Menjalin Cinta Dengan Paman

Pertengkaran Mulut



Pertengkaran Mulut

0Perempuan itu tersenyum kepada An Ge'er. Meskipun mengenakan kacamata hitam, tetapi senyuman itu tetap memancarkan keanggunannya yang memesona.     
0

Namun, An Ge'er tidak tersenyum. Dia justru mengatupkan bibirnya erat-erat.     

'Aneh, benar-benar aneh…'     

Wanita itu memberi An Ge'er perasaan yang tidak bisa dijelaskan.     

'Sangat konyol… Perasaan ini adalah déjà vu?'     

Gadis itu lalu mengikat rambut yang terurai di bahunya, mengikatnya tinggi menjadi sebuah kuncir kuda. Itu membuat penampilannya tampak ringkas dan juga menampilkan leher jenjangnya yang putih serta wajahnya yang menawan.     

Setelah membereskan semua, dia duduk bersandar di kursi, mengeluarkan iPad, lalu mulai memainkannya.     

An Ge'er memejamkan matanya lagi dan terlelap. Namun tidak lama kemudian, dia mendengar seseorang berkata, "Hei, wanita tua di samping lorong ingin berbicara denganmu."     

An Ge'er membuka matanya. Namun, dia melihat perempuan di sampingnya itu bahkan tidak menggerakkan kelopak matanya. Dia masih sibuk memainkan iPad.     

Pandangan mata An Ge'er pun berpindah. Benar saja, di samping lorong ada seorang wanita tua yang berbicara kepadanya menggunakan bahasa Inggris, "Halo, gadis kecil, bisakah aku bertukar tempat duduk denganmu?"     

An Ge'er tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengangkat alisnya. Ketika tatapannya sampai di tangan wanita tua yang sedang mencengkeram erat pegangan kursinya itu, dia pun menganggukkan kepala.     

Wanita tua itu langsung tersenyum dan menghela napas lega. Namun, dia melemparkan pandangan tidak senang kepada gadis di sampingnya.     

'Benar-benar tidak sopan!'     

'Dia memanggilku wanita tua?!'     

An Ge'er bersiap untuk keluar, tetapi tidak disangka wanita di kanannya tiba-tiba menjulurkan kaki dan menghalanginya. Dia lalu berdecak pelan, "Zaman sekarang ini ya, moral manusia benar-benar mengerikan. Orang tua itu benar-benar melakukan apa pun yang diinginkannya dan terlalu menindas kami generasi muda. Kalau kamu ingin duduk di tempat ini, mengapa tidak membelinya sendiri?!"     

Begitu kata-kata itu diucapkan, wanita tua itu dan An Ge'er pun sama-sama terkejut.     

Tentu saja wanita tua itu marah, sedangkan An Ge'er hanya merasa kaget.     

Segera setelahnya, An Ge'er pun berkata, "Kamu salah paham. Kulihat Bibi ini punya fobia pesawat, duduk di samping jendela bisa membantunya mengalihkan dan ketegangannya."     

Mendengar ucapan An Ge'er, wanita itu pun menyimpan iPad-nya, sudut bibirnya tersenyum main-main. "Benarkah? Bagaimana kamu tahu?"     

An Ge'er meliriknya dan berkata datar, "Wajahnya pucat, ekspresinya tegang, kedua tangannya mencengkeram erat pegangan kursi. Bukankah itu sangat jelas?"     

Mendengarnya, wanita itu pun mengamati An Ge'er sekilas. Sebenarnya dia sedikit terkejut karena tidak menyangka bahwa gadis di sampingnya itu bisa mengamati dengan begitu teliti dalam waktu sesingkat itu.     

Namun, dia tersenyum ringan dan masih merentangkan tangan. "Pokoknya aku tidak mau duduk dengan wanita tua itu!"     

Begitu mendengarnya, wanita tua itu pun langsung marah, "Gadis ini! Apa yang kamu katakan?! Apa maksudmu?!"     

"Apa maksudku? Kamu mempunyai fobia pesawat tapi masih naik pesawat, untuk apa? Mau cari mati?!" Wanita itu membantah tanpa sungkan.     

An Ge'er hanya merasa mata kanannya berkedut semakin hebat. Wanita di sebelahnya itu benar-benar karakter yang kuat.     

Namun, saat An Ge'er melihat ke arah wanita tua yang sedang marah itu, alisnya sedikit berkerut.     

Wanita tua ini adalah orang asing, rambutnya berwarna putih keperakan yang tampak dirawat dengan cermat. Dia mengenakan mantel berwarna coklat muda dan syal berwarna krem melilit lehernya.     

Pembawaannya seperti orang yang terhormat dan elegan. Meskipun pipinya tirus dan sedikit terlihat agak serius dan keras, tetapi ketika sedang meminta tolong kepada An Ge'er, dia tetap menunjukkan sopan santun yang semestinya.     

Wanita tua itu masih bertengkar dengan wanita di samping An Ge'er.     

Yang satu jelas adalah seorang nyonya kaya dan terhormat dari kelas atas, sedangkan yang lainnya adalah seorang wanita yang santai dan arogan dengan bahasa yang tajam. Keduanya bukan orang yang mudah dihadapi.     

Namun entah kenapa, An Ge'er merasa begitu beruntung bertemu dengan dua orang hebat yang tidak mudah dihadapi itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.