Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Sudah Seharusnya Tidak Bisa Mengejarnya



Sudah Seharusnya Tidak Bisa Mengejarnya

0Ia menoleh dan menghilang dari jendela, lalu segera muncul di balkon dapur.      
0

Pelayan sedang beristirahat di kamar, sementara pengasuh ada di kamar mandi. Seolah-olah sedang berada di rumah tak bertuan, Yu Qinghuan pun mendorong pintu kamar bayi dengan lembut dan berjalan masuk.     

Seperti hembusan angin, diam-diam ia berjalan menuju ke tempat tidur bayi. Ia menunduk dan dengan lembut membelai wajah bayi itu.     

Helaian rambut terjatuh dari bahunya dan jatuh mengenai wajah Huzi.     

Huzi yang merasa tidak nyaman pun memutar kepalanya dan mengatup-ngatupkan mulutnya dengan puas, sepertinya sedang bermimpi indah.     

Yu Qinghuan tersenyum tipis dan menyingkirkan rambutnya ke belakang.     

Tiba-tiba Huzi menendangkan kakinya, membuka matanya, dan menatapnya lekat-lekat.     

Yu Qinghuan mengulurkan jari telunjuknya ke dahi Huzi. Huzi pun menyeringai, "Haha…"     

Pandangan mata Yu Qinghuan terlihat begitu lembut dan jari-jarinya menyelinap di wajah Huzi, lalu ia melihat liontin batu giok yang ada di leher Huzi.     

Ia mengambil liontin batu giok itu, lalu seperti teringat akan sesuatu.     

Ibu berkata, "Kalau kamu mau keluar, kenakan batu giok ini. Ini bisa menjaga keselamatanmu."     

"Itu semua hanya tahayul! Bagaimana kalau sampai barang semahal ini hilang saat aku berada di luar? Ibu simpan saja untukku. Nanti saat kembali, baru akan aku pakai."     

"Pada saat kamu kembali, kamu pasti juga tidak akan memakainya! Ibu membelikanmu begitu banyak kalung, tapi Ibu belum pernah melihatmu memakainya!"     

"Aku tidak suka memakai sesuatu di leherku. Berat."     

"Kalau begitu berikan pada anak-anakmu di masa depan."     

"Aku bahkan belum punya pacar, Bu…"     

"Nantinya akan ada!"     

Yu Qinghuan memegang liontin giok dan senyuman ibunya muncul di benaknya. Ia melamun.     

"Yiyayaaaa…" Huzi menyapa Yu Qinghuan dengan kakinya.     

Yu Qinghuan pun kembali ke akal sehatnya dan meletakkan liontin giok itu ke dalam tangan Huzi.     

Huzi tertegun sejenak, menghentikan tendangan kakinya, dan memegang liontin batu giok.     

Pada saat Yu Qinghuan membelai-belai dahinya, ia mendengar langkah kaki. Ia pun segera bangkit dan keluar dari kamar.     

Baru saja menghilang dari pintu, pengasuh datang.     

Pengasuh tertegun. Tadi sepertinya ia melihat bayangan berwarna merah.     

Ia mendekat untuk memeriksa, tapi tidak ada apa pun. Ia pun sontak menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata dalam hatinya, 'Aku benar-benar sudah tua. Penglihatanku sudah kabur.'     

Pada saat memasuki kamar bayi dan melihat Huzi sudah bangun, ia sontak tersenyum dan berkata, "Kenapa sudah bangun?"     

Huzi memegang liontin batu giok, lalu melambaikannya sambil mengoceh.     

Pengasuh menghela napas dan berpikir, 'Orang kaya memang berbeda. Mengenakan barang sebagus ini pada anak bayi."     

Yu Qinghuan kembali ke toko sepatu. Ketika petugas melihatnya, dalam hati ia diam-diam merasa lega. Baguslah kalau sudah kembali. Jika tidak, mereka harus bertanggung jawab untuk merawat sepatu ini sampai Yu Qinghuan muncul dan akan membuat mereka sangat tertekan.     

"Apakah Anda menginginkan sepatu yang tadi pagi?" tanya pegawai itu dengan suara yang gugup.     

Yu Qinghuan mengangguk dan mengeluarkan uangnya, "Tidak perlu kembalian."     

"Baik."     

Pegawai menyerahkan sepatu itu padanya dan Yu Qinghuan pun segera memakainya. Pegawai pun tidak punya pilihan lain, selain membungkus sepatu lamanya. Ia mengambil tas itu dan berkata dengan sopan, "Terima kasih."     

Begitu keluar, ia membuang sepatu lama itu ke tempat sampah yang ada di pinggir jalan.     

Setelah beberapa saat, ia mendapati seseorang mengikutinya. Ketika ia berbalik, ia dapat merasakan dengan jelas, ada seseorang yang tercekat.     

Ia tidak mencari tahu siapa orang itu, tetapi berbalik dan lari dengan cepat. Gaun merahnya terbang dan memperlihatkan kakinya yang putih.     

Orang yang mengikutinya segera mengejarnya, tetapi kehilangan jejaknya setelah beberapa saat.     

"Maaf Bos…" suara Fang Yang yang tertekan terdengar, "Kami melihatnya, tetapi kami tidak sengaja kehilangan dia."     

"Tidak masalah." Sheng Nanxuan tahu hal ini akan terjadi, "Kamu juga sudah tahu bagaimana kemampuannya. Sudah seharusnya kamu tidak bisa mengejarnya."     

"Ya." Fang Yang tetap merasa sangat tertekan. Ia merasa dirinya tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik dan mengacau berulang kali.     

Sheng Nanxuan menutup telepon dan melihat rekaman CCTV di laptop.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.