This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kedatangan Seorang Tamu Tak Terduga (2)



Kedatangan Seorang Tamu Tak Terduga (2)

0Ioan diberitahu bahwa setiap baju baru yang digunakan Cezar adalah pilihan Damian. Tidak ia ketahui bahwa dibalik itu, Steve lah yang memilih dan akhirnya memaksa Damian menyerahkan baju itu tanpa menyebutkan namanya.     
0

Walaupun Steve tidak bisa turun bukit, ia memesan kurir pengiriman untuk memberikan booklet dari toko pakaian terbaik di Kota Rumbell. Dulu, ketika ia baru pertama kali membeli pakaian untuk Cezar, ia tidak begitu memahami pengukuran tubuh bayi jadi beberapa kali ia membeli baju yang terlalu besar atau terlalu sempit. Namun, seiring berjalannya waktu, ia semakin terbiasa dan akhirnya menjadi ahli.     

Setiap baju yang ia pilih akan membuat Cezar semakin imut sehingga Steve ketagihan. Bahkan dalam bulan ini saja, ia hampir membeli semua baju bayi yang diproduksi di Kota Rumbell hingga Cezar kebanjiran baju baru. Jika Damian tidak menahannya, Steve sudah akan membeli lebih banyak lagi.     

Di dalam gudang, Steve duduk di mejanya sambil membolak-balikkan booklet katalog pakaian. Ia sedang beristirahat sebentar dari penelitiannya dan kegiatan membolak-balikkan booklet itu menjadi salah satu hobinya untuk mengisi waktu luang.     

'Sebentar lagi sudah musim gugur,' pikirnya. Hari demi hari, cuaca di Kota Rumbell juga semakin sejuk.     

Bayangan Ioan terlintas di benaknya. Selama tiga bulan ini, ia menyadari bahwa Ioan tidak memiliki banyak baju. Ia bisa melihat Ioan menggunakan baju yang sama – hanya digilir saja urutan pemakaiannya – dalam seminggu.     

'Pakaiannya juga yang tipis….' Ia sempat mengintip isi lemari Ioan. Ia menemukan hanya ada dua potong pakaian tebal untuk musim dingin dan gugur.     

Steve mengambil katalog pakaian orang dewasa dan mulai membayangkan Ioan menggunakan pakaian-pakaian di dalam katalog itu. ia juga berpikir untuk membelikan dirinya beberapa potong karena pakaian lamanya masih tertinggal di kediaman resmi miliknya di kota dan tentunya ia tidak bisa pulang.     

Semakin ia membayangkannya, jantungnya berdegup semakin kencang. Wajahnya sedikit memerah oleh semangat karena ia merasa banyak sekali pakaian yang juga cocok untuk Ioan dan ia menjadi tidak sabar untuk melihatnya di dunia nyata.     

Ia mulai mencatat beberapa nama pakaian ketika ia mendengar suara seseorang yang familiar dari luar.     

"Biarkan aku bertemu Paman!"     

Itu adalah suara seorang gadis. Dalam sekejap, Steve mengenalinya. Itu adalah suara Rachel, anak angkatnya.     

"Rachel!" Terdengar suara Damian yang sedikit ragu.     

Steve mengernyit. 'Bagaimana Rachel bisa menemukan tempat ini?'     

Ia segera keluar dari gudang. Ketika gadis itu menemukan sosok Steve, ia segera memeluk Steve dengan mata berkaca-kaca.     

"Rachel … mengapa kau ada di sini?" tanya Steve seraya mengelus kepala putrinya.     

Rachel cemberut mendengar pertanyaan itu. "Apakah aku tidak boleh ada di sini?! Paman tahu betapa khawatirnya aku dan segala usahaku mencari Paman?!" kesalnya yang mulai terisak.     

Steve tidak sampai hati melihat putri yang telah ia asuh itu menangis. Ia segera menepuk punggungnya seraya membawanya masuk ke dalam gudang.     

*****     

Pada saat itu, Ioan yang sedang bermain dengan Cezar juga mendengar teriakan seorang gadis. Ia berjalan menuju sumber suara itu hanya untuk menemukan Steve yang sedang berpelukan dengan seorang gadis cantik.     

Hatinya seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum. Sekelilingnya menjadi hampa dan ia tidak dapat mendengar suara apapun di sekelilingnya hingga gadis itu dibawa masuk ke dalam gudang oleh Steve.     

Damian dan Jack menghela napas. Mereka masih sedikit kaget dan sekarang menjadi cemas. Jika Rachel bisa tahu keberadaan mereka, apakah para petinggi lain juga sudah mengetahuinya?     

Mereka baru ingin berdiskusi ketika menyadari Ioan yang masih berdiri diam tidak jauh dari mereka. Cezar menatap papanya dengan cemas, seperti menyadari bahwa ada sesuatu yang salah yang tidak seharusnya dilihat papanya.     

Ioan terlihat linglung, seperti anak kecil yang tersesat.     

Damian yang selalu peka langsung tahu bahwa Ioan telah salah paham jadi ia buru-buru menjelaskan, "Gadis itu adalah anak angkat Tuan, bukan pacarnya."     

Ioan tersentak kaget. Walaupun ia tidak tersenyum setelah mendengarkan itu, Damian bisa melihat tubuhnya yang mengendur dan kembali rileks. "Oh, begitu," jawabnya cuek lalu berbalik pergi.     

Jack tersenyum kecil melihat punggung half-beast itu. "Sepertinya ia juga mulai memiliki rasa dengan Tuan."     

Damian mengangguk. Keduanya bisa melihat dengan jelas pertumbuhan itu tapi sepertinya dua orang yang disebut tidak menyadari apapun dan hanya menganggap satu sama lain sebagai orang asing yang tanpa sengaja memiliki hubungan perjanjian tertentu.     

Damian tidak bisa menghentikan dirinya untuk menghela napas….     

*****     

Rachel keluar dari gudang setelah satu jam berlalu.     

"Aku tidak boleh tinggal di sini?" tanya Rachel dengan wajah memelas.     

Steve selalu lemah dan cepat luluh terhadap wajah itu tapi kali ini ia tetap teguh dengan keputusannya. "Tidak Rachel. Kau masih bekerja di rumah sakit dan pastinya akan ada yang mengunjungi kediamanmu. jika mereka menemukan kau tidak ada di sana, pasti akan ada yang curiga. Aku tidak ingin tempat ini ditemukan."     

Rachel menunduk cemberut. 'Sial!' Gerutunya dalam hati.     

Ia memberitahu ayah angkatnya bahwa ia telah mencari Steve selama tiga bulan ini dan akhirnya menemukan petunjuk – ia tidak menjelaskan petunjuk apa itu tapi ia menegaskan bahwa petunjuk itu telah ia musnahkan jadi tidak akan ditemukan orang lain. Tentu saja itu bohong.     

Ia telah mengetahui mengenai kediaman ini sebelum ayahnya diturunkan dari jabatan. Ia bahkan ingin segera menyerbu ke tempat ini ketika Steve kabur dengan membawa half-beast itu. Namun, pak tua itu menegurnya. Jika ia tiba-tiba datang, Steve pasti curiga. Akhirnya, ia harus menunggu tiga bulan untuk benar-benar memperlihatkan dirinya.     

Betapa geram ia harus melihat Ioan dan putranya yang akhirnya berhasil dilahirkan walaupun ia telah berusaha membuatnya keguguran. Ia semakin murka ketika melihat orang yang ia cintai harus mencium half-beast itu dengan begitu mesra setiap harinya. Ia tidak tahu untuk apa itu tapi ia menyadari Ioan yang hamil lagi jadi ia berasumsi bahwa hubungan keduanya cukup harmonis walaupun keduanya jarang bertemu.     

Steve tidak akan pernah membayangkan gadis ini memiliki pikiran yang begitu gelap. Dengan lembut, ia menggenggam bahu Rachel. "Kau harus bantu Paman, ok? Mengertilah."     

Rachel dengan enggan mengangguk. "Tapi aku boleh sesekali datang berkunjung, bukan? Aku juga ingin bertemu dengan adik kecilku!" Ia adalah anak angkat Steve secara formal, jadi Cezar secara tidak langsung menjadi adik tirinya.     

Steve mengangguk. "Tentu saja tapi perhatikan sekelilingmu sebelum datang ke sini. Jangan sampai ada yang mengikutimu."     

Rachel mengangguk riang. Dalam hatinya, ia tertawa penuh kemenangan. Kali ini, ia pasti akan memusnahkan half-beast dan anaknya itu.     

"Aku juga membutuhkan bantuan untuk penelitianku jadi jika kau bisa membantuku, itu akan lebih baik," tambah Steve lembut. Ia tahu gadis ini berbakat dan pintar.     

Namun, ia tidak pernah tahu, bahwa gadis ini juga yang menjadi salah satu faktor penelitiannya tidak memiliki kemajuan. Rachel tidak pernah menyukai half-beast dan memandang rendah mereka. Ia tidak sudi menghasilkan produk yang lebih baik untuk kaum itu jadi ketika ia menemukan hasil-hasil yang dapat membuka jalan terang, ia menggelapkan datanya.     

*****     

"Halo! Aku Rachel Pavel. Salam kenal Paman Ioan!" seru Rachel ramah seraya mengulurkan tangannya pada Ioan yang terbengong di tempat.     

Keesokan paginya, gadis itu tiba-tiba mengetuk pintu rumah mereka. Saat itu, baru Ioan yang sudah bangun dan ia hendak membawa Cezar mandi ketika ia mendengar ketukan pintu.     

Gadis di depannya seharusnya tidak memiliki umur yang jauh darinya. Tidak … mungkin, gadis ini bahkan jauh lebih tua darinya walaupun wajahnya tidak menunjukkan itu. namun, gadis itu memanggilnya paman membuat Ioan merasa aneh.     

Ioan akhirnya membalas jabatan tangan itu setelah beberapa saat kemudian. "Panggil saja Ioan. Salam kenal."     

Rachel melihat Cezar yang juga menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. Gadis itu mencibir di dalam hati tapi tersenyum lebar sambil mencubit Cezar dengan penuh sayang. "Imutnya! Panggil aku kakak Rachel!"     

Cezar mengedip beberapa kali sebelum bergumam dengan wajah memerah, "Kaka Lase (Kakak Rachel)."     

Ioan menatap gadis yang terus mengelu-elukan betapa imutnya Cezar itu dengan penuh pertimbangan. Gadis ini ramah tapi entah mengapa Ioan tidak memiliki perasaan yang baik terhadapnya.     

Ia jadi cemas dan akhirnya mengubah topik. Diam-diam, ia menjauhkan Cezar sedikit dari gadis itu. "Jika kau mencari Tuan Steve, dia ada di gudang."     

Selama tiga bulan ini, Steve tidak pernah tidur di dalam kediaman.     

"Oh! Tidak! Aku datang hari ini untuk berkenalan dengan kalian! Ini oleh-oleh." Gadis itu mengulurkan sebuah kantong kecil.     

Di dalam kantong itu terdapat kotak yang diikat dengan pita cantik. "Apa ini?"     

"Cookies favoritku. Cookies di toko ini sangat enak!"     

Ioan mengangguk-angguk mengerti. Ia belum pernah memakannya karena brand cookies ini adalah brand mahal yang tidak sanggup ia beli dengan seluruh tabungannya. Ia menggumamkan terima kasih dan mempersilahkan gadis itu masuk.     

Rachel membantunya membuat sarapan pagi. Keduanya berbincang-bincang hingga Damian dan Jack bangun. Barulah saat itu, Rachel mengubah lawan bicaranya, membuat Ioan menghela napas lega.     

Ia benar-benar tidak bisa merasa nyaman dengan gadis ini. 'Mengapa bisa? Padahal ia terlihat ramah.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.