This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Segel



Segel

0"Apakah … aku sudah mati dan ini di surga?"     
0

Mendengar gumamannya, pria tua itu terkekeh. "Kau terlalu banyak berkhayal anak muda. Kau masih hidup. Sepertinya kau tanpa sengaja tersesat ke dalam tempatku." Pria itu menyisir jenggotnya dengan santai.     

"Begitu…." Ioan tidak tahu harus merespons apa lagi. Kedua putranya juga tidak tahu harus berkata apa. Mereka hanya bisa bersyukur bahwa mereka masih bisa selamat.     

"Papa!" seru keduanya yang segera memeluk Ioan dan adik bungsu mereka dengan erat. Oleh karena rasa lega, mereka tidak bisa berhenti menangis.     

Bayi yang awalnya tertidur pun akhirnya terbangun dan ikut menangis. Ioan pun tidak bisa lagi menahan diri. Ia menangis seperti anak kecil.     

Namun, kekhawatirannya tetap tidak hilang. Ia harus ke mana sekarang? Ayah dan ibunya sudah tidak ada. Ia harus meminta bantuan kepada siapa?     

"Ah! Kakek yang di sana!" Ioan buru-buru memanggil pria tua itu. Ia mungkin bisa meminta pria itu membiarkannya tinggal di sini.     

Belum sempat Ioan mengeluarkan permohonannya, pria tua itu sudah menggeleng dan menyela.     

"Aku tidak bisa memberimu tumpangan di sini. Ini bukan duniamu."     

Harapan Ioan segera pupus. 'Aku harus bagaimana?'     

Pria tua itu masih duduk bersila dengan tenang. Matanya menatap ke arah bayi yang ada di dalam pelukan Ioan sambil terus menyisir jenggotnya. Matanya menyipit tajam, penuh dengan kemisteriusan.     

"Bayi itu … kau yang melahirkannya?"     

Ioan tersentak kembali ke kenyataan. "I—iya."     

"Biarkan aku melihatnya."     

Ioan berkedip dengan bingung tapi ia tidak merasa pria tua itu berbahaya jadi pada akhirnya, ia mendekati pria itu.     

Melihat wajah bayi tersebut, sepasang mata emas milik sang pria tua mengkilat aneh. "Ternyata begitu. Tidak aneh jika segel tempatku terbuka," gumamnya dengan penuh kemisteriusan.     

"Eh?" Ioan tidak paham.     

Tentunya pria itu juga tidak memiliki niatan untuk menjelaskan. Sebaliknya, ia menatap Ioan dengan penuh pertimbangan sebelum berucap, "Aku bisa membantumu keluar dari permasalahanmu. Bagaimana?"     

Semuanya bergerak terlalu cepat hingga Ioan memerlukan beberapa saat untuk benar-benar memahami maksud pria tua itu.     

"Mem—membantuku?" Ioan masih ragu. Ia tidak tahu apakah ia bisa mempercayai pria ini atau tidak.     

Pria tua itu juga menyadari apa yang dipikirkan Ioan dan mengangguk singkat. "Kau tidak perlu takut. Bantuanku sederhana. Aku hanya akan menyegel gen incubus bayi ini sehingga ia bisa hidup layaknya half-beast biasa. Hanya saja, segel ini memiliki efek samping."     

Pertumbuhan emosional bayi ini akan terganggu. Artinya, bayi ini akan sangat kesulitan mengontrol emosinya. Hal ini dikarenakan, dengan menyegel gen incubusnya, kemampuan sihir bayi ini juga akan disegel. Sihir memiliki hubungan yang dekat dengan emosi sehingga ketika emosi seseorang tidak stabil, energi sihirnya juga akan mendapatkan dampak, begitu juga sebaliknya. Keduanya agak sulit dipisahkan jadi kemungkinan terjadinya gangguan di area emosinya menjadi besar.     

Jika emosinya terganggu, biasanya proses pikirannya juga akan terganggu. Jika kontrol emosi bayi ini benar-benar sangat buruk, kemampuan otak bayi ini juga kemungkinan besar akan terganggu. Namun, itu bukan berarti ada kerusakan di otaknya. Semuanya murni karena gangguan dalam kontrol emosinya.     

"Selain itu, tidak ada lagi?"     

Pria tua itu mengangguk. "Tidak ada lagi. Hanya saja, segel ini akan rusak seluruhnya jika bayi ini mati untuk ketiga kalinya."     

Ioan mengernyit bingung. Bayinya bukanlah seorang abadi. Mati sekali saja dan ia sudah tidak akan bisa bangun lagi. Ia tidak tahu mengapa pria tua itu membuat syarat yang begitu aneh tapi mati tiga kali untuk sebuah segel benar-benar terbuka juga berarti sebuah jaminan bahwa segel itu tidak akan terbuka seumur hidup bayi itu.     

Setelah menyegel identitas bayi itu, Ioan bisa membujuk kepala kaum half-beast untuk membantunya. Jika bayinya masih dalam keadaan mixed blood, ia ragu untuk meminta bantuan. Namun, jika semua anaknya adalah half-beast, ia masih berani meminta bantuan Claudiu.     

Seperti halnya kedua orang tuanya yang menitipkan dirinya kepada Claudiu selama masa sekolah, ia tahu kebaikan hati Claudiu. Pria rubah itu pasti mau membantunya.     

"Baiklah!"     

Pria tua itu mengangguk. Ia mulai mengucapkan mantra tertentu. "Oh ya satu lagi. Sepertinya kau sedang melakukan pelarian dari seseorang dan kau tidak bisa lagi menggunakan nama keluarga orang itu untuk anakmu. Mungkin kau bisa menggunakan nama yang aku sodorkan ini. Nama keluarganya adalah Asaka dan aku ingin kau menamai anak ini dengan nama Mihai."     

Ioan juga memikirkan hal yang sama. Kedua putranya selama ini bernama keluarga Pavel. Namun, ia tidak bisa menggunakannya lagi sementara ia juga tidak bisa menggunakan nama keluarga Ayahnya. Walaupun ia bingung mengapa pria tua itu mau membantunya dan bahkan memberi putranya sebuah nama tapi ia merasa bahwa ia tidak boleh menanyakannya. Pada akhirnya, Ioan hanya mengangguk. "Terima kasih atas bantuannya."     

Cahaya terang menyelimuti tempat itu, semakin lama semakin terang hingga Ioan tidak lagi bisa melihat sosok pria tua tersebut.     

*****     

"Setelah itu, aku kembali tersadar di tengah hutan dan Mihai yang ada di dalam pelukanku sudah tidak memiliki tanduknya. Setelah itu, aku pergi menemui Kepala Kaum Claudiu dan meminta bantuannya untuk membiarkanku dan anak-anakku hidup. Semua warga yang mengejarku sangat murka ketika kepala kaum membantuku. Namun, untungnya, kepala kaum tetap teguh dengan keputusannya. Untuk menghargai keberatan pada warga, kepala kaum membiarkan kami hidup tapi kami harus tinggal di tempat terpencil di bawah kaki Bukit Luito."     

Ioan menutup mulutnya. ia telah bercerita begitu banyak sehingga ia merasa sangat kelelahan. Tangannya mengelus rambut Mihai yang tertidur pulas dengan lembut. Ia berharap putranya akan segera bangun.     

Di sampingnya, Steve duduk termenung. Tangannya terkepal erat dan rahangnya mengerat. Setiap kali ia teringat seluruh penderitaan yang dialami Ioan selama pelariannya di Bukit Luito, hatinya sakit. Air matanya hampir jatuh seperti bisa merasakan rasa sakit yang sama yang dirasakan oleh Ioan 18 tahun yang lalu.     

Tidak ada yang berbicara.     

Viorel dan Cezar yang tidak pernah mengetahui keseluruhan cerita masa lalu papanya juga tertegun. Mereka tidak tahu bahwa sebenarnya mereka adalah kembar dan walaupun mereka sudah bisa menebaknya, mereka tetap sedikit terkejut ketika mendengar seluruh kisah mengenai kecelakaan yang dialami papa dan ayah mereka.     

Luca sendiri berpikir bahwa ia telah melakukan kesalahan. Jika ia tidak meminta Steve menemuinya hari itu, mungkin semua ini tidak akan terjadi.     

Namun, tidak ada gunanya menyesali masa lalu. Semuanya sudah terjadi dan tidak ada lagi yang dapat diubah.     

"Ayah," panggil Luca tiba-tiba.     

Ioan hampir jatuh dari tempat duduknya. 'A—ayah?!' Ia tidak menyangka akan dipanggil seperti itu oleh pria yang ribuan tahun lebih tua darinya!     

Yang lain juga hampir tergelincir dari tempat mereka masing-masing, tidak menyangka tuan mereka akan bertindak sejauh ini.     

Luca juga berpikir bahwa itu sedikit memalukan. Namun, Luca tetap melanjutkan karena ia ingin bersikap sopan kepada mertuanya. "Apakah Ayah memiliki hubungan dengan Gohabi?"     

Ioan masih terkejut setiap kali mendengar kata 'Ayah' keluar dari mulut Luca. Namun, oleh karena 'selera humor' Luca yang aneh itulah yang membuat suasana hati Ioan menjadi lebih baik. "Aku tidak yakin. Ibuku memang rubah tapi ia bukanlah half-beast. Ibuku selalu bilang bahwa ia berasal dari tempat yang jauh tapi aku tidak pernah tahu tempat apa itu."     

Luca menjatuhkan pandangannya kembali pada Mihai. Setelah termenung sejenak, akhirnya ia kembali membuka suara. "Tidak ada gunanya memikirkan hal yang tidak pasti. Sekarang sudah larut. Beristirahatlah sambil menunggu makan malam disiapkan."     

Albert dan Lonel segera berlari menuju dapur. Sementara itu, Ecatarina dengan sigap mendekati Ioan dan yang lainnya. "Aku akan mengantar kalian ke kamar."     

"Ah … terima kasih," ucap Ioan yang diikuti dengan Viorel dan Cezar satu per satu.     

"Tunggu!"     

Belum sempat mereka berjalan, Steve tiba-tiba menahan lengan Ioan.     

Kali ini, Ioan tidak lagi menghempaskan tangannya dan memukul Steve untuk menghindarinya. Ia sudah mengucapkan semuanya jadi ia sudah bersiap untuk menghadapi Steve juga. Namun, di luar dugaannya, ia sangat gugup dan rasanya sekarang ia ingin lari.     

"Io, ikut aku sebentar. Mari kita bicara."     

Ioan menelan ludahnya dengan susah payah. Menahan seluruh keinginannya untuk lari, ia akhirnya berhasil mengangguk lemah sebagai jawaban.     

___     

EXTRA:     

Author: …oleh karena 'selera humor' Luca….     

Luca: *memicingkan mata penuh ancaman* Beraninya kau mengatakan itu sebuah humor. Aku serius ingin bersikap sopan! Ganti kata-katamu!     

Author: *ngelap keringat dingin* Baiklah … baiklah…. (tapi pada akhirnya tetap dipakai ehe)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.