun ia merasa semua ini konyol, keinginan itu tetap tidak bisa terhapus dari benaknya….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.