Menjalin Cinta Dengan Paman

An Ge’er yang Agresif



An Ge’er yang Agresif

0An Ge'er tidak memberinya waktu untuk ragu-ragu. Wanita tua itu hanya bisa bersembunyi terlebih dahulu, telapak tangannya berkeringat.     
0

Siapa sangka, di sisa usianya yang sudah hampir masuk ke peti mati itu, jantungnya masih bisa berdebar begitu keras.      

"Ting!"     

Setelah suara itu, pintu tiba-tiba terbuka. An Ge'er bersembunyi di balik pintu. Pada saat yang sama, dia juga melepaskan kacamata hitamnya dan mengulurkannya sedikit ke dalam. Dari kacamata hitam itu, dia melihat bagaimana situasi di sana.     

Saat pintu tiba-tiba terbuka, orang yang ada di dalam pun langsung melihat siapa yang datang. Namun, tidak ada siapa pun yang muncul, mereka pun saling melirik. Sambil berjalan, senapan mesin mereka telah mulai ditembakkan begitu saja ke arah pintu.     

Percikan api di mana-mana, punggung An Ge'er sudah basah oleh keringat. Gadis itu berusaha memulihkan diri dari ketegangan dan dengan hati-hati mendorong kacamata hitamnya semakin maju, melihat pemandangan di dalam yang terpantul di sana.     

Seorang pria keturunan Asia bersetelan hitam sedang berjalan mendekat selangkah demi selangkah sambil menenteng senjata. Pria itu dengan waspada melihat situasi di depannya.     

"Siapa di sana?!"     

An Ge'er yang berdiri di luar melihat bayangan pria itu semakin mendekat dari kacamata hitamnya. Setelah yakin menguasai posisi yang berlawanan, dia menarik napas dalam-dalam, lalu dengan cepat menjulurkan senapan mesin keluar!     

Sambil melihat gambar yang terpantul di lensa kacamata, An Ge'er mengarahkan garis pemindai berwarna merah ke dahi orang itu, lalu menembaknya.     

Tembakan yang sukses!     

An Ge'er bukan orang bodoh. Seseorang tidak bisa bertahan hidup di dunia ini tanpa mengandalkan otaknya. Dia tidak akan mengekspos dirinya ke depan mata musuh.     

Namun, daya reaksi tembakan itu terlalu kuat. Lengan dan kaki An Ge'er yang kurus dalam sekejap mati rasa.     

Saat An G'er belum sempat menarik napas lega, serangan senjata yang lebih ganas pun datang. Dari lensa kacamata hitamnya, gadis itu melihat seorang pria bersenjata lengkap. Sambil memegang senjata laser, pria itu berjalan semakin mendekat menuju ke arah pintu.     

Beberapa peluru pun ditembakkan ke kusen pintu. Seketika percikan api melesat ke segala arah.     

An Ge'er mengernyit dan menggertakkan giginya. Baru saja dia mengulurkan mulut senjata keluar dan akan mencari sudut yang bagus melalui kacamata hitam, tapi dalam sekejap, lawan sepertinya telah mengetahui keberadaan kacamata hitam itu.     

Pria itu pun menembaki kacamata hitam An Ge'er beberapa kali dan langsung membuatnya hancur berkeping-keping.     

Pecahan-pecahan lensa kacamata hitam itu beterbangan ke mana-mana. Jarak yang sangat dekat dengan An Ge'er membuat gadis itu tidak sempat menghindar. Sepotong pecahan pun melesat dengan cepat dan menggores pipinya.     

Saat serpihan kacamata itu menggesek sudut mata di pipi An Ge'er, seketika jejak darah merembes keluar dari goresan yang tipis itu.     

Noda darah yang memikat muncul pada wajah yang berantakan dan memesona itu. An Ge'er mengusapnya dengan sembarangan sambil mengumpat rendah.     

'Sial, dia ingin membuat wajahku hancur?!'     

'Dia pikir aku mudah diintimidasi?!'     

'Sial!'     

An Ge'er adalah peneliti dan perakit senjata yang sangat ahli. Sekelompok orang itu masih belum tahu mereka sedang melawan siapa.     

An Ge'er murka. Pada saat yang bersamaan, orang yang ada di dalam akhirnya kehabisan peluru setelah terus-menerus menembak.     

Selagi orang di dalam mengisi pelurunya, An Ge'er tiba-tiba tertawa sinis, lalu berbalik dan berguling masuk.     

Dengan satu kaki berlutut setengah dan sambil mengangkat senjata, di tengah keterkejutan dan ketergesa-gesaan pria itu mengisi peluru… An Ge'er menembak kepalanya tanpa basa-basi!     

Setelah itu, suasana akhirnya tenang.     

An Ge'er melemparkan senjatanya dan menyapukan pandangannya datar ke pemandangan menjijikan berwarna merah dan putih yang tampak di lantai. Setelah itu, dia langsung berjalan ke depan lalu duduk dengan lemas di posisi pilot pesawat dan menarik napas dalam-dalam.     

Pelipis An Ge'er pun berkedut keras, dia memejamkan matanya sejenak. Ketika membuka mata lagi, gadis itu baru menyadari betapa gila dirinya hari ini.     

Beberapa saat kemudian, wanita tua yang sebelumnya bersembunyi juga masuk. Saat melangkahi mayat, ekspresi wajahnya di luar dugaan jauh lebih tenang daripada An Ge'er. Seakan-akan, pemandangan seperti itu sama sekali tidak asing baginya.     

Namun, An Ge'er terlalu lelah untuk memerhatikan hal itu. Gadis itu berencana untuk menghubungi stasiun navigasi darat dan memberitahu mereka bahwa situasi pesawat dalam bahaya dan perlu penyelamatan. Tetapi, tiba-tiba pintu terbuka…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.