Menjalin Cinta Dengan Paman

Menendang Bo Yan Beberapa Kali



Menendang Bo Yan Beberapa Kali

0Tang Shisan perlahan menjauh dengan mobilnya. Sementara itu, An Ge'er memandang sosok belakangnya dengan sangat kesal     
0

'Sialan! Mudah sekali membalikkan perahu persahabatan antar teman.'     

Setelah An Ge'er pulang, hatinya sangat jengkel sehingga tidak dapat melakukan apa pun.     

Kenyataan memang begitu kejam.     

Meskipun An Ge'er sudah lama mengetahuinya, tapi saat hal semacam ini terjadi pada dirinya sendiri, perasaan itu benar-benar membuatnya… sangat frustrasi.     

Suhu udara panas, An Ge'er pergi ke basement. Di basement, ada ruang penyimpanan anggur dan bioskop pribadi yang mewah. Semua itu adalah koleksi Bo Yan.     

Biasanya, An Ge'er tidak pernah ingin menyentuhnya. Namun hari ini, suasana hatinya buruk sehingga dia ingin berbuat lancang dan sesuka hatinya.     

Sesampainya di bioskop lantai bawah, An Ge'er dengan sembarangan mencari sebuah film roman klasik Inggris. Kemudian, dia menuangkan segelas anggur merah untuk dirinya sendiri lalu meringkuk di sofa yang terbuat dari kulit asli.     

Sendirian, tenang... tapi juga sepi.     

Hati An Ge'er merasa kesal dan dia ingin mengalihkan perhatiannya. Hanya saja, entah beberapa saat kemudian, gadis itu merasa sedikit pusing setelah minum beberapa teguk anggur. Akhirnya, dia pun meringkuk dengan linglung di sofa.     

Bo Yan melihat pemandangan seperti itu ketika dia turun.     

An Ge'er meringkuk menjadi bola dan bersandar di sofa.     

Film diputar di layar besar, cahaya yang lemah dan kabur menyinari tubuh An Ge'er. Bulu matanya panjang dan lentik, saat ini sedikit tertutup dan membuat bayangan kecil di kelopak matanya. Rambut hitamnya yang sepinggang terurai di tubuhnya, bagaikan rumput laut, memberikan sentuhan lembut bagaikan gaun.     

Pipinya yang putih, lembut, dan menawan sedikit memerah karena minum anggur. Namun, itu membuat An Ge'er terlihat semakin mempesona.     

An Ge'er yang mengenakan gaun putih tanpa lengan tampak murni dan cantik, seperti bidadari yang tersesat di dunia fana.     

'Dia benar-benar cantik.'     

'Mengejutkan.'     

Persis seperti sore itu, saat senja lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Sore yang tidak pernah membuat Bo Yan berpaling lagi...     

Bo Yan mengeluarkan ponsel, menyesuaikan angle, lalu memotret An Ge'er yang sedang tidak sadar.     

Bo Yan menutupi An Ge'er dengan selimut tipis. Merasakan sesuatu, gadis itu sedikit terbangun.     

Suasana hati An Ge'er buruk. Setelah susah payah, akhirnya dia tertidur, tapi sekarang dia terbangun. Gadis itu terjaga dan masih bingung, bergumam beberapa kali, lalu menendang Bo Yan dua kali.     

An Ge'er bukan sengaja menendangnya, tapi jarak Bo Yan cukup dekat dengannya.     

Meskipun begitu, Bo Yan tidak marah. Setelah tertegun sejenak dia malah tertawa rendah. Suaranya yang elegan sangat menawan.     

Bo Yan lalu menangkap kaki An Ge'er dan menahannya dengan tangannya yang ramping. Lalu, dia mencondongkan tubuh ke depan.     

Sofa itu cukup besar dan An Ge'er yang kecil meringkuk di sana. Bo Yan pun langsung mengangkatnya dan membiarkan gadis itu tidur sambil bersandar dalam pelukannya. Posisi itu sangat intim.     

Awalnya, An Ge'er masih merasa sedikit kesal. Namun setelah diperlakukan seperti itu oleh Bo Yan, dia malah malu dan canggung sehingga tidak dapat berkata-kata.     

An Ge'er membuka mata dan mendorong Bo Yan dua kali, tetapi tidak ada hasilnya. Maka, akhirnya dia pun menyerah.     

Bo Yan mendekap An Ge'er dalam pelukannya, mana bisa gadis itu tidur? Untuk membuat dirinya tidak terlalu malu, dia pun mengalihkan perhatiannya ke film.     

"Suasana hatimu buruk?" Bo Yan tiba-tiba berbicara.     

An Ge'er tahu kalau dia tidak bisa menyembunyikan apa pun dari Bo Yan. Jadi, dia pun mengerucutkan bibir mungilnya sejenak, lalu tidak bisa menahan diri untuk menggerutu, "Aku tidak mendapat penghargaan apa pun."     

Tampangnya itu benar-benar seperti sedang mengeluh kepada orang yang lebih tua. Tanpa sadar, An Ge'er sudah tidak bisa menyembunyikan apa pun dari Bo Yan lagi, termasuk emosi kecilnya.     

An Ge'er tidak seperti dulu lagi. Dia tidak menyimpan emosinya sendiri dalam hati.     

An Ge'er mengira kalau Bo Yan dapat menghiburnya. Atau, sebenarnya dia juga antara sengaja dan tidak sengaja menyinggung pamannya itu.     

'Mengapa kali ini Paman tidak membantuku?'     

Namun tidak disangka, Bo Yan berkata perlahan dengan suara rendah, "Jangan melupakan niat awalmu, selalu konsisten. Apa kamu masih ingat apa yang kamu katakan kepadaku di awal?"     

Mata An Ge'er melebar, dia tidak bisa berkata-kata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.