Menjalin Cinta Dengan Paman

Aku yang Menulis Surat Cinta Itu Lebih dari Sepuluh Tahun yang Lalu



Aku yang Menulis Surat Cinta Itu Lebih dari Sepuluh Tahun yang Lalu

0An Ge'er masih duduk di kursi, sedangkan Bo Yan sudah berlutut di depannya. Pria itu mengenakan pelantang kecil yang terpasang di sebelah bibirnya.     
0

Perlahan-lahan, Bo Yan menggenggam tangan An Ge'er dan memberikan ciuman lembut. Setelah itu, dia mengucapkan beberapa patah kata.     

Saat ini, An Ge'er akhirnya kehilangan kendali dan menangis.     

Bo Yan membuka bibir tipisnya dengan ringan, "Aku selalu ingin menjadi seorang kesatria, bukan seorang pangeran. Seorang pangeran mungkin hanya akan memiliki seorang wanita, tetapi di mata seorang kesatria hanya akan ada seorang putri dan tidak ada yang lain."     

"Kamu adalah putriku, aku adalah kesatriamu. Akan datang suatu hari ketika aku akan berjalan di atas awan berwarna-warni dengan mengenakan baju besi untuk menikahimu, membuatmu menjadi ratu tertinggi di dunia yang telah aku taklukkan."     

Berbicara sampai di situ, Bo Yan berhenti. Untuk sementara, dia tidak bisa menahan gemetar. Lalu, dia mengucapkan kalimat, "Sepuluh tahun yang lalu, aku yang menulis surat cinta seperti itu kepadamu."     

"Setelah lebih dari sepuluh tahun, aku datang dengan komitmenku sendiri."     

Bo Yan mencium jemari An Ge'er yang mengenakan cincin, suaranya menjadi lebih lembut, tetapi tetap tegas, "Jadi, putriku, apakah kamu ingin aku menjadi kesatriamu seumur hidup?"     

An Ge'er tidak bisa menahan tangis.     

Orang-orang di sekitar pun mau tidak mau langsung berteriak, "Bersedia! Bersedia! Katakan kamu bersedia!"     

Lautan manusia meneriakkan kata-kata serupa, menembus langit malam.     

Mendengar itu, An Ge'er merasa terharu, bersemangat, dan menangis. Dia ingin berbicara, tetapi rasanya seperti kehilangan suara, tidak bisa mengucapkan apa pun.     

Pada akhirnya, dia hanya bisa melemparkan dirinya ke tubuh Bo Yan. An Ge'er mencengkeram bahu pria itu erat-erat dengan kedua tangan, membenamkan kepalanya di leher Bo Yan sambil mengangguk dan terisak.     

Dia bersedia.     

Bagaimana mungkin dia tidak mau?     

Bo Yan menundukkan kepalanya pada saat ini, mengangkat wajah kecil An Ge'er, lalu mencium bibirnya.     

Tempat luas yang dipenuhi oleh manusia itu akhirnya dipenuhi dengan suasana terpanas pada saat ini. Klimaks manis itu membuat jeritan penonton memenuhi udara.     

Sosok pasangan yang sedang berciuman itu secara samar terpantul di lampu-lampu neon yang ada di sana.     

Pria itu ramping dan menawan, sedangkan gadis itu murni dan cantik.     

Adegan itu sangat romantis!     

Kenalan An Ge'er dan Bo Yan yang duduk di dekat mereka juga terbius oleh adegan itu.     

Tatapan mata Su Chen menjadi lebih dalam. Dia benar, Bo Yan sangat mencintai An Ge'er sampai ke tulang.     

Fu Jiu, yang berada di sebelah Su Chen, meneteskan air mata. Dia selalu merasa bahwa dirinya munafik, tetapi dalam menghadapi adegan seperti itu, air matanya tak bisa dibendung. Dia tidak bisa mengendalikan diri dan hanya ada beberapa momen dalam hidup yang bisa membuatnya bereaksi seperti itu.     

Detik berikutnya, Fu Jiu mendekati Su Chen untuk berbicara, "Aku—"     

Tepat ketika dia akan mengatakan sesuatu, Su Chen juga menoleh padanya…     

Fu Jiu tiba-tiba kehilangan kata-kata karena bibirnya bersentuhan oleh sesuatu. Mereka berdua begitu tercengang.     

Segala sesuatu di sekitar Fu Jiu tampak hening pada saat itu. Hanya ada sentuhan lembut di bibir, napas dingin, dan bulu mata Su Chen yang panjang.     

Wajah mereka begitu dekat sehingga Fu Jiu bisa melihat dirinya sendiri di pupil Su Chen. Bahkan, ekspresinya yang membeku dan agak panik pun tak terefleksi dengan jelas.     

Fu Jiu tidak tahu apa yang salah. Dia hanya merasa bahwa jika dirinya pergi pada detik itu, maka hubungan keduanya pasti akan menjadi canggung.     

Namun jika tidak pergi, bagaimana mungkin mereka terjebak pada situasi seperti itu?     

Jadi, Fu Jiu merasa bahwa dia tetap harus menghindar. Namun detik berikutnya, hal-hal melampaui harapannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.