Menjalin Cinta Dengan Paman

Mengagumi IQ-nya



Mengagumi IQ-nya

0An Ge'er berkomunikasi dengan wanita asing tua itu dengan bahasa Inggris. Dia tidak mengira kalau wanita tua itu juga berlari keluar. Namun dengan begini, dia juga benar-benar tidak tahu apakah itu sebuah keberuntungan atau tidak.     
0

"Apa yang terjadi? Apakah ada pembajakan pesawat?"     

Wajah wanita tua itu tidak begitu ketakutan seperti yang An Ge'er kira. Dia bisa mempertahankan ketenangannya dengan baik.     

Melihat wanita tua itu tidak ketakutan dalam situasi yang berbahaya, An Ge'er tampak sedikit terkejut. Namun, dia tetap menganggukkan kepalanya.     

"Bibi, carilah tempat untuk bersembunyi. Pesawat ini dibajak dan semua orang sudah disandera… Rute penerbangan juga diubah. Aku berencana untuk menerobos ke dalam ruang kontrol utama."     

"Lalu kamu…"     

Wanita tua itu melirik pistol di tangan An Ge'er, ekspresinya curiga.     

Bukan mencurigai kebenaran kata-kata An Ge'er, tetapi curiga apakah gadis yang kelihatannya begitu 'lemah' di hadapannya itu bisa menembak dan menjadi orang yang sadis. Belum lagi, ada kemungkinan fatal jika membobol ruang kontrol utama.     

Wajah kecil An Ge'er pucat, tetapi kilatan tegas melintas di matanya.     

"Selangkah demi selangkah saja, pasti ada hasilnya."     

Namun pada saat yang bersamaan, dari ruang kontrol utama tiba-tiba keluar seorang pria berjas hitam.     

Pria itu menutup pintu ruang kontrol utama dan pergi. An Ge'er yang bersembunyi di tempat tak terlihat tidak bergerak untuk menembak.     

"Mengapa tidak bertindak?" Wanita tua itu bertanya.     

An Ge'er tidak berbicara. Hanya saja, dia teringat sesuatu dan bergegas mengeluarkan ponselnya untuk melepas lapisan film. Kemudian, dia berjalan ke pintu ruang kontrol utama dan menempelkan lapisan film ke tombol sandi sembilan digit itu.     

Hasilnya tentu saja tidak sebagus selotip bening, tapi itu sudah cukup.     

"Orang itu harus dibiarkan hidup agar bisa membukakan pintu untuk kita."     

Di dalam ruang kontrol utama pasti masih ada orang lain, mereka tidak akan bisa masuk tanpa sandi.     

"Lalu, apa yang sedang kamu lakukan ini?"     

Wanita tua ini benar-benar terpana dengan tindakan An Ge'er.     

An Ge'er tidak langsung menjawabnya. Namun, ketika melihat pria yang sebelumnya itu berbalik, dia memberi isyarat kepada si wanita tua agar diam.     

Mereka berdua tidak mengeluarkan suara sedikit pun.     

Setelah pria keturunan Asia itu berjalan ke ruang kontrol utama, memasukkan sandi dan masuk, An Ge'er bangkit dan berlari cepat ke samping pintu untuk melepas lapisan film di atas tombol.     

Di bawah proyeksi cahaya, dia mencocokkan sembilan digit itu. Ada empat tempat yang sudah terjamah oleh jari.     

Wanita tua itu menatap An Ge'er dengan linglung. Dia membuka mulutnya dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu dan akhirnya tidak jadi. Apa pun yang ingin dikatakannya, saat ini semua itu ditelan kembali.     

'Gadis ini, bagaimana dia bisa begitu pintar?!'     

"Kalau sandinya adalah empat angka ini, maka tidak sulit ditebak." Wanita itu mau tidak mau menjadi kagum.     

Namun An Ge'er menggelengkan kepala saat mendengarnya. Melihat empat angka yang telah terjamah itu, dia menggeleng dengan tegas.     

 "Tidak, ini bukan empat angka."     

"Apa?!"     

"Ini enam angka." An Ge'er memberikan film itu ke tangan si wanita tua. Sementara dia sendiri memegang pistol dengan satu tangan dan tangannya yang lain sudah mulai menekan sandi.     

"Di antara empat angka ini, ada tempat yang cocok dengan 3 dan 5. Jejak sentuhannya jelas lebih berat dari tempat lain, dan areanya juga lebih besar."     

Wanita tua itu sudah sepenuhnya membisu, dia menatap An Ge'er sambil mendecakkan lidahnya.     

"Ck, ck, ck!"     

Wanita tua itu seakan-akan tidak bisa memercayai apa yang dia dengar.     

'Dia… Apakah usianya setua cucu perempuanku?'     

Wanita itu pun mulai membandingkan kecerdasan dan ketenangan An Ge'er dengan kedunguan dan kesombongan cucu perempuannya. Seketika, dia pun menggeleng-gelengkan kepala.     

Saat menatap An Ge'er lagi, wanita tua itu menjadi lebih kagum.     

"Bibi, bersembunyilah dulu… Gerakanku fleksibel, masih ada kesempatan terakhir untuk mencoba sandi. Kalau tidak menebak dengan benar, alarm akan berbunyi. Segeralah bersembunyi, jangan hiraukan aku lagi."     

Sambil berbicara, pada saat yang bersamaan An Ge'er telah menekan sandi…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.