Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Kuil Pushan



Kuil Pushan

0Kuil Pushan berada di pinggiran kota. Untungnya searah dengan Huanyuan. Hanya dalam setengah jam lebih, Gong Mo dan yang lainnya pun tiba di sana.     
0

Karena kuil ini sudah sangat tua, gempa tadi malam menyebabkan kerusakan di banyak tempat dan sekarang sudah tertutup untuk wisata.     

Pada saat Gong Mo dan yang lainnya masuk, mereka melihat para biksu yang sedang duduk di tempat terbuka.     

Seorang biksu muda yang datang untuk menjemput mereka berkata, "Kepala Kuil takut akan terjadi kecelakaan jika gempa susulan datang, jadi dimohon pengertian Para Dermawan."     

Gong Mo buru-buru menyatukan kedua tangannya untuk mengungkapkan pengertiannya.     

Terdapat meja dupa di depan. Terdapat lampu minyak dan lilin dupa yang menyala di atasnya. Di tengah-tengah terdapat beberapa bungkusan kain berwarna kuning. Itu semua adalah abu yang dititipkan di sini oleh para peziarah.     

Gong Mo melihat bahwa bungkusan paling besar berbentuk persegi itu adalah abu Gong Xing.     

Ia bergegas mengambil abu di bawah tuntunan biksu dan mengikutinya ke samping.     

Shan Rong dan Gambino juga berjalan mendekat. Shan Rong menggendong Huzi, sementara Gambino membawa guci yang baru.     

Tentu saja suasana hatinya sekarang sangat rumit.     

Gong Mo membuka ikatan kain kuning yang melilit guci sebelumnya dan melihat ada retakan di bagian luarnya sehingga beberapa abu pun bocor keluar.     

Ia dengan hati-hati membungkusnya dengan kain, sementara Gambino membuka guci baru itu dengan gerakan yang kaku.     

Shan Rong buru-buru berkata, "Biar aku yang melakukannya. Kamu gendong Huzi saja."     

Gambino menghela napas lega dan menggendong Huzi.     

Menyentuh abunya sendiri membuat tubuhnya kesemutan. Ia tidak tahu apakah dirinya masih hidup atau sudah mati.     

Di dalam pelukan Gambino, Huzi menoleh menatap biksu berkepala botak yang berada di bawah sinar matahari dan membuatnya terkikik.     

Gambino berjalan sambil memegang pantat Huzi. Ia melepas sepatu dan berjalan di belakang biksu itu, lalu duduk bersila.     

Hu Zi mengoceh dalam pelukannya. Gambino mengelus-elus kepala Huzi dan meletakkannya di pangkuannya.     

Suasana di sekelilingnya sangat sunyi dan kadang-kadang terdengar suara tasbih yang diputar. Ia ingin memiliki pengalaman melakukannya juga dan ikut melakukan meditasi.     

Hu Zi yang bersandar padanya pun berhenti mengoceh dan mulai tertidur.     

Pada saat Kepala Kuil yang berada di depan membuka matanya dan melihat Huzi, ia tidak bisa menahan senyumnya.     

Gong Mo dan Shan Rong memilah abunya, menyerahkannya pada biksu untuk diletakkan kembali di atas meja dupa, lalu berjalan ke sisi Gambino untuk bermeditasi.     

Lonceng kuil berbunyi.     

Kepala Kuil membunyikan Muyu (Instrumen perkusi terbuat dari kayu), sementara para biksu mulai melantunkan doa dan ada kekhidmatan yang terasa.     

Upacara keagamaan pun berakhir satu jam kemudian.     

Para Biksu berdiri dan keributan pun mulai terdengar. Gambino membuka matanya dan menggendong Huzi yang sedang tidur.     

Cairan hangat mengalir ke tangannya. Ketika melihatnya, Gambino tertawa dan berkata, "Dia buang air kecil di tangan kakeknya."     

"Hah?" Gong Mo berkata dengan heran, "Kenapa dia buang air kecil di situ! Jika tahu begitu tadi aku akan memakaikannya popok."     

Gong Mo menggendong Huzi dan bertanya pada biksu, di mana terdapat tempat untuk mencuci tangan.     

Biksu itu menunjuk ke suatu tempat. Gong Mo ingin menemani Gambino kesana, tapi kemudian menyadari Shan Rong belum berdiri.     

"Apa Ibu baik-baik saja?" tanyanya buru-buru.     

Shan Rong melambaikan tangannya, "Kaki Ibu kesemutan."     

"Kalau begitu renggangkan kaki dan duduklah sebentar." Gambino buru-buru menyahut.     

"Iya. Pergi dan cuci tanganmu. Kami akan menunggumu di sini."     

Gambino berbalik dan pergi, sementara Jason mengikutinya bersama dengan orang-orangnya.     

He Yue datang membawa barang-barang Huzi. Gong Mo pun mengganti celana dan memakaikan popoknya.     

"Hati-hati kepanasan." kata Shan Rong.     

"Tidak masalah. Sebentar lagi kita akan langsung kembali ke mobil. Kalau tidak, bagaimana kalau buang air di badanku lagi?"     

He Yue mengemasi barang-barang dan pergi. Pada saat balik badan, ia melihat sekelompok besar orang berjalan ke arahnya. Ia pun sontak menghentikan langkahnya.     

Ketika orang-orang itu muncul, Gambino sudah membawa sekelompok besar orang yang mengkhawatirkannya dan ada juga beberapa anak buah Sheng Nanxuan yang mengikutinya.     

Di antara orang-orang yang datang ke kuil ini, hanya orang-orang itu yang memiliki aura yang sama dengan mereka dan memakai setelan jas berwarna hitam yang rapi.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.