Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Lagi-lagi Hamil?



Lagi-lagi Hamil?

0"Ibu baik-baik saja, kan?" tanya Gong Mo.     
0

"Tidak apa-apa. Dia sangat baik-baik saja."     

Setelah menutup telepon, Sheng Nanxuan berkata, "Karena Ibu akan mengalami jet lag, jadi ayo tidur dulu."     

"Kapan selesainya?"     

Sebelum Sheng Nanxuan mengatakan apa pun, Gong Mo sudah gelisah lagi. Bagaimana kalau Gambino yang asli bangun lagi? Bukannya itu sama saja mengirim Ibu masuk ke dalam sarang serigala?     

Sheng Nanxuan berkata, "Masih enam jam lagi. Seharusnya tepat pada saat kamu bangun."     

"Enam jam? Meskipun aku bangun jam enam, di sana sudah jam dua belas malam. Bukankah Ibu susah tidur?"     

"Sekarang Ibu sedang tidur, jadi nanti malam dia pasti tidur larut malam. Kamu tidak perlu khawatir. Lagi pula kamu juga bukannya tidak bisa menghubungi Ibu."     

Ketika Gong Mo mendengarnya mengatakan ini, ia merasa agak kesal lagi dan ingin sedikit berdebat dengannya. Hanya saja, ketika memikirkan bahwa dirinya sudah terlalu khawatir berlebihan, Gong Mo pun menahan diri.     

"Oke, ayo tidur. Jika kamu tidak tidur dengan baik, Ibu akan khawatir," kata Sheng Nanxuan.     

Pada saat Gong Mo sedang berbaring di tempat tidur, tiba-tiba ia berkata, "Bawa Huzi kemari saja."     

"Dia sudah tidur. Untuk apa dibawa kemari?"     

Gong Mo terdiam sejenak, lalu berkata dengan sedih, "Aku tidak bisa melihat Ibu. Sekarang kamu bahkan tidak membiarkanku melihat Huzi."     

Sheng Nanxuan menatapnya dengan putus asa, lalu berkata, "Bisakah kamu melihat suamimu saja?"     

Gong Mo menatapnya, lalu berpikir sejenak. Hari ini ia memang sedikit membuat masalah. Apa jangan-jangan mau datang bulan?     

Ia buru-buru bangun.     

Sheng Nanxuan terkejut, "Kamu benar-benar ingin membawanya kemari?"     

"Tidak." Gong Mo membuka laci nakas di samping tempat tidurnya dan mengeluarkan buku catatan kecil di mana ia mencatat siklus menstruasinya.     

Sheng Nanxuan berkeringat dingin, "Tidak mungkin, kan?"     

Diam-diam ia menghitung di dalam hatinya. Sepertinya benar-benar sudah terlambat.     

Begitu memikirkan kemungkinan hamil lagi, Sheng Nanxuan merasa darah di sekujur tubuhnya membeku. Ia bergegas memeriksanya.     

Benar-benar terlambat dua hari…     

"Mana mungkin!" seru Gong Mo.     

Sheng Nanxuan buru-buru berkata, "Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin hamil! Jika kamu hamil, aku akan lompat dari gedung sekarang juga!"     

Dokter bilang dibutuhkan setidaknya tiga tahun untuk memulihkan diri. Sheng Nanxuan bermaksud untuk memberikan Gong Mo melewati lima tahun masa pemulihan sebelum mempertimbangkan anak kedua. Sekarang masih kurang dari satu tahun. Jika sudah hamil lagi, bukankah itu akan membunuhnya? Jadi Sheng Nanxuan hanya bisa memilih mati saja.     

"Seharusnya hanya terlambat." Gong Mo lebih tenang darinya, "Seharusnya sebentar lagi. Kalau tidak, kenapa hari ini aku begitu mudah tersulut dan rewel?"     

Sheng Nanxuan meliriknya diam-diam, "Setelah kalian para wanita membuat masalah yang tidak masuk akal, pasti langsung melemparkan kesalahan pada menstruasi!"     

Gong Mo memelototinya dengan kesal.     

Sheng Nanxuan segera mengangguk, "Oke, oke! Semua salahnya. Siapa suruh dia tidak datang tepat waktu!"     

Gong Mo terkekeh dan meletakkan buku, "Sudah, ayo tidur."     

"Kamu tidak khawatir?" Sheng Nanxuan bertanya penasaran.     

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, pasti karena mau datang bulan!"     

Sebelumnya Gong Mo selalu memperhatikannya. Pada saat datang bulan, ia mencoba untuk menahan emosinya, jadi ia akan lebih tenang dari biasanya. Kali ini karena Shan Rong mau pergi, Gong Mo tidak bisa menahan dirinya untuk tidak merasa cemas. Kemungkinan ini mempengaruhi siklus bulanannya dan tentu saja ia tidak memperhatikan untuk mengontrol emosinya.     

Hah… Beberapa hari yang lalu, Shan Rong terus mengkhawatirkannya, tetapi ia tidak merasakan apa-apa. Ketika Shan Rong pergi dengan gembira, justru Gong Mo yang mulai khawatir.     

"Bagaimana jika benar-benar hamil?" tanya Sheng Nanxuan.     

Gong Mo berpikir sejenak dan berkata, "Hidup dan mati ada takdirnya dan setiap orang memiliki takdirnya sendiri."     

"Kamu…!" Sheng Nanxuan merasa lebih baik dia mati saja. Bisa-bisanya istrinya ini mengucapkan kata-kata sial seperti itu.     

Gong Mo membuka matanya dan bersandar padanya, "Sudah, ayo tidur. Kita bicarakan lagi kalau aku benar-benar hamil. Lagi pula itu tidak akan benar-benar membunuhku."     

Sheng Nanxuan menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan sangat menderita, "Itu akan membunuhku."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.