This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Ancaman bagi Putra Bungsunya (2)



Ancaman bagi Putra Bungsunya (2)

0"Keputusanku sudah bulat. Aku menolak duduk kembali ke posisi kepala keluarga. Kau bisa mencari orang lain, Luca," tegas Steve tanpa basa-basi.     
0

Kemarin, Luca datang menemuinya dan menceritakan apa yang sedang terjadi di luar sana.     

Tetua Keluarga Mocanu ditemukan melakukan praktik yang begitu tidak senonoh untuk memproduksi mixed blood dan sialnya Radu Pavel, kepala keluarga pavel setelah Steve, ditemukan berkomplot dengan mereka. Lebih dari itu, setelah Radu ditangkap, mereka menemukan bahwa segala permasalahan yang dialami Steve dan Sebastian tujuh tahun yang lalu juga merupakan hasil kerja Radu.     

Radu sudah lama tidak menyukai seluruh kebijakan Steve yang terlihat pro half-beast itu tapi tidak seperti Sebastian, ia tidak memperlihatkannya. Namun, di belakang, ia memasak rencana yang begitu matang. Ia menjebak Steve dan menyuap asisten Sebastian yang mengurus salah satu rekening pria itu. itulah mengapa pada akhirnya, Steve mengira pelakunya adalah Sebastian.     

Tidak ia sangka, itu adalah Radu.     

Rumor yang tersebar di kalangan keluarga incubus adalah bahwa Luca telah membunuh seluruh mixed blood dan half-beast yang terlibat. Namun, kenyataannya adalah, mixed blood itu Luca asingkan ke suatu tempat khusus.     

Steve sendiri cukup kaget dengan keputusan Luca. Ia tidak membenci mixed blood tapi tidak sama halnya dengan Luca.     

Hanya saja, Steve mengurungkan niatnya untuk bertanya karena Luca terlihat enggan membahas hal itu.     

Setelah mengetahui semua masalahnya, Luca ingin Steve kembali menjadi kepala keluarga Pavel.     

Perilaku para tetua Mocanu benar-benar mengejutkan Luca. Ia harus memperbaiki keadaan yang salah ini tapi posisinya sendiri sudah mulai melemah di pemerintahan. Agar posisinya kembali kuat, ia membutuhkan seseorang yang bisa ia percaya dan Steve adalah pilihan yang terbaik.     

Steve ingin membantunya tapi jika ia menerima posisi ini, ia akan didesak untuk berpisah dengan Ioan. Walaupun Luca tidak memaksanya, tapi para tetua lainnya belum tentu tidak melakukan hal itu.     

Ia juga tidak mau membuat Ioan dan anak-anaknya dalam keadaan yang sulit.     

Ia merasa tidak enak karena tidak bisa membantu Luca tapi untuk kali ini, ia memilih keluarganya.     

Luca diam-diam menghela napas. Secara tidak langsung, ia sudah tahu jawaban Steve sejak bertemunya kemarin tapi ia masih memiliki harapan untuk hasil yang berbeda.     

Memejamkan matanya, Luca mengangguk. "Aku mengerti. Kalau begitu, beri aku kandidat yang baik. Kau lebih tahu keluargamu."     

Steve bersyukur sahabatnya ini tidak memaksanya. Untuk menjadi kepala keluarga, ia tidak bisa tapi untuk memberi kandidat, ia masih dapat melakukannya jadi Steve setuju untuk membantunya. Anggap saja itu sebagai penebusan terhadap rasa bersalahnya.     

*****     

Siang itu, Ioan telah mengemasi beberapa helai pakaian untuk dirinya dan ketiga putranya di dalam sebuah tas ransel sederhana.     

Ia memutuskan untuk meninggalkan tempat ini sesuai keinginan Rachel. Ini semua bukan karena ia takut kepada Rachel tapi demi keselamatan putra bungsunya.     

Cezar dan Viorel menatap papanya dengan sedih. Keduanya menarik pelan ujung pakaian Ioan. "Papa."     

Ioan menunduk, menatap keduanya. Ia tahu keduanya memikirkan Steve dan ia juga memikirkan pria itu. Namun, betapa besarnya rasa cintanya kepada pria itu, ia tetap tidak bisa mempercayai Steve tidak akan melukai putra bungsunya.     

Ia berlutut untuk mensejajarkan pandangannya dengan kedua putranya. "Kita harus pergi," ujarnya tegas tapi memiliki sedikit getaran.     

Kedua putranya masih terlalu kecil untuk memahami seluruh keadaan ini. Namun, mereka tahu bahwa jika mereka bertanya, Ioan akan semakin merasa kesulitan jadi mereka hanya mengangguk dengan enggan.     

Ioan mengikat putra bungsunya pada tubuhnya dengan sebuah kain. Ia bahkan tidak memiliki waktu untuk memberi putra kecilnya ini nama.     

'Aku akan memikirkannya setelah semuanya sudah tenang….' Ia berharap hari di mana ia bisa memberi putranya ini nama akan datang karena itu berarti, ia sudah memiliki tempat yang aman untuk berlindung.     

Rachel telah memberinya obat yang menghilangkan rasa sakit. Obat itu sangat kuat karena Ioan benar-benar dapat berdiri setelah meminum obat itu tapi ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah efek obat itu hilang.     

"Ayo kita pergi." Ioan menggandeng kedua anaknya keluar dari kamar.     

Tidak ia sadari sebelum mereka keluar, Cezar diam-diam melemparkan secarik kertas yang sudah dibuat menjadi bola ke dalam tempat sampah di dalam kamar itu….     

*****     

Ioan merasa ingin menonjok wajah Rachel yang tersenyum penuh kemenangan kepadanya tapi ia menahan diri dan lari dari Bukit Herme. Obat yang ia konsumsi akan bertahan hingga tengah malam hari ini.     

Ia tidak bisa memesan taksi karena ia takut pergerakannya dapat dilacak oleh Steve. Mereka akhirnya berjalan kaki melintasi perbukitan dan deretan hutan di tepi Kota Rumbell. Jalanannya sangat sulit tapi ketika langit menjadi gelap, mereka akhirnya sampai pada Bukit Luito, bukit yang berada di ujung Kota Rumbell, tepat di belakang area pemukiman para half-beast.     

Ayah dan ibunya masih tinggal di dalam area terlarang bukit. Harapan mulai memenuhi dirinya.     

'Akhirnya kami bisa beristirahat….' Mereka telah berlari tanpa henti karena mereka harus sampai sebelum efek obat pada tubuh Ioan hilang. Jika sakit itu kembali, ia tidak akan bisa lagi berjalan. jangankan berjalan, bangun dan duduk saja mungkin akan sulit.     

Mereka mengambil jalan sepi yang jarang dilintasi para petani dan menyelinap masuk ke hutan gersang itu.     

'Sebentar lagi…,' pikirnya.     

Akan tetapi, ia segera menyadari suatu keanehan. Padahal ia telah berada di dekat tempat tinggal orang tuanya, tapi ia tidak menemukan ilusi yang dipasang ibunya agar tidak ada orang di desa half-beast yang mengganggu mereka.     

'Mengapa ibu melepaskan ilusinya? Apa terjadi sesuatu?!'     

Ioan menggendong kedua putranya dan mempercepat langkahnya. Tidak ia sangka, tempat tinggal kedua orang tuanya kosong!     

Terdapat bekas perkelahian dan pertemuan senjata di mana-mana. 'Mengapa bisa?! Apa yang terjadi?!'     

"Papa, ini tempatnya?" tanya Viorel yang sudah kelelahan. Kakinya gemetar hebat dan matanya sudah hampir tertutup.     

"Papa?"     

Ioan berdiri dengan wajah pucat. Ia tidak bisa percaya bahwa orang tuanya diserang. 'Oleh siapa? Mereka yang di desa? Mengapa bisa begitu? Apa yang terjadi? Apakah … apakah ini karena aku?'     

"Kau! Ioan! Akhirnya kau kembali!"     

Ioan terlonjak kaget. Ia menoleh dan menemukan dua sosok half-beast yang tidak terlihat ramah. Ioan segera tahu bahwa mereka berasal dari desa.     

Dan saat itu juga, ia tahu bahwa kenyataan ia hamil anak dari incubus telah mencapai telinga penduduk desa half-beast dan mereka datang mencari masalah dengan orang tuanya.     

'Tidak mungkin! Jangan bilang, ibu dan ayah….'     

Ia tahu ibunya kuat dan ilusinya seharusnya tidak akan semudah itu untuk dirusak. Tapi sekarang, mereka tidak ada di mana-mana. Ioan tidak mau memikirkannya tapi kemungkinan terburuk adalah ayah dan ibunya sudah….     

Air mata mengalir jatuh. Ia bahkan belum bisa memberikan apapun untuk orang tuanya dan mereka sudah….     

"DIA SUDAH KEMBALI!"     

"TANGKAP DIA!"     

Jumlah half-beast itu semakin banyak.     

Ioan dipenuhi kebencian. Jika ia sedang dalam keadaan sehat, ia sudah pasti membunuh semua orang itu. Namun, efek obatnya bisa hilang kapan saja sementara jika identitas putra bungsunya diketahui para half-beast itu, seluruh usahanya untuk kabur akan sia-sia!     

Tidak punya pilihan lain lagi, Ioan berlari ke dalam hutan gersang. Walaupun ketika kecil, ia tinggal di sini, ia bukan anak yang suka berjelajah jadi ia tidak familiar dengan area hutan gersang ini.     

Ia berlari secara membabi buta.     

Yang bisa ia lakukan hanyalah berlari selama kakinya masih bisa bergerak.     

"Agh!" Rasa sakit mulai kembali menyerang. Air matanya semakin deras karena rasa sakit itu.     

"Papa!" Viorel dan Cezar ingin turun dari pelukan Ioan, tidak ingin papa mereka semakin kesakitan tapi Ioan tidak menggubrisnya.     

Kaki kecil mereka tidak cukup cepat untuk kabur dari pelari. Namun, Ioan semakin kesakitan dan kecepatan larinya semakin menurun.     

Di sisi lain, telinganya masih menangkap suara-suara para pengejar itu.     

'Sial! Apakah aku memang harus mati?'     

Ioan memaksa kakinya untuk berlari tapi ia sudah tidak memiliki energi yang tersisa. Ujung kakinya tersandung akar. Ia dengan sigap membalikkan badannya agar ia tidak jatuh di atas bayinya.     

"AGH!" Punggungnya sepertinya tertusuk salah satu cabang akar pohon. Ia berusaha bangun tapi tidak bisa. Tubuhnya menolak untuk bergerak seinci pun.     

'Sepertinya ini akan menjadi akhir dari semuanya….'     

"Papa!"     

"Papa!"     

'Hah … aku mohon setidaknya selamatkan anak-anak ini….'     

Pandangan Ioan semakin kabur dan gelap. Ia tidak lagi bisa mempertahankan kelopak matanya untuk membuka.     

Tiba-tiba, cahaya bersinar terang di sekelilingnya.     

"Bangunlah anak muda," pinta suara seorang tua menyentak Ioan kembali tersadar.     

Anehnya, rasa sakit di tubuhnya hilang tak bersisa sehingga ia dapat kembali bangun. Secara ajaib, sekelilingnya bukan lagi hutan yang gersang melainkan sebuah taman bunga. Ketika ia mendongak, ia menemukan langit yang berwarna ungu keputihan. Di ujung taman bunga, bagaikan itu adalah surga dan nereka, sebuah area gersang yang penuh bebatuan terlihat di sana. Hewan-hewan yang berbentuk sangat aneh tersebar di seluruh tempat itu.     

"Anak muda," panggil suara seorang tua itu lagi.     

Tiba-tiba, pada sebuah batu besar yang tertancap di tengah taman bunga, sebuah sosok tua muncul dari udara kosong. Pria tua itu memiliki rambut panjang putih bersih, jenggot yang panjang berwarna putih juga, dan tubuhnya yang ringkih terbalut pakaian panjang kuno bermotif rumit.     

Dunia ini bagaikan tidak nyata. "Apakah … aku sudah mati dan ini di surga?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.