Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Kamu Berani Menyebut Ayah Jahat?



Kamu Berani Menyebut Ayah Jahat?

0Huzi melirik ke arah kamar tidur utama dan merengek dengan pahit, "Ibu…!"     
0

"Ibu akan segera datang." Kak Li merasa sangat canggung.     

Sekarang belum juga bangun, sangat jelas menandakan Sheng Nanxuan menahan Gong Mo untuk "berolahraga"..     

"Hmph!" Setiap hari Huzi berebut ibunya dengan sang ayah. Ia juga tahu pasti ayahnya lah yang tidak membiarkan ibunya keluar.     

'Ayah takut aku akan merampok Ibu! Hmph! Orang jahat!'     

Huzi menundukkan kepalanya, mengubah kesedihan dan kemarahannya menjadi nafsu makan. Ia mendengus, lalu memakan buburnya.     

Kak Li menghela napas lega, "Huzi benar-benar penurut…!"     

"Hm, hm." Huzi mengiyakan, lalu membatin, 'Aku begitu penurut, Ibu harus menyukaiku!'     

Ketika Kak Li melihat mangkuknya kosong, ia pun bertanya, "Masih mau?"     

Huzi menggelengkan kepalanya, lalu menjatuhkan dirinya ke sofa lagi, tampak kekenyangan.     

Kak Li tidak bisa menahan tawanya. Ia membelai-belai kepalan Huzi dengan penuh kasih sayang, "Anak pintar… Jangan kemana-mana, ya… Di sini saja."     

Ia membawa mangkuk kosong itu ke dapur, mengambil handuk untuk menyeka mulut Huzi, lalu kembali lagi untuk mencuci piring.     

Huzi melihat sekeliling dengan bosan sambil menendang-nendangkan kakinya. Ia mencoba melepaskan sepatunya, tetapi setelah beberapa kali, ia tetap gagal.     

Ia duduk dan menarik kakinya untuk melepas tali sepatunya. Dengan satu hentakan kaki, sepatu pun langsung melayang dan mendarat di keranjang buah yang ada di atas meja pendek ruang tamu.     

"Hehehe!" Huzi tertawa kegirangan, seolah ia sudah melakukan hal besar. Ia pun melepaskan ikatan tali sepatu yang lain, lalu menendangnya.     

Sepatunya ini melayang ke meja, lalu jatuh ke lantai.     

Huzi turun dari sofa, berjalan mengitari meja, mengambil sepatunya, dan ingin meletakkannya di atas meja.     

Ketika melihat apel yang ada di keranjang buah, ia tertegun sejenak.     

Buah-buahan adalah makanan, sepatu seharusnya tidak bisa diletakkan bersama dengannya.'     

'Ibu bilang barang-barang di lantai itu kotor, sementara sepatu selalu berada di lantai, berarti sepatu sangat kotor!'     

Ketika Huzi mendengar suara pintu terbuka dari kamar tidur utama, ia segera mengambil sepatu dari dalam keranjang buah.     

Ketika mendengar suara langkah kaki, ia berlari dengan penuh semangat. Di tengah jalan, ia melemparkan sepatunya dan langsung melemparkan dirinya ke kaki Gong Mo, "Bubu!"     

"Kenapa kamu melepas sepatumu?"     

Sambil bertanya, Sheng Nanxuan membungkuk untuk mengambil sepatu, hendak membantu Huzi memakai sepatunya.     

Huzi berbalik dan menendangnya.     

Sheng Nanxuan tercengang, "Apa yang kamu lakukan? Bukannya kamu paling mencintai Ayah?"     

"Tidak!" kata Huzi dengan marah. Ia memalingkan wajahnya dan memeluk Gong Mo dengan erat, "Ibu!"     

"Sini, Ayah pakaikan sepatumu." Sheng Nanxuan datang untuk menarik kakinya.     

Ia menendangkan kakinya dengan keras, "Tidak, tidak, tidak! Jahat! Jahat!"     

"Siapa yang jahat?" Sheng Nanxuan pura-pura marah, "Kamu berani menyebut Ayah jahat?"     

Huzi menatapnya dengan agak ketakutan dan menyesal, tetapi ketika teringat ayahnya berebut Ibu dengannya, ia kembali membuang muka dengan marah.     

"Ada-ada saja." Sheng Nanxuan tersenyum gemas.     

Sheng Nanxuan sedang dalam suasana hati yang baik karena baru saja mendapat kepuasan besar dari Gong Mo, jadi ia tidak ambil pusing dengan anak kecil.     

Gong Mo menggendong Huzi dan berjalan ke ruang tamu, sementara Sheng Nanxuan melemparkan sepatu Huzi ke sofa, "Dia tidak menyukaiku, jadi kamu saja yang memakaikannya. Aku pergi mengambil sarapan dulu."     

Gong Mo dengan wajah yang merah merona, mengerutkan bibirnya, meraih kaki kecil Huzi, dan memakaikan sepatunya.     

Huzi sedang berbaring di sofa sambil terus berteriak "Ibu! Ibu!"     

Seolah jika ia berteriak beberapa kali lagi, ibunya akan semakin mencintainya.     

Gong Mo memakaikan sepatunya, menariknya ke atas, dan menasehatinya sambil memasang tampang serius, "Kamu tidak boleh melepas sepatumu, tahu?"     

Dari tampilan sepatunya, Gong Mo tahu kalau Huzi sudah memakainya terlebih dulu, lalu melepasnya sendiri.     

Huzi membuka matanya yang polos lebar-lebar, dan menatapnya dengan ekspresi kebingungan.     

"Berhenti berpura-pura bodoh!" Gong Mo memelototinya, "Kalau tidak pakai sepatu, nanti kamu masuk angin. Kalau masuk angin, nanti kamu sakit."     

"Oh." Huzi menyelinap ke dalam pelukannya dan berkata dengan manja, "Ibu…!"     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.