Menjalin Cinta Dengan Paman

Bersiap untuk Melakukan Serangan Balik



Bersiap untuk Melakukan Serangan Balik

0Bo Yan memang berprinsip dan apatis…     
0

Namun saat pria itu menekan di atas tubuh An Ge'er, dia seketika seperti berubah menjadi binatang buas yang tidak sabar untuk menelan mangsanya.     

'Tapi, karena takut aku akan teringat dengan mimpi buruk malam itu, maka Paman tetap menahan diri…'     

An Ge'er menyentuh pipinya yang panas dan merasa luar biasa. Tiba-tiba, dia khawatir apakah Bo Yan akan merasa sangat menderita dan tidak nyaman karena menahan diri…     

Pada saat yang sama, semua kejadian itu juga memverifikasi bahwa apa yang dikatakan Xia Qiqi ternyata benar.     

Saat menyukai seseorang, dia pasti benar-benar sangat menelan orang itu dan menjadikannya miliknya.     

Meski Bo Yan tidak pernah langsung mengatakan hal semacam itu kepada An Ge'er secara langsung, tapi bukankah perilakunya telah membuktikan semuanya?     

Begitu memikirkan hal-hal yang baru saja terjadi, An Ge'er hanya merasa pipinya semakin panas, jantungnya berdebar seperti genderang.     

'Kalau Paman benar-benar menyukaiku dan aku juga diam-diam mencintai Paman, maka apakah kami benar-benar boleh…'     

Telinga An Ge'er langsung panas.     

Kemudian, An Ge;er berpikir bahwa dia tidak ingin melihat Bo Yan begitu sengsara.     

'Lagi pula, Paman sudah lebih dari sekali tersiksa karena aku.'     

Dalam hati, An Ge'er berencana untuk memerhatikan Bo Yan. Dia memakai sandal, menarik napas dalam, dan bermaksud pergi mencari pria itu.     

'Paman tidak ada di ruang baca, pasti dia di kamar.'     

An Ge'er mengetuk pelan pintu kamar Bo Yan beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Gadis itu ragu-ragu sejenak, lalu dia membuka pintunya.     

Sebelumnya, An Ge'er belum pernah masuk ke kamar Bo Yan. Kamar itu sangat besar, dekorasinya sederhana, tetapi tidak monoton.     

Di dalam kamar yang luas itu hanya ada cahaya bulan dingin, masuk melalui jendela Prancis...     

Selain itu, hanya ada suara…     

'Itu dari kamar mandi.'     

Pintu kamar mandi yang buram juga memancarkan cahaya yang redup.     

'Apa Paman sedang mandi?'     

An Ge'er tiba-tiba membuka matanya dan tanpa sadar melihat ke sana. Lalu, samar-samar dia mendapati bahwa pintu kamar mandi sepertinya tidak tertutup rapat.     

Ada sebuah celah kecil. Entah mengapa, hati An Ge'er tiba-tiba bergetar. Ada dorongan untuk menyelinap ke sana dan melihat-lihat.     

Namun ketika pikiran itu baru saja melintas di benaknya, An Ge'er dibuat takut oleh dirinya sendiri!     

'Ya Tuhan!'     

'Apa yang kupikirkan?!'     

'Mengapa aku ingin mengintip Paman mandi?'     

An Ge'er memalingkan pandangannya dengan wajah merah dan jantung berdebar, lalu diam-diam duduk di tempat tidur dan menunggu Bo Yan.     

Hati An Ge'er gelisah dan tegang. Beberapa kali, dia berdiri dan merasakan dorongan untuk pergi. Gadis itu tahu betul jika saat Bo Yan keluar, maka dia tidak akan mempunyai kesempatan lagi. Jadi, sekarang masih sempat untuk pergi.     

Namun, ada sebuah suara lain di hati An Ge'er yang memberitahunya untuk menjadi lebih berani sedikit.     

'Kalau menyukainya, maka harus lebih berinisiatif.'     

'Ada begitu banyak wanita yang menginginkan Paman, bagaimana aku bisa memberikan kesempatan untuk mereka?'     

Pada saat An Ge'er sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri, pandangannya menyapu ke sesuatu yang tergantung di dinding kamar Bo Yan. Benda itu menarik perhatiannya.     

'Tunggu…'     

'Apa itu?!'     

An Ge'er terkejut. Dia melihat sebuah bingkai kecil tergantung di dinding di atas tempat tidur. Bingkai itu digantung rapi di atas kain putih dengan bahan reinforced glass.     

Namun, bukan itu poin utamanya.     

Poin utamanya adalah di atas kain putih itu ada warna merah tua… Seperti bunga, mekar.     

An Ge'er menatap benda itu dengan heran.     

'Apa itu?'     

Dia memegang rambutnya dan tiba-tiba merasa seperti ada sesuatu yang salah…     

'Apakah Paman terluka?'     

'Atau…'     

Semakin melihat benda itu, An Ge'er merasa semakin tertekan dan tidak dapat berkata-kata.     

'Mengapa benda ini terlihat begitu aneh?'     

An Ge'er benar-benar merasa kebingungan. Kemudian, dia bangkit dari tempat tidur dan melihat ke kamar mandi…     

'Hmm, mengapa Paman belum keluar?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.