Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Mengancam dengan Pistol



Mengancam dengan Pistol

0Tentu saja, mereka tidak benar-benar berencana untuk mengembalikannya. Mana mungkin mereka mengembalikan apa yang sudah berada di tangan mereka.     
0

Mereka sudah mencari tahu bahwa uang kompensasi itu berjumlah dua juta lebih.     

Paman Tertua berkata, "Uang kompensasi ini adalah milik Adik Kedua. Kami yakin jika ada keinginan Adik Kedua yang belum terpenuhi, dia pasti juga bersedia meminjamkannya pada saudara-saudara kandungnya."     

"Jika dia memiliki keinginan yang belum terpenuhi, itu pasti keinginan untuk putus hubungan dengan kalian! Shan Rong berkata, "Dulu rumah, sekarang uang! Kalian ingin memaksaku dan Momo menemui jalan buntu, hah?"     

"Kenapa kamu harus membuatnya begitu tidak enak di dengar?" Bibi ketiga berkata, "Pacarmu punya uang, Nanxuan juga punya uang. Apa kalian masih kekuarangan uang kompensasi itu? Apa salahnya membagikannya sedikit pada kami?"     

"Apa salahnya?!" Shan Rong berteriak, "Meskipun punya uang, itu hasil usaha kami sendiri!"     

"Memangnya uang kompensasi itu diberikan oleh orang lain secara cuma-cuma?"     

"Itu adalah harga nyawa Gong Xing!" raung Shan Rong dengan penuh amarah.     

Itu sebabnya Shan Rong dan Gong Mo tidak menganggap uang itu. Mereka sama sekali tidak ingin memikirkan atau menyentuhnya.     

"Kalian sudah sangat keterlaluan!" teriak Tian Cheng sambil bangkit berdiri.     

Bibi Kecil berteriak. "Apa yang kamu lakukan?! Duduk!"     

"Untuk apa Ibu masih di sini? Tian Cheng berteriak pada ibunya, "Ayo pergi!"     

Tian Cheng tidak ingin melihat ibunya melakukan hal menjijikkan seperti ini, jadi karena dia mengetahuinya, ia harus menghentikan ibunya.     

Brak!     

Tiba-tiba pintu ditendang hingga terbuka. Semua orang terkejut dan menoleh.     

Gambino berjalan masuk dengan langkah yang besar.     

Tian Cheng menyeka air matanya dan berlari keluar.     

"Chengcheng!" Bibi Kecil berteriak. Setelah ragu-ragu sejenak, ia pun berlari mengejarnya.     

Ketika melihat pintunya rusak, Hu Yinghong berseru pada Gambino, "Apa yang kamu lakukan? Ganti rugi atas rumahku!"     

Gambino mengeluarkan pistol dari sakunya dan menembakannya ke meja tamu.     

"Dorrr!"     

Suara tembakan yang keras pun terdengar dan permen biji bunga matahari yang ada di atas meja itu berterbangan.     

"Ahhh!!!" Gong Fei dan yang lainnya berteriak dengan suara yang keras. Mereka bersandar di sofa dengan gemetar.     

Gambino meletakkan senjatanya, menarik Shan Rong ke dalam pelukannya, dan berkata pada mereka, "Jika sampai aku tahu kalian menindas Shan Rong dan Gong Mo, aku akan menembakan peluru ini ke kepala kalian!"     

Semua orang terdiam dan tidak berani mengatakan sepatah kata pun.     

Gambino memeluk Shan Rong dan berbalik, sementara Gong Mo juga mengikuti mereka pergi meninggalkan rumah itu.     

Sesampainya di luar pintu, Sheng Nanxuan terlihat sedang menggendong Huzi.     

Huzi menatap kosong ke sekelilingnya. Meskipun terkejut karena suara tembakan, untungnya ia tidak menangis.     

Gong Mo menyeka air matanya, lalu berjalan mendekat dan bersandar di bahu Sheng Nanxuan, "Nanxuan…"     

"Aku di sini." Sheng Nanxuan menepuk punggungnya, "Ke depannya kita tidak kembali ke sini lagi."     

"Ya." Gong Mo terisak dan mengangguk.     

Gambino sudah berjalan turun sambil memeluk Shan Rong. Mereka berdua pun buru-buru menyusul mereka.     

Ketika keluar dari area perumahan mereka berempat menghentikan taksi. Setelah mobil melaju beberapa saat, mereka melihat Tian Cheng yang berlari di jalan, sementara Bibi Kecil mengejar di belakangnya.     

Bibi Kecil berteriak, "Tian Cheng, Ibu bilang berhenti!"     

Tian Cheng berhenti.     

Mobil pun melewatinya. Gong Mo menatapnya dengan cemas.     

Tentu saja Tian Cheng tidak tahu siapa yang ada di dalam mobil itu. Ia masih berdiri di tempatnya dan menyeka air matanya.     

Bibi Kecil datang meraih lengannya dan bertanya dengan marah, "Apa-apaan kamu? Orang tua sedang berbicara, mana ada giliranmu untuk berbicara? Kamu sudah merusak hal baik, tahu tidak?!"     

"Hal baik?" Tian Cheng menatapnya dengan kecewa, "Hal baik yang Ibu maksud adalah memeras uang kompensasi kematian Paman Kedua? Uang itu didapatkan dengan menukar nyawa Paman Kedua! Apa Ibu tidak punya hati nurani?"     

"Untuk apa aku punya hati nurani? Bukankah kamu menyuruh Ibu bercerai dari ayahmu? Bagaimana kamu bisa hidup kalau tidak punya uang setelah bercerai? Pamanmu dan yang lainnya sudah bilang, kalau uangnya sudah didapatkan, mereka akan membagikan seratus ribu yuan pada Ibu!"     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.