This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Belanja



Belanja

0Beberapa saat yang lalu, di luar kediaman ….     
0

Viorel berjalan keluar dari area kediaman Luca. Ponsel diletakkan dekat telinganya, menunggu sambungan telepon dijawab. Sesekali, ia melirik ke arah belakang dimana Silver berjalan dengan postur tegap dan kecepatan langkah kaki yang sama dengan Viorel. Dahinya mengernyit dalam.     

"Halo, dengan kantor taksi kereta kuda. Ada yang bisa kami bantu?" suara lembut dan ramah menyapa Viorel dari balik sambungan telepon, menarik kembali fokusnya.     

"Aku ingin memesan taksi menuju area perbelanjaan XX."     

Viorel dan karyawan kantor taksi kereta kuda itu terus berdialog untuk beberapa saat sebelum akhirnya sambungan telepon berakhir.     

"Bukankah kau ingin menuju kantor penerbit?" Tiba-tiba, Silver bertanya.     

Viorel terperanjat. Pria itu terlalu diam hingga Viorel sudah hampir melupakan keberadaannya. "Bukan urusanmu," jawabnya acuh tak acuh.     

Silver tidak membalas. Wajahnya tetap dingin dan ia tidak memperlihatkan tanda-tanda akan berpisah dari Viorel.     

'Mungkin dia akan pergi setelah kita keluar dari area hutan,' pikir Viorel. Ia telah mengatur pengemudi taksi yang ia pesan untuk menjemputnya di luar area hutan yang menyelimuti kediaman Luca.     

Namun, ketika ia berhenti di titik jemput, Silver juga ikut berhenti. Lebih menjengkelkannya lagi, ketika Viorel menaiki taksi kereta kuda, Silver tiba-tiba ikut naik. Viorel tidak lagi bisa menahan kejengkelannya.     

"Apa yang kau lakukan?"     

Silver menjawab dengan polos, "Menemanimu."     

Alis Viorel terajut dalam. "Apa aku memintanya?"     

Silver menggeleng. "Aku hanya ingin menemanimu."     

"Tidak perlu," tolak Viorel mentah-mentah.     

Namun, Silver ternyata lebih keras kepala dari yang terlihat. Tanpa menunggu protes lagi, Silver meloncat naik ke dalam kereta kuda dan memerintahkan pengemudi taksi untuk melaju pergi.     

Wajah Viorel merah padam oleh amarah. Ia sangat membenci pria yang berlaku semena-mena seperti ini. Padahal ia memiliki impresi yang cukup positif terhadap pria tiang listrik sejak mereka pertama bertemu tapi sekarang semua itu hancur berkeping-keping.     

Ia menyambar kerah pakaian Silver dan menariknya kuat hingga wajah mereka bertemu. "Keluar dari sini sekarang atau aku akan menghadiahimu tendanganku!" ancamnya.     

Silver tidak merubah ekspresi wajahnya sama sekali, masih datar dan damai. Dengan santai, ia membalas, "Aku akan menemanimu dan membantumu membawa barang belanjaanmu."     

"Tidak perlu!" tolak Viorel lagi. Kakinya sudah gatal untuk menendang tubuh besar pria itu.     

Kali ini, kepala Silver sedikit menunduk lemas. Jika ia memiliki telinga half-beast, pastinya telinganya sudah menekuk lemas. Entah mengapa, Silver terlihat seperti anak anjing yang dibuang oleh pemiliknya.     

Sayangnya Viorel berhati keras. "Aku tidak akan berubah pikiran walaupun kau memasang wajah memelas seperti itu! Cepat keluar!"     

Silver mendecak dalam hati. Strateginya tidak berhasil jadi ia tegap kembali dan menolak dengan tegas, "Aku tidak mau."     

"Aku tidak meminta pendapatmu! Yang aku mau hanya, kau keluar dari sini!"     

Silver tidak bergeming.     

Urat-urat menonjol di kening Viorel. Dengan kekuatan penuh, ia mengayunkan kakinya pada tubuh Silver. Di luar dugaannya, Silver menerima serangan itu tanpa berusaha menangkis. Lebih mengejutkannya lagi, walaupun mendapatkan tendangan maut Viorel yang biasanya berhasil mengirim beberapa orang ke rumah sakit dalam sekejap, Silver masih tidak bergeming, bagaikan pantatnya tertempel erat pada tempat duduk kereta kuda dengan lem.     

Viorel menendangnya lagi dan hasilnya sama.     

Bahkan, alis Silver tidak bergerak seinci pun, tidak terlihat mendapatkan dampak apapun dari tendangan itu.     

'Apa-apaan pria tiang listrik ini?! Jangan-jangan dia benar-benar tiang listrik yang tiba-tiba hidup makanya tidak merasa sakit?!'     

Baiklah itu hanya lelucon. Tidak perlu di bawa serius.     

Kesampingkan itu, Viorel tidak suka pria yang berlaku semena-mena. Meskipun begitu, ia suka pria yang kuat.     

'Bukankah menyenangkan jika bisa mengalahkan pria kuat seperti ini?!' Memikirkan ia membuat pria besar ini jatuh berlutut di hadapannya dan merendahkan pria itu dengan tatapannya adalah suatu sensasi yang luar biasa!     

Viorel sudah merasakan sensasi itu berkali-kali hingga tidak dapat dihitung jari lagi. Namun, tidak ada yang memiliki badan sebesar Silver jadi mengalahkan Silver bisa menjadi suatu hiburan baru baginya.     

Memikirkan itu, ketidaksenangan yang Viorel rasakan sedikit terobati.     

Viorel menarik napas dalam-dalam. Tangannya melepaskan kerah Silver.     

Silver tidak tahu apa yang ada dipikiran Viorel dan mengira pria itu akhirnya menyerah ketika Viorel kembali menatapnya tajam.     

Tatapan tajam itu tidak membawa ancaman tapi binaran yang penuh semangat. Senyum lebar menghiasi wajah mungil cantiknya. "Aku akan membiarkanmu menemaniku tapi sebagai gantinya, biarkan aku memiliki beberapa putaran duel denganmu!" Senyumnya semakin miring, memperlihatkan kelicikan dan kesombongan.     

Silver bengong sejenak, terpesona oleh ekspresi nakal di hadapannya. Tangannya hampir menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.     

Berdehem kecil, Silver mengangguk. "Baiklah."     

Selama ia bisa berada di samping Viorel, ia tidak peduli sisanya.     

Viorel semakin semangat. "Deal!"     

*****     

Sesampainya di pusat perbelanjaan, Viorel segera memasuki toko pakaian pengantin.     

Langkah Silver terhenti di udara saking syoknya. Matanya yang selalu terlihat seperti orang ngantuk itu terbelalak lebar hingga hampir keluar dari soket.     

Ketika berhasil kembali pada dirinya, Silver segera menangkap bahu Viorel dan memutar tubuh mungil tersebut secara paksa hingga mereka saling berhadapan. "Ka—kau mau menikah?! Kapan? Dengan siapa?! Kenapa aku tidak pernah tahu?!"     

Viorel pusing karena tiba-tiba diputar dan semakin pening karena ditodong pertanyaan yang bertubi-tubi. Ia menghempaskan genggaman pada bahunya dengan kasar. "Bukan aku! Ini untuk—"     

Tersadar bahwa ia hampir membocorkan rahasia yang hanya diketahui dirinya dan saudaranya, ucapannya terhenti. Setelah mempertimbangkan sejenak, pada akhirnya ia hanya berkata, "Pokoknya bukan aku! Lagipula, mengapa aku harus memberitahumu? Memangnya kau siapa?!"     

Jleb!     

Ucapan itu bagaikan sebuah panah, menusuk dada Silver tapi ia tidak bisa protes karena semua yang dikatakan Viorel adalah kebenaran.     

Silver diam-diam menghela napas. 'Tidak memiliki status yang pasti memang menyulitkan ….'     

"Woi Tiang Listrik! Apa yang kau lakukan di sana?! Bantu aku lihat yang mana yang lebih bagus!"     

"Oh … ok."     

Silver melangkah mendekati Viorel sambil merenungkan pikiran tadi yang terlintas di benaknya ….     

*****     

Silver mengikuti Viorel memasuki berbagai toko bagaikan anjing peliharaan, mengekorinya ke mana pun dengan patuh.     

Selesai berbelanja, Silver akan membawa belanjaan itu sehingga sekarang, kedua lengannya sudah penuh dengan kantong-kantong belanjaan. Dari yang ia lihat, barang-barang yang Viorel beli adalah peralatan dekorasi. Sepertinya pria ini sedang menyiapkan pesta pernikahan untuk seseorang.     

'Atau mungkin untuk dirinya sendiri?!' Silver masih tidak bisa meninggalkan kecurigaannya itu. Pikiran itu membuat suasana hatinya memburuk.     

Viorel menyalakan layar ponsel, melirik jam digital yang tertera di sana. "Hmm … semuanya sudah dibeli," gumamnya seraya menoleh pada Silver.     

"Ayo kita makan dulu sebelum duel." Mengucapkan kata 'duel', senyum miring yang lebar itu kembali tersungging pada wajah Viorel.     

Jantung Silver berdegup kencang. 'Aghh … wajah itu sangat ….' Silver tidak bisa menggambarkan perasaannya yang membuncah ini.     

Tidak menyadari kekacauan hati Silver, Viorel memilih acak salah satu tempat makan yang terlihat menarik dan mereka makan di sana dalam diam.     

Setelah beberapa menit, Viorel menarik Silver menuju salah satu lapangan terbuka yang diperuntukkan secara umum untuk kegiatan apapun. Ia memilih satu tempat yang agak terpencil dan dipenuhi pepohonan agar tidak menarik perhatian banyak orang.     

Silver meletakkan seluruh barang belanjaan di bawah salah satu pohon dengan rapi lalu berhenti di hadapan Viorel.     

Viorel telah melepaskan jaketnya, menyisakan kaos tipis yang dapat dengan mudah mengekspos kulit Viorel hanya dengan dibasahi oleh keringat. Diputarnya lengannya beberapa kali, pemanasan sebelum duel dimulai.     

"Lepas jasmu tiang listrik! Aku tidak mau duel kita terganggu hanya karena jas itu membuatmu sulit bergerak."     

"Tidak perlu. Jas ini dibuat khusus agar nyaman digunakan dalam keadaan apapun."     

'Tch! Dasar orang kaya!'     

Viorel tidak mempermasalahkannya lagi. Dengan lihai, ia menyiapkan kuda-kuda yang sempurna.     

Di sisi lain, Silver masih berdiri tegap. Ia pura-pura memasang wajah angkuh agar Viorel mengira ia hanya meremehkannya sehingga tidak perlu bersiap-siap. Sebenarnya, Silver tidak pernah berencana untuk menyerang Viorel selama duel ini dan tidak mungkin juga ia rela menyerangnya. Mendaratkan satu pukulan kecil saja menyayat hati Silver.     

Viorel segera melesat menuju Silver, mengayunkan pukulan pertamanya.     

Silver menangkis dengan sangat baik.     

Tanpa menunggu, Viorel mendaratkan pukulan yang kedua, ketiga, dan seterusnya sementara Silver hanya terus menangkis.     

"Ada apa?! Jika hanya menangkis seperti itu kau tidak akan bisa menang!" ejek Viorel. kedua matanya berkilat semakin tajam, penuh aura membunuh.     

Silver tahu Viorel sangat kuat tapi tidak pada taraf dimana ia akan kesulitan. Lagipula, Silver tidak mungkin berani menyandang gelar Jenderal Kepolisian jika ia bisa kalah hanya dengan pukulan berat dari half-beast mungil ini.     

Ia pura-pura memberikan gestur ingin menyerang, membiarkan Viorel menangkisnya dengan cepat. Namun, sepertinya apa yang ia lakukan terlalu sengaja sehingga disadari oleh Viorel.     

Pria harimau mungil itu segera berhenti. Pandangan tajamnya menusuk hingga ke tulang membuat Silver merasakan hawa dingin di punggungnya. Viorel benar-benar marah.     

"Kau! Berani-beraninya—"     

Belum sempat Viorel memprotes, tiba-tiba seseorang menyelanya.     

"Asaka Viorel! Kau akan mati hari ini, Bangsat!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.