Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Bahkan Huzi Sedang Menghibur Ibu



Bahkan Huzi Sedang Menghibur Ibu

0"Hu…" Huzi menatap Shan Rong ketakutan, lalu memeluk Gong Mo dan mulai menangis, "Waaaaa…"     
0

Kenapa semua orang marah?     

Kakek marah. Nenek marah. Ayah dan ibunya juga sedang dalam suasana hati yang tidak baik.     

Huwaa…! Apa jangan-jangan mereka sudah tidak menginginkannya lagi?     

Semakin lama tangis Huzi menjadi semakin terdengar menyedihkan.     

Shan Rong segera menghampiri dan menghiburnya, "Huzi, jangan menangis. Nenek bukan memarahimu."     

"Huhuhu…."     

Mereka berempat mengelilinginya. Butuh waktu yang sangat lama untuk dapat membujuknya berhenti menangis.     

Setelah berhenti menangis, Huzi terisak sambil menarik baju Gong Mo.     

Gong Mo berkata, "Aku akan menidurkannya."     

Sebenarnya Huzi sudah lapar, jadi Gong Mo ingin membawanya ke kamar untuk menyusuinya, sekalian juga menidurkannya.     

Setelah tidur siang, Huzi kembali ceria. Shan Rong menggodanya sambil tersenyum senang, seolah sudah melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan sebelumnya.     

Terdengar suara seorang anak kecil di luar pintu, "Ibu! Di sini ada sekotak kue bulan. Berat sekali! Sepertinya masih ada isinya!"     

"Cepat letakkan! Itu diletakkan oleh orang lain di sini!"     

"Oh."     

Anak itu meletakkan kue bulan itu dan mengikuti ibunya.     

Shan Rong berbalik dan berkata pada Gambino, "Ambillah dan buang ke tempat sampah di lantai bawah."     

"Oke." Gambino bangkit dari duduknya dan keluar.     

Kotak kue bulan itu sudah dipindah ke dekat pintu. Gambino membawanya ke bawah dan melakukan seperti apa yang dikatakan Shan Rong.     

Shan Rong mendengus, lalu menggertakkan giginya dan berkata, "Tidak tahu berterima kasih! Berapa harga sekotak besar kepiting berbulu dariku itu? Belum selesai dicerna sesudah makan saja sudah coba-coba minta uang lagi!"     

"Mereka bilang mau pinjam." Sheng Nanxuan bertanya, "Jika mereka benar-benar meminjamnya, mereka tidak akan mengembalikannya, kan?"     

"Memang Ibu belum mengenal mereka? Mereka terus mengatakan bahwa kita memiliki uang dan tidak kekurangan uang kecil itu, jadi tentu saja mereka tidak akan mengembalikannya! Orang miskin pasti dibenarkan. Mereka bisa mengambil apa pun dengan cuma-cuma!"     

"Sudah, sudah. Ibu jangan marah lagi." Gong Mo mengulurkan tangan dan membelai punggungnya.     

Ketika Huzi melihat Shan Rong, ia mengulurkan tangan kecilnya dan menyentuh tubuh Shan Rong dua kali.     

Gong Mo tertawa, "Lihat, bahkan Huzi sedang menghibur Ibu!"     

Shan Rong tertawa, "Karena Huzi yang baik menghibur Nenek, Nenek sudah tidak marah lagi. Marah tidak baik bagi diri sendiri. Bukankah itu tidak sepadan?"     

"Hihi…" Huzi menyeringai. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan mereka. Hanya saka karena semua orang memandangnya, ia merasa senang. Ini artinya semua orang sedang memperhatikannya!     

Setelah beberapa saat, Gambino kembali.     

Shan Rong yang keheranan pun bertanya, "Kenapa perginya lama sekali? Kamu buang sampah sampai ke Italia?"     

"Ini…" Gambino mengeluarkan sekantong permen berwarna putih dari belakang punggungnya.     

Shan Rong terkejut, "Untuk apa ini?"     

"Dulu kamu suka makan permen labu putih ini." Gambino memandangnya dengan merasa bersalah, "Maafkan aku. Aku tahu selama ini kalian bersabar terhadap mereka karena aku. Sekarang aku sudah kembali, jadi aku yang bertanggung jawab atas urusan keluarga Gong. Ke depannya tidak usah pedulikan mereka lagi. Aku benar-benar tidak berani membayangkan betapa banyak ketidakadilan yang kalian alami dulu."     

Shan Rong meliriknya, "Bagus kalau tahu! Lagi pula ke depannya aku juga tidak akan menerima perlakuan tidak adil seperti ini lagi!"     

"Ya." Gambino mengangguk, "Ke depannya kita tidak kembali kesini lagi, tidak bertemu dengan mereka, dan tidak memedulikan mereka."     

Shan Rong mengambil permen itu dan berkata, "Dulu aku makan terlalu banyak hingga gigiku hampir rusak!"     

Gong Mo berkata, "Kalau tidak, berikan padaku saja. Biar aku yang memakannya."     

Shan Rong menjejalkannya pada Gong Mo, "Kalau begitu kamu makan saja!"     

Gong Mo buru-buru menolak dan berkata sambil tertawa, "Ayah memberikannya untuk Ibu. Mana berani aku memakannya?"     

Gambino dengan agak canggung berkata, "Bagianmu juga ada."     

Gong Mo berkata dengan sedih, "Tadi Ayah tidak bilang begitu. Bukankah ayah membelikannya untuk Ibu?"     

"Uhuk!" Gambino bertanya dengan canggung, "Kalau begitu kamu suka makan apa? Aku akan pergi membelikannya lagi."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.