Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Ternyata Mengincar Uang!



Ternyata Mengincar Uang!

0"Jika ada yang ingin dibicarakan, bicarakan saja di luar. Jangan membuat Huzi kesempitan di sini." Sheng Nanxuan memandang Huzi dengan wajah yang khawatir.     
0

Shan Rong menggendong Huzi keluar. Paman Tertua dan yang lainnya pun juga hanya bisa mengikuti keluar.     

Pada saat memasuki ruang tamu, Gong Fei terlihat sudah keluar dari kamar dan sedang duduk di sofa sambil memakan yogurt.     

Paman Tertua memandang Gambino dan berkata, "Begini, kami ingin berbicara dengan Adik Ipar menyangkut urusan pribadi adik keduaku. Kamu…"     

"Aku akan merokok di luar." Gambino melirik Shan Rong, lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar.     

Shan Rong cemberut. 'Kamu tidak merokok, oke?'     

Sheng Nanxuan bertanya, "Apa aku juga harus keluar?"     

Gong Mo berpikir bahwa selanjutnya Paman Tertua dan yang lainnya akan mengeluarkan wajah asli mereka. Jika Sheng Nanxuan berada di sini, takutnya mereka akan keberatan dan belum tentu mengatakan apa tujuan mereka yang sebenarnya.     

Jadi Gong Mo pun berkata, "Huzi agak bosan, kamu bawa saja dia bersama Ayah untuk jalan-jalan di bawah."     

"Oke." Sheng Nanxuan keluar sambil menggendong Huzi.     

Sesudah menutup pintu, Sheng Nanxuan tidak turun, tetapi duduk di anak tangga bersama dengan Gambino.     

Mereka berdua memiliki kemampuan pendengaran yang baik. Asalkan mereka mendengarkan dengan sungguh-sungguh, semua yang dikatakan di dalam rumah dapat terdengar.     

Hu Yinghong dan Bibi Ketiga kembali sesudah mencuci piring. Mereka pun duduk di sekitar Gong Mo dan Shan Rong. Mereka seperti sedang berada di pengadilan.     

Shan Rong menarik napas dalam-dalam dan memandang semua orang, "Oke, katakanlah."     

Paman Tertua menepuk lututnya dan berkata dengan canggung, "Jadi begini. Aku lihat di berita, katanya negara dan Farmasi Shengshi memberikan sejumlah uang sebagai kompensasi bagi Adik Kedua."     

Seketika ekspresi Shan Rong dan Gong Mo berubah. Hati mereka dipenuhi dengan amarah.     

Tidak heran mereka begitu ramah akhir-akhir ini. Ternyata karena mengincar uang!     

Sekarang Gong Xing berada di luar pintu. Shan Rong benar-benar tidak ingin ia melihat wajah penuh kebencian keluarganya. Jika tidak, bukankah ia akan merasa sangat sedih?     

Shan Rong memandang mereka dengan kecewa, "Apa maksud kalian?"     

"Tidak ada maksud apa-apa." Paman Tertua mencibir, "Aku hanya berpikir bahwa kamu dan Momo sekarang sudah punya rumah. Nanxuan dan orang asing itu juga mampu, jadi kalian tidak kekurangan uang, tapi bagaimana denganku, adik ipar ketigamu, dan yang lainnya? Keuangan kami sedang sulit. Lihat, Gong Bai juga akan menikah, Gong Jin baru akan mencari pekerjaan, dan Tian Cheng akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Ini semua membutuhkan uang."     

"Jadi kalian ingin aku memberikannya pada kalian?" Shan Rong bertanya sambil menahan amarahnya.     

"Apa yang kamu bicarakan?" Paman Ketiga buru-buru menyangkal, "Tentu saja kami ingin meminjamnya. Uang itu milik kalian, mana mungkin kami berani memintanya begitu saja!"     

"Hah!" Shan Rong mencibir dan berpikir dalam hatinya, 'Akhirnya sekarang kalian menunjukkan wajah asli kalian juga.'     

Hu Yinghong tersenyum dan berkata, "Hanya ada dua orang di keluarga kalian. Ditambah lagi Momo adalah seorang anak perempuan dan dia sudah tidak perlu mengkhawatirkan mengenai rumah dan sebagainya. Hidup kalian selalu berkecukupan. Dulu kami tidak enak untuk meminjam pada kalian. Bagaimanapun juga itu uang yang kamu kumpulkan dengan keringat dan kerja kerasmu. Sesudah itu Gong Mo menikah. Meskipun menikah dengan orang kaya, tapi itu juga tidak ada hubungannya dengan kami, kan?"     

"Jangan berpikir untuk melakukan sesuatu pada rumahku!"     

"I… itu…!" sesaat Hu Yinghong tidak bisa berkata-kata.     

Paman ketiga buru-buru berkata, "Rumah itu adalah peninggalan adik keduaku. Itu adalah milik keluarga Gong. Bagaimana bisa kamu bilang begitu? Lagi pula Gong Mo seorang anak perempuan, jadi dia tidak akan menggunakannya, jadi secara akal, sudah seharusnya diserahkan pada orang tuanya. Jika orang tuanya sudah tidak hidup, tentu saja harus diserahkan pada kami."     

"Tapi aku dan Momo masih hidup!" teriak Shan Rong, "Sebenarnya kalian punya hati nurani atau tidak? Bisa–bisanya kalian begitu menindas janda dan anak yatim seperti kami?"     

Sambil berbicara, Shan Rong mulai menangis.     

"Bu…" Gong Mo buru-buru menghiburnya.     

Hu Yinghong mendengus dingin dan berkata dengan sinis, "Apa yang kamu tangisi? Bukankah rumah itu masih ada di tangan kalian? Sekarang kami juga hanya ingin meminjam uang pada kalian saja dan bukannya tidak akan mengembalikannya!"     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.