Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Guci Abu Pecah



Guci Abu Pecah

0"Sekarang sudah ada orang yang memperlakukannya dengan baik. Dia sudah tidak membutuhkanmu." sahut Shan Rong.     
0

Ketika Gong Mo mendengar ini, ia sontak berkata, "Ibu berharap Ayah hanya baik pada Ibu saja, kan? Tenang saja, Bu… Aku tidak akan berebut dengan Ibu."     

Shan Rong tersipu malu, "Apa yang kamu bicarakan! Cepat makan! Jangan hanya makan babi panggang merah saja. Makan sayur juga. Makan juga kacang polong ini. Ini masakan Momo."     

Shan Rong menyumpitkan kacang polong dan berkata, "Dia tidak pandai memasak, tapi dia bisa memasak sayuran dengan cukup baik."     

Gong Mo merasa malu, "Bukankah itu karena aku tidak punya waktu untuk belajar…?"     

Sebelum masuk ke perguruan tinggi, Gong Mo sibuk belajar, jadi biasanya Shan Rong tidak menyuruhnya memasak. Kebanyakan saat di dapur ia hanya mencuci dan memotong sayuran, juga mencuci piring. Ia hanya memasak sesekali. Meskipun kuliah di Nanjiang, tapi kampusnya jauh dari rumah, jadi biasanya ia tinggal di kampus dan hanya pulang pada akhir pekan. Pada dua hari ketika ia pulang, Shan Rong yang takut Gong Mo tidak makan enak di kampus pun berinisiatif memasak untuknya. Setelah menikah, ia pun langsung dimanjakan oleh Sheng Nanxuan, jadi bagaimana ia bisa punya waktu untuk mempelajari hal-hal ini?     

Tapi bagaimanapun juga, selain tidak memiliki Ayah sejak kecil, semuanya baik-baik saja. Bahkan sekarang Ayahnya juga sudah kembali.     

Ayahnya juga sudah kembali untuk menyayanginya.     

Setelah mendengarkan kata-katanya, Gambino berkata, "Tidak perlu belajar masak. Begitu kamu lahir, Ayah tidak ingin kamu menderita. Pada saat itu Ayah berpikir akan benar-benar menyayangimu. Nanti saat kamu sudah dewasa, Ayah akan memilihkan suami yang bisa terus menyayangimu. Kamu hanya perlu menjadi Tuan Putri yang hanya perlu bertitah dan makanan pun datang di hadapanmu. Bahkan kalau bisa tidak usah mengerjakan pekerjaan rumah!"     

"Bisa-bisa aku jadi manja." sahut Gong Mo.     

"Tentu saja seorang Ayah ingin memanjakan putrinya." Gambino menghela napas dan berkata, "Sayangnya aku tidak sempat melakukannya. Untungnya saja Nanxuan bisa memanjakanmu."     

Wajah Gong Mo memerah. Sesaat ia tidak tahu harus berkata apa.     

Gambino mengambilkan makanan untuknya dan berkata, "Cepat makan."     

Gong Mo mengangguk, "Kamu juga makan. Setelah makan, kita beri makan Huzi bersama."     

"Dia juga sudah makan?" tanya Gambino penasaran.     

"Sudah mulai makan bubur, tapi belum banyak."     

Mereka bertiga selesai makan siang sambil mengobrol dan tertawa. Ketika sedang menyuapi bubur pada Huzi, tiba-tiba handphone Gong Mo berdering.     

Dia berbalik untuk menjawab telepon. Suara laki-laki yang lembut terdengar di telepon, "Nyonya Sheng? Ini Kuil Pushan."     

"Hah?" Gong Mo tiba-tiba terkejut, "Apa ada masalah?"     

Abu Gong Xing sekarang ada di Kuil Pushan.     

"Saya ingin meminta maaf tentang suatu hal. Karena gempa tadi malam, abu Tuan Gong jatuh."     

"Apa?!" Gong Mo berteriak.     

"Jangan khawatir. Karena terbungkus kain, abunya tidak tumpah, tetapi gucinya pecah, jadi sebaiknya kalian datang kemari untuk menanganinya sebentar. Kepala biara akan mengadakan upacara keagamaan di sore hari. Kebetulan juga bisa membacakan kitab suci untuk Tuan Gong dan menghibur jiwanya yang terganggu."     

"Saya paham." Gong Mo buru-buru berkata, "Kapan upacaranya dimulai?"     

"Jam tiga."     

"Kalau begitu saya akan segera ke sana."     

Setelah menutup telepon, Shan Rong bertanya, "Ada apa?"     

"Bukankah tadi malam ada gempa? Abu ayah pecah." Sesudah mengatakannya, Gong Mo tertegun seketika sambil menatap Gambino. 'Ayah ada di sini, tapi juga ada di dalam guci.'     

Pada saat teringat akan hal ini, Shan Rong bertanya pada Gambino, "Ka… kamu mau pergi juga, tidak?"     

"Pergi saja." Ekspresi Gambino terlihat sangat tertarik. Sepertinya hanya ia yang melakukan hal semacam ini, yaitu meletakkan abunya sendiri.     

Shan Rong sedikit khawatir, "Mungkinkah jiwamu bisa tersedot?"     

"Apa yang kamu pikirkan?" Gambino membelai kepala Shan Rong sambil berkata, "Kita harus percaya pada sains."     

Shan Rong bergumam tidak puas, "Situasimu saat ini bahkan sangat tidak ilmiah."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.