Menjalin Cinta Dengan Paman

Setelah Minum Alkohol, Pantat Sakit Keesokan Harinya



Setelah Minum Alkohol, Pantat Sakit Keesokan Harinya

0Untuk mengakhiri kata-katanya, bibir tipis Rong Bei menggosok telinga An Ge'er yang kecil dan mengkilat. Pria itu kemudian tertawa ringan, lalu pergi begitu saja.     
0

Tubuh An Ge'er membeku. Gadis itu seperti telah melupakan rasa malu dan kesalnya, punggungnya juga mulai terasa dingin.     

Bagaimanapun, An Ge'er tahu bahwa Rong Bei mengatakan itu dengan bersungguh-sungguh.     

An Ge'er duduk dan langsung meminum segelas anggur merah tanpa memerhatikan ocehan orang-orang yang ada di sana, bisik-bisik tentang dirinya. Tiba-tiba, gadis itu berkata kepada Tang Shisan, "Kak Tang, aku ada perlu, aku harus pergi dulu!"     

Setelah itu, An Ge'er bergegas mengambil tasnya dan berjalan pergi.     

'Sial!'     

'Kalau tidak pergi sekarang, lalu kapan lagi?!'     

An Ge'er merasa bahwa semua itu sudah direncanakan. Sebagai pemeran utama wanita, dia pasti harus minum anggur. Dan entah kebetulan atau tidak, orang yang duduk di sebelahnya adalah Rong Bei. Mereka bahkan mengira bahwa Rong Bei adalah pacarnya. Kalau dia tidak pergi sekarang, maka An Ge'er tidak akan memiliki kesempatan lainnya lagi.     

An Ge'er akan merasa linglung hanya setelah minum lebih dari tiga gelas.     

Selain itu, Xia Qiqi juga pernah mengingatkan An Ge'er untuk tidak minum alkohol di umum bersama laki-laki. Kalau tidak, pantat akan sakit saat bangun keesokan harinya.      

Xia Qiqi mengatakan hal itu seakan-akan dia sudah pernah merasakan sakitnya. jADI, An Ge'er pun berpikir bahwa seandainya dia jatuh ke tangan laki-laki setelah minum alkohol, maka dia akan berakhir seperti itu juga.     

'Apalagi… bila aku jatuh ke tangan Rong Bei yang sudah lama mengincarku…'     

An Ge'er bergegas pergi ke lift sambil membawa tasnya. Gadis itu ingin segera pergi selagi Rong Bei masih ada toilet.     

Sambil tergesa-gesa, dia masuk dan langsung menekan tombol lift. Melihat lift akan menutup, An Ge'er pun mengembuskan napas lega.     

Namun detik berikutnya, tiba-tiba sebuah tangan menahan lift itu! Mata An Ge'er pun langsung menciut. Seketika itu juga, dia memukulkan tangan orang yang datang dengan tasnya keras-keras.     

An Ge'er mendengar orang itu mengerang, lift pun dengan cepat menutup. Hanya saja, sesaat sebelum sepenuhnya tertutup, An Ge'er dengan jelas menatap sepasang mata yang ramping dan menawan itu…     

Mata itu seakan memancarkan hawa berbahaya yang tidak dapat dijelaskan. Hati An Ge'er bergetar hebat. Dia sangat tegang.     

'Memang benar, itu Rong Bei!'     

Untung saja An Ge'er bereaksi dengan cepat. Kalau tidak, dia akan terjebak di ruang tertutup semacam itu dengan Rong Bei.     

'Maka akhirnya…'     

'Pasti tidak akan bagus!'     

Lift sudah tertutup, tapi An Ge'er masih tidak bisa tenang. Dia pun menyadari bahwa Rong Bei sudah memperkirakan bahwa dia akan kabur.     

Jika Rong Bei bisa mengejar An Ge'er ke lift, maka pria itu pasti tidak akan membiarkannya pergi semudah itu.     

Jadi, saat lift baru turun dua lantai, An Ge'er pun bergegas keluar. Sebelum pergi, dia menekan-nekan tombol lift itu dengan asal.     

Sesaat kemudian, An Ge'er bergegas bersembunyi di balik vas besar setinggi dua meter yang ada di samping lift.     

Menurut perkiraan An Ge'er, Rong Bei pasti akan turun dengan cepat melalui tangga, kemudian menghadangnya di depan pintu lift di lantai bawah.     

Saat An Ge'er sedang memikirkan hal itu, dia pun melihat Rong Bei sedang turun lewat tangga sambil menarik dasinya. Wajahnya yang halus dan memikat itu penuh dengan kesuraman.     

Mata An Ge'er pun melebar, dia bergegas menahan napas tanpa berani melakukan sedikit pun gerakan.     

Matanya bergerak turun dan melihat punggung tangan Rong Bei.     

'Hmm, apakah itu memar karena pukulanku?'     

An Ge'er terdiam di tempat. Dia mengingat-ingat kembali apa yang ada di dalam tasnya dan itu memang benda-benda keras.     

Rong Bei berjalan ke samping lift, tepat di dekat vas bunga besar tempat An Ge'er bersembunyi. Jarak mereka berdua tidak lebih dari dua meter!     

An Ge'er berusaha mengatur napasnya. Dia melihat Rong Bei berjalan ke samping lift dan menekan tombol lantai, menarik dasi berwarna merah anggur dan memegangnya di tangan, seakan sebentar lagi dia akan melakukan sesuatu.     

Wajah Rong Bei suram, sudut bibirnya menyeringai dingin. Pemandangan itu membuat An Ge'er seketika memikirkan gambar-gambar yang memiliki batasan tertentu…     

'Mungkin dia ingin…'     

An Ge'er langsung bergidik.     

Rong Bei membuka lift dan masuk, lalu menutupnya. An Ge'er harus menunggu sampai lift menutup seutuhnya untuk bisa lewat tangga.     

Namun, setelah An Ge'er melihat lift menutup, ketika dia bergegas melewati lift itu, lift yang semula tertutup itu pun tiba-tiba terbuka kembali…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.