Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Lupakan Saja Kalau Tidak ingin Mengatakannya



Lupakan Saja Kalau Tidak ingin Mengatakannya

0Tang Xinxin menjawab, "Rumah sakit. Aku kelelahan."     
0

Sesudah itu ia melempar handphone-nya. Ia menarik selimut hingga menutupi kepalanya dan berbaring di tempat tidur.     

Tak lama kemudian, handphone-nya berdering.     

Wu Di masuk dan bertanya, "Kenapa kamu tidak mengangkat telepon?"     

Tang Xinxin segera bangun untuk mengambil handphone-nya dan langsung memutus telepon.     

Wu Di menatapnya dalam-dalam. Ia merasa tidak enak untuk menanyakan urusan pribadi Tang Xinxin, jadi ia berkata, "Kakekku menyuruhku pulang untuk makan malam, jadi aku harus pergi dulu. Kamu bisa meneleponku jika ada apa-apa."     

"Oh." Tang Xinxin menjawab dengan suara rendah.     

"Apakah kamu punya nomor teleponku?"     

Tang Xinxin mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan waspada.     

Untuk apa seorang pria menginginkan nomor telepon seorang wanita? Tentu saja untuk mendekatinya!     

Namun, Wu Di baru saja menyelamatkan dirinya, jadi Tang Xinxin tahu bahwa seharusnya Wu Di murni hanya mengkhawatirkannya saja. Agar mudah untuk mengundangnya makan di masa depan, lebih baik ia memberitahunya.     

Namun setelah beberapa saat, ia tidak mengatakan apa-apa.     

Wu Di berkata dengan sedih, "Lupakan saja kalau kamu tidak ingin mengatakannya."     

Meskipun aku memang sedikit tertarik padamu, tapi tadi aku benar-benar tidak memiliki pikiran jahat.     

Tang Xinxin mengambil handphone-nya dan berkata dengan canggung, "Pikiranku agak kacau, jadi tiba-tiba aku tidak bisa mengingat nomorku. Sebutkan nomormu. Aku akan menghubungimu."     

Wu Di berkata, "Sebenarnya seberapa lelah kamu?"     

Wu Di menundukkan kepalanya dan memberitahukan nomornya. Tang Xinxin menyimpannya dalam diam dan menghubunginya.     

Kebetulan perawat kembali dari membeli makanan. Wu Di berkata, "Ya sudah. Aku pergi dulu."     

Wu Di berkata pada perawat, "Tolong jaga dia dulu."     

"Baik." kata perawat itu sambil tersenyum.     

Ketika Wu Di pergi, perawat meletakkan bubur yang dibelinya di depan Tang Xinxin, "Sekarang Anda hanya bisa makan makanan yang tawar."     

Tang Xinxin mengangguk, "Terima kasih. Berapa?"     

"Anda tidak perlu khawatir tentang ini. Semuanya akan masuk dalam biaya rawat inap."     

"Berapa biaya rawat inapnya?"     

"Eh?"     

Tang Xinxin menunjuk ke kamar, "Berapa biaya kamar ini sehari?"     

Sekali pandang, ia tahu kamar ini adalah kamar VIP. Ia tidak punya uang sebanyak itu.     

Ia bertanya, "Bisakah saya pindah ke kamar biasa?"     

Perawat itu berkata, "Anda bilang saja pada Tuan Muda Wu Di. Dia yang sudah mengaturnya. Kami tidak berani menggantinya."     

"Tapi saya yang dirawat di rumah sakit ini."     

"Dia yang membawa Anda ke sini. Kami benar-benar tidak berani."     

"..." Tang Xinxin berkata dalam hatinya, 'Apa pasien tidak memiliki haknya?'     

Tang Xinxin makan bubur dengan murung.     

Perawat itu meliriknya diam-diam dan bertanya dengan hati-hati, "Anda pacar Tuan Muda Wu Di?"     

"Bukan." Tang Xinxin buru-buru membantah.     

Perawat itu mengangguk dan berkata dalam hatinya, 'Berarti masih dalam tahap pendekatan.'     

"Tuan Muda Wu Di sangat baik pada Anda, dia menjaga Anda sepanjang malam." Perawat tidak bisa menahan diri untuk mengatakan hal-hal baik tentang Wu Di. Mungkin saja setelah berhasil, Wu Di akan berterima kasih pada mak comblangnya dan memberinya kenaikan gaji.     

Tang Xinxin tercengang sejenak, lalu menatapnya, "Kapan saya datang?"     

"Sekitar jam dua belas." Perawat itu berkata, "Saya dengar dari rekan saya yang sedang bertugas.     

"..." Tang Xinxin terdiam dan membatin, 'Pantas saja dia mengenakan sweater. Aku sudah menghancurkan mantelnya.     

'Apakah pakaiannya mahal? Ditambah dengan biaya rawat inap, harus berapa kali aku mentraktirnya agar setara?'     

Wu Di kembali ke rumah keluarga Wu. Orang-orang sudah mulai makan. Karena Sheng Nanxuan datang, seluruh keluarga berkumpul dan hanya Wu Di saja yang belum datang.     

"Ya! Ya!!" Huzi menyapanya.     

Ia menghampirinya dan menyentuh wajahnya, "Panggil Paman Sepupu!"     

Huzi menatapnya sebentar, tapi tidak bisa memanggilnya, lalu menoleh untuk melihat Sheng Nanxuan dan berkata, "Yayah!"     

"Anak pintar." Sheng Nanxuan memasang topi harimau lucu di kepalanya.     

Wu Di mencibir, "Beraninya kamu mengabaikanku…!"     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.