Menjalin Cinta Dengan Paman

Manajer Banci



Manajer Banci

0Sebenarnya, An Ge'er tidak terlalu peduli siapa yang akan menjadi manajernya. Hanya saja, dalam hati dia sangat penasaran dan terkejut saat tahu pilihan Bo Yan.     
0

'Bagaimana Paman yang sangat pencemburu itu bisa tenang kalau aku selalu diikuti oleh seorang manajer pria?'     

Namun, ketika bertemu dengan manajer barunya itu, An Ge'er pun langsung memahami semuanya.     

An Ge'er melihat seorang pria memakai kacamata berbingkai macan tutul mencolok. Orang itu mengangkat jarinya yang lentik dan setengah menutupi mulutnya sambil menggoda orang lain…     

'Mungkinkah itu dia…'     

Sudut mata An Ge'er langsung berkedut dengan keras. Seperti menahan semacam rasa ingin berkedut pada sudut bibirnya, dia pun berjalan ke samping seseorang yang lain, terbatuk ringan, lalu bertanya dengan membawa harapan, "Stephen?"     

Orang itu terkejut melihat gadis cantik yang tiba-tiba muncul. Lalu tanpa sadar, dia melihat ke arah laki-laki di seberangnya.     

Pria berkacamata itu tiba-tiba berseru, lalu memutar pinggang kecilnya dan berdiri. Dia memandang An Ge'er dari atas ke bawah dengan sorot mata awas.     

Setelah meneliti An Ge'er, pria itu pun mengatakan sesuatu yang sangat tidak diharapkan oleh gadis itu, "Kamu, ya? Ternyata kamu orang yang akan kudampingi secara pribadi. Wah, hmm, wajah ini, tubuh ini… sangat bagus."     

Seolah-olah tiga garis hitam seketika muncul di dahi An Ge'er…     

'Oh Tuhan.'     

Sudah jelas, pria berjari lentik di hadapan An Ge'er itu pasti adalah Stephen.     

An Ge'er pun mengutuk dalam hati. Dia bahkan tidak keberatan jika Bo Yan ingin memberinya seorang penyihir untuk menjaganya. Tapi, dia tidak suka pamannya itu menyerahkannya kepada seorang banci.     

Melihat bagaimana orang itu mengamati dirinya, An Ge'er langsung teringat kepada pelacur tua di rumah bordil kuno.     

'Posturnya itu benar-benar sama.'     

"Sudah, sudah, orang yang akan kudampingi sudah datang. Sayang, kamu boleh pergi." Stephen mendorong pria yang baru saja mengobrol dengannya. Namun, tangannya membelai dada pria itu.     

An Ge'er bisa menebak jika sentuhan Stephen seketika membuat pria itu merinding di seluruh tubuhnya sampai bergegas pergi.     

Melihat adegan itu, An Ge'er sedikit terkejut, sudut matanya berkedut lagi.     

'Sialan!'     

'Baiklah, kalau dia memang banci, ya sudah. Tapi kalau dia juga gay…'     

Tangan An Ge'er gemetar, dia merasakan hal aneh yang tidak bisa jelaskan.     

'Hmm, Paman tidak akan bergurau denganku seperti ini, 'kan?'     

"Oke, cantik… Ini dataku, bacalah baik-baik."     

An Ge'er duduk di sofa, Stephen datang membawa sebuah kursi dan duduk di depannya. Pria itu memeluk dadanya sendiri, kedua kakinya menyilang, jari lentiknya tegak. Suaranya yang melengking itu membuat sekujur tubuh An Ge'er seolah mati rasa.     

An Ge'er memindai data itu secara sekilas, hanya melihat garis besarnya saja. Setelah itu, dia menatap Stephen dan bertanya, "Bagaimana dengan dataku? Apa kamu tidak perlu mengenal aku?"     

Stephen memutar bola matanya dengan centil. "Aduh, aku sudah melihatnya."     

An Ge'er pun langsung terdiam melihat tingkah pria di depannya itu. Dia tidak bisa berkata-kata.     

Saat An Ge'er sedang mengumpat dalam hati, tiba-tiba dia mendengar suara pintu ditendang. Namun sebelum dia mengangkat kepalanya, Stephen sudah meledak lebih dulu.     

Stephen berdiri dan berjalan ke arah pintu sambil berteriak tidak senang, "Siapa yang begitu tidak punya sopan santun? Apa kamu tidak tahu kalau harus mengetuk dulu sebelum masuk?!"     

Saat baru saja Stephen mengatakan hal itu, pintu sudah ditendang hingga terbuka. Dia yang baru akan membuka pintu itu pun langsung terpukul ke belakang dan berteriak kesakitan.     

Sudut mata An Ge'er berkedut. Pada saat yang sama, dia seolah ikut merasakan rasa sakit Stephen.     

Di sisi lain, An Ge'er juga penasaran siapa orang yang begitu kasar itu. Namun, saat melihat orang yang datang, seketika matanya pun melebar dan merasa tidak percaya.     

An Ge'er berkata dengan terbata-bata, "Kak… Kak Shisan…"     

Benar. Orang tidak sopan yang datang itu benar-benar Tang Shisan.     

An Ge'er tiba-tiba bangkit.     

Tang Shisan masih tetap menggemparkan. Dengan sepatu hak tinggi tipis, dia datang bagaikan ombak besar yang bergelora.     

Ketika melihat An Ge'er yang terpana, Tang Shisan pun langsung mendengus, "Kenapa kamu diam saja seperti orang yang melihat hantu? Cepat ambilkan minum untuk Kakak, hari ini benar-benar panas."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.