This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Mengunjungi Kota



Mengunjungi Kota

0Pagi hari itu, ketika Ioan menyampaikan kepada Cezar dan Viorel bahwa mereka akan mengunjungi kota, keduanya terlihat sangat senang. Cezar tidak berjingkrak layaknya anak seumurannya tapi senyumnya tidak kunjung luntur. Sementara Viorel yang walaupun masih berwajah cemberut dan cuek seperti biasa, tapi tidak bisa berhenti menggerakkan kedua kakinya.     
0

Ioan tertawa kecil melihat tingkah kedua putranya. Walaupun ia sempat khawatir karena bukan hanya Cezar tapi Viorel juga terlihat sangat dewasa sebelum umurnya, keduanya tetap bisa bertingkah kekanakan seperti ini.     

Tepat ketika waktu menunjukkan pukul 10, seluruh penduduk kediaman sudah siap untuk keluar.     

"Io, Cezar, Vio kemarilah!" panggil sebuah sosok berambut panjang hitam yang diikat ekor kuda. Sepasang matanya beriris biru muda.     

Ketiga yang dipanggil mematung di tempat dengan bingung. 'Siapa?!'     

Pria manusia itu mengangkat alisnya dengan heran sebelum menyadari sesuatu. "Ah … ini aku, Steve."     

"Eh?!"     

Cezar dan Viorel segera berlari mendekati pria itu, mengelilinginya beberapa kali sambil mengamatinya dengan seksama. "OH! BENERAN AYAH!" seru mereka hampir bersamaan.     

Walaupun Steve tidak memiliki tanduk dan ekornya serta memiliki warna rambut yang berbeda, tinggi badan dan struktur tubuhnya masih sama. Ioan yang dengan ragu-ragu mendekat juga menemukan kesamaan itu dan akhirnya benar-benar mendekatinya dengan tenang.     

"Mengapa kau—" Ioan menghentikan kata-katanya karena menyadari sesuatu. "Kau masih harus menyamar ketika ke kota?"     

Steve mengangguk. "Walaupun sudah hampir tujuh tahun berlalu, aku tetap berstatus buronan."     

Ioan manggut-manggut mengerti.     

"Kemarilah," gumam Steve lagi seraya mengulurkan tangannya kepada Ioan dan kedua putranya. Cahaya lembut muncul dari kedua tangannya dan saat cahaya itu hilang, Ioan dan yang lainnya sudah kehilangan telinga dan ekor mereka.     

"I—ini…."     

"Kalian juga harus menyamar. Walaupun half-beast sudah diperbolehkan untuk berlalu-lalang di kota tapi masih banyak yang tidak menyukainya dan banyak toko yang akan mengusir half-beast jadi lebih baik kita semua menyamar."     

Ioan mengangguk. Ternyata setelah 7 tahun tidak mengunjunginya pun, suasana kota masih tidak ramah untuk kaum mereka.     

Ioan mengangkat Viorel ke dalam pelukannya sementara Steve menggandeng Cezar keluar dari kediaman. Mereka bersama dengan Damian dan Jack yang juga sudah mengubah penampilan berjalan menuju kaki bukit dan naik ke taksi kereta kuda yang telah mereka pesan.     

*****     

Jalanan kota sangat penuh dan ramai ketika mereka tiba. Bagi Viorel dan Cezar, ini adalah pertama kalinya mereka melihat tempat yang begitu ramai. Cezar sedikit gemetaran melihat tubuh-tubuh besar yang berlalu lalang sementara Viorel memiliki mata yang berbinar seperti sedang menonton sesuatu yang menyenangkan. Viorel bahkan berusaha keluar dari pelukan Ioan tapi Ioan menghentikannya karena ia tidak mau kehilangan putranya di tengah-tengah keramaian itu.     

"Mengapa hari ini sangat ramai?" Ioan mengernyit heran.     

Kota Rumbell selalu ramai tapi keramaian hari ini adalah berkali-kali lipatnya dari biasa.     

"Hari ini ada festival," ujar Steve yang segera menemukan poster pada papan pengumuman kota ketika mereka sampai. Poster itu mengajak seluruh penduduk Rumbell untuk ikut merayakan festival terakhir musim panas. Jadi seluruh kota dipenuhi stan-stan makanan dan permainan.     

Ioan mengingat pengalamannya selama festival itu tujuh tahun yang lalu. Nanti malam akan lebih ramai lagi!     

Pada saat itu, ia sampai tidak berani keluar dan hanya menonton kembang api dari jendela kamar sewaannya karena jalanan dipenuhi dengan incubus dan manusia yang berdempet-dempetan, berusaha mendapatkan tempat terbaik untuk menikmati kembang api. Untuk dirinya yang adalah half-beast, keramaian seperti itu terlalu berbahaya. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, ia tidak bisa cepat-cepat kabur.     

"Festival? Seperti yang ada di dalam novel yang Papa baca?" tanya Cezar penuh penasaran. Viorel juga menatap Ioan tanpa berkedip.     

Ioan menceritakan mengenai festival ini kepada keduanya dan mata keduanya semakin berbinar. Steve mengelus kepala keduanya. "Jika kalian ingin melihat-lihat festival, malam hari akan lebih menyenangkan. Untuk sekarang, kita pergi beli keperluan lain dulu, ok?"     

Keduanya mengangguk tanpa pikir panjang. Cezar segera menarik Steve sementara Viorel berusaha mendesak Ioan untuk segera bergerak maju.     

"Ayo!" seru keduanya dengan tidak sabar.     

Ioan dan Steve saling berpandangan dengan penuh arti, membiarkan keduanya mendesak mereka untuk berjalan dengan cepat.     

*****     

Damian dan Jack segera memisahkan diri dari Ioan dan keluarganya ketika mereka sampai di kota. Keduanya pergi membeli kebutuhan pangan sambil berkencan mesra.     

Di sisi lain, Ioan dan Steve mengunjungi toko buku bersama kedua putranya. Mereka sudah terbiasa oleh Ioan yang sering mengurung diri dalam perpustakaan sehingga kedua putranya itu juga memiliki hobi membaca buku. Terutama Viorel yang sepertinya sangat terpesona oleh buku-buku novel.     

Ioan menghabiskan waktu yang sangat banyak di sana dan Steve diam-diam mengambil semua buku yang menarik perhatian Ioan. Ketika mereka keluar dari toko buku, Steve sudah membawa tentengan besar berisi hampir 100 buku.     

"Mengapa kau membeli begitu banyak?!" Ioan terkejut dan heran. Ia terlalu terfokus pada buku-buku di etalase toko – walaupun ia tidak bisa membelinya – sehingga ia tidak menyadari bahwa Steve telah membeli begitu banyak buku.     

"Aku butuh bacaan baru," dusta Steve yang mendapatkan senyum penuh arti dari kedua putranya.     

Berbeda dengan Ioan, Viorel dan Cezar menyadari perilaku Steve itu tapi mereka tidak bermaksud membongkar kebohongan ayah mereka. Mereka tahu berbohong adalah jalan yang lebih baik untuk hal ini.     

Steve berdehem kecil, diam-diam melirik kedua putranya yang segera pura-pura memasang ekspresi cuek. Walaupun begitu, Steve tahu bahwa kedua putranya mengetahui kebohongan itu.     

Ia segera mengubah topik pembicaraan. "Kau mau ke mana selanjutnya?"     

Ioan melirik jam besar yang dibangun di tengah-tengah Kota Rumbell. Sudah pukul 2 siang sehingga mereka memutuskan untuk makan sebentar sebelum mereka mengunjungi toko pakaian. Sebentar lagi musim gugur jadi Ioan berpikir untuk membeli beberapa potong baju baru untuk kedua putranya.     

"Hmm … sepertinya ini cocok untuk Cezar. Ukurannya…." Ioan berusaha mengingat-ingat ukuran pakaian yang biasa Cezar gunakan ketika tiba-tiba Steve yang berdiri di belakangnya memberitahukannya sejumlah angka yang menjadi ukuran pakaian Cezar.     

"Terima kasih," gumam Ioan heran. Keheranannya semakin menjadi-jadi ketika bukan hanya Cezar tapi Steve juga sangat hafal ukuran pakaian Viorel dan Ioan.     

"Kau hafal sekali ukuran pakaian kami," komentarnya membuat Steve tertegun.     

"A—ah … aku … itu … aku sering melihat Damian memilih pakaian kalian jadi aku mengingatnya saat itu."     

"Begitu."     

Steve menghela napas lega. Hampir saja rahasianya terbongkar.     

Namun, ia tidak tahu bahwa diam-diam Ioan memperhatikan gerak-gerik Steve. Ia tidak begitu percaya dengan kata-kata Steve kali ini dan setelah mengamatinya beberapa saat, Ioan yakin Steve telah berbohong.     

Jantungnya memicu cepat ketika ia memikirkan hal itu. 'Ternyata selama ini ia membelikan pakaian untuk kami. Ternyata dia peduli….' Hatinya menghangat oleh kenyataan itu.     

Tentu saja ia berpura-pura tidak menyadarinya. Jika Steve ingin menutupinya maka Ioan akan berpura-pura bodoh.     

Ketika keduanya selesai membeli pakaian, hari sudah sore. Cezar dan Viorel dengan tidak sabar bertanya apakah mereka sudah bisa mengunjungi festival.     

"Tentu saja! Tapi jangan sampai terpisah dari Papa dan Ayah, ok?" pesan Ioan. Lidahnya hampir kelu ketika mengucapkan kata Ayah. Wajahnya sedikit memerah.     

Cezar dan Viorel mengangguk penuh semangat. Sambil memegang tangan kedua orang dewasa itu, kedua anak kecil berlari ke dalam kerumunan pengunjung festival.     

Untuk pertama kalinya, kedua anak yang selalu menahan diri itu, akhirnya meminta berbagai hal. Mereka menginginkan berbagai makanan dan mainan yang terpampang di setiap stan.     

Steve juga dengan senang hati memanjakan mereka dengan membelikan semua yang mereka mau. Jika ada makanan yang ternyata tidak sesuai dengan lidah mereka, Ioan dan Steve yang akan menggantikan mereka untuk menghabiskannya.     

Kedua anak kecil itu tertawa-tawa dengan riang. Ioan yang cuek pun tertular oleh kepolosan keduanya dan tidak bisa berhenti tersenyum lebar. Seluruh kontrol dirinya juga ikut terlepas dan tanpa sadar, ia sudah berkali-kali menarik lengan Steve, menggenggam tangan lebar itu, dan berbicara mengenai banyak hal kepadanya.     

Biasanya, Ioan akan memanggil Steve dengan embel-embel tuan tapi pada hari ini saja, Ioan dengan begitu manisnya memanggil namanya.     

"Steve, ada sesuatu yang aneh di sini!"     

"Steve semangat! Menangkan hadiah itu untuk Vio!"     

"Steve ini enak sekali!"     

"Steve!"     

"Steve!"     

Steve hampir tidak kuat menerima serangan manis itu lagi. Jantungnya diambang meledak oleh kebahagiaan.     

"Papa! Ayah! Sebentar lagi kembang api!" seru Viorel sembari menarik-narik ujung celana keduanya. Senyum lebar khas anak kecil sudah terpasang di wajah mungil Viorel.     

Cezar juga mengikutinya dari belakang dengan menarik-narik ujung pakaian Steve. "Cezar mau lihat kembang api!"     

Steve kembali terserang oleh keimutan kedua putranya dan hampir pingsan oleh rasa bahagia. Walaupun hatinya bagaikan om-om menjijikkan yang terpapar oleh kepolosan dan keimutan anak muda, wajah tampannya tetap mempertahankan kedatarannya.     

"Aku tahu tempat yang bagus." Steve mengangkat Viorel dan Cezar ke dalam pelukannya lalu menggayut lengan Ioan.     

Mereka akhirnya berhenti di pantai. Sepertinya itu memang spot favorit bagi pengunjung festival sehingga ketika mereka sampai di sana, pantai sudah dipenuhi orang.     

Menggunakan tubuh jangkungnya, Steve menguak kerumunan dan berhenti di sebuah spot yang dekat laut. Mereka duduk di atas pasir dengan Cezar di dalam pelukan Ioan sementara Viorel di dalam pelukan Steve.     

"Kembang api di luncurkan dari tengah laut jadi kita akan bisa melihatnya dengan jelas di sini," jelas Steve.     

Tepat saat itu, kembang api pertama diluncurkan.     

Gumpalan-gumpalan api itu meledak menjadi bunga warna-warni yang bermekaran. Desahan kagum meluncur keluar dari mulut setiap penonton, menarik seluruh perhatian mereka pada keindahan itu.     

Viorel dan Cezar juga tidak bisa melepaskan pandangan mereka dari cahaya-cahaya yang menerangi langit malam tersebut. cahaya-cahaya itu terpantul di atas permukaan laut, membuat sebuah cerminan yang indah dan menambahkan pesona atraksi kembang api.     

Ioan tidak pernah melihat kembang api sedekat ini jadi ia juga ikut tepukau oleh kemegahannya.     

Ia tidak menyadari bahwa di sebelahnya, Steve tidak menatapi kembang api melainkan wajah Ioan. Pandangannya sangat lembut dan terdapat jejak pesona di dalamnya.     

Semakin lama pandangannya, semakin dekat jarak wajahnya dari Ioan.     

Nafas lembut menerpa tengkuk Ioan membuat ia refleks menoleh dan saat itu juga, ujung hidung mereka bertemu. Ioan tersentak kaget dan hampir memekik tapi mulutnya segera terbungkam.     

Steve menciumnya.     

Ioan merasakan kerinduan terhadap sensasi bibir yang kenyal dan lembut itu. Sejak Viorel lahir, mereka tidak lagi berciuman dan pada hari bulan baru, otak Ioan terlalu kacau untuk mengingat apakah mereka berciuman atau tidak. Jadi, ini adalah ciuman setelah 5 tahun.     

Ioan merasa terharu. Matanya berkaca-kaca. Dipejamkan matanya dan bulir air mata segera mengalir jatuh membasahi pipi.     

Steve melepaskan ciuman mereka setelah beberapa saat. Ioan dengan enggan melepaskannya dan membuka mata.     

Tiba-tiba, Steve menjilati sisa-sisa air mata di wajah Ioan membuat Ioan seperti tersengat listrik. Mulutnya ternganga tapi tidak bisa berkata-kata saking terkejutnya. Wajahnya merah padam dan telinganya hampir keluar jika Steve tidak dengan sigap menyihirnya kembali.     

Tidak ada yang berkata-kata. Tidak ada juga yang rela melepaskan pandangan dari satu sama lain. Dalam kesepakatan tanpa ucapan itu, keduanya kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini lebih lama dan lebih dalam.     

'Apakah perasaan ini masih memiliki harapan?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.