Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Menaiki Kapal



Menaiki Kapal

0Mereka pergi ke kafe untuk beristirahat sebentar. Gong Mo mengganti pakaian Huzi dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, lalu bersandar di sofa dan memejamkan mata sejenak. Dalam sekejap ia merasa jauh lebih segar.     
0

Sheng Nanxuan melihat semangat Gong Mo sudah pulih sedikit. Setelah melihat waktu yang hampir tiba, ia pun mengajak semua orang untuk berangkat.     

Venesia adalah kota air. Satu-satunya transportasi di kota ini adalah kapal. Banyak orang bepergian dengan kapal.     

Pelabuhan sangat ramai. Di mana-mana terdapat orang yang menaiki kapal.     

Ketika Gong Mo melihat kapal pesiar besar di depannya, ia teringat, "Dulu aku dan Ibu pergi menonton Titanic bersama. Ibu bilang ingin menjadi seperti wanita dalam film yang perlahan menaiki tangga ke kapal pesiar yang mewah."     

Sheng Nanxuan memandangnya, "Ketika Ibu kembali, aku akan membeli yang lebih besar untuk kalian."     

Gong Mo menatapnya, "Untuk apa membuang-buang uang seperti itu!"     

"Kalau begitu aku akan membuka perusahaan pelayaran, jadi aku bisa menghasilkan uang dan tidak perlu membuang-buang uang."     

Gong Mo berpikir Sheng Nanxuan sudah membuka "Buku Aimo", jadi ia takut suaminya ini akan benar-benar membuka "Kapal Aimo" juga. Tidak masalah jika memang menghasilkan uang, tapi jika sampai merugi, itu bukan salah Gong Mo.     

Gong Mo tahu Sheng Nanxuan mencintainya, tetapi ia tidak ingin suaminya ini membuang-buang uang untuk dirinya seperti ini, jadi ia buru-buru mengubah topik pembicaraan, "Bisa-bisanya kamu masih bercanda di saat seperti ini!"     

"Aku salah." Sheng Nanxuan langsung cemberut.     

Gong Mo terdiam dan mendorong Huzi ke dalam pelukannya, "Aku tidak bilang kalau kamu salah."     

Mereka mengantri untuk naik ke kapal. Orang-orang yang sudah naik ke kapal lebih dulu datang untuk menjemput mereka.     

Pada saat ini, kapal belum bergerak dan tidak bergoyang sama sekali. Katanya saat berlayar sekalipun, goyangannya tidak terlalu besar, kecuali jika bertemu ombak besar. Ombak rute menuju Venesia selalu tenang.     

Sekeliling mereka adalah penumpang yang menaiki kapal. Banyak orang berdiri di depan pagar dan melihat pemandangan.     

Ketika melihatnya, Gong Mo teringat akan Shan Rong. Ia pun tidak dalam suasana hati untuk memedulikan pemandangan yang ada.     

Ketika memasuki kamar, Gong Mo baru bisa merasa lega dan dapat merasakan kelelahannya.     

"Tidurlah dulu." Sheng Nanxuan mengelus dahinya.     

Ia membuka matanya, "Tapi Ibu…"     

"Begitu ada kabar, aku akan memberitahumu. Huzi juga sudah lelah, bawa dia istirahat dulu."     

Gong Mo mengangguk dan berbaring di tempat tidur sambil memeluk Huzi.     

Sheng Nanxuan berbalik dan pergi. Ia menyuruh orang untuk menjaga pintu, kemudian pergi mencari Gambino.     

Orang yang sudah menaiki kapal terlebih dulu tidak hanya diam dan terus memantau pergerakan Gambino, jadi tentu saja ia tahu di mana Gambino tinggal.     

Sheng Nanxuan pergi untuk melihatnya. Pintu tertutup rapat dan tidak ada seorang pun di pintu.     

Tapi Sheng Nanxuan yakin di dalam pasti ada orang.     

Ia ragu-ragu sejenak di pintu, lalu berbalik dan kembali.     

Sekarang kapal belum berlayar, jadi ia tidak boleh menendang pintu. Jika tidak, begitu polisi datang, mereka akan langsung membawanya turun dari kapal. Kalau begitu, bagaimana ia bisa menyelamatkan ibu mertuanya?     

Setelah setengah jam, kapal pun perlahan-lahan meninggalkan pelabuhan. Sheng Nanxuan melihat pemandangan yang bergerak di luar jendela, lalu dengan tenang berjalan ke kamar tidur.     

Ini adalah kabin kelas satu dengan total dua kamar tidur. Di luar kamar tidur terdapat ruang tamu.     

Sesudah memasuki kamar tidur, ia menutup pintu perlahan. Gong Mo yang berada di tempat tidur membuka matanya, "Kamu sudah kembali?"     

"Kenapa kamu tidak tidur?" Sheng Nanxuan segera menghampirinya.     

Gong Mo bangun dan berkata, "Tidak bisa tidur. Kapalnya sudah jalan?"     

"Iya. Apakah kamu tidak ingin bangun dan melihat-lihat?" Sheng Nanxuan membantunya bangun.     

Gong Mo memandang Huzi yang tertidur lelap. Ia memindahkannya ke tengah tempat tidur, kemudian mengikuti Sheng Nanxuan berjalan ke jendela.     

Awalnya terlihat pelabuhan yang ramai, tetapi setelah kapal berlayar semakin jauh, seluruh kota mengecil dan pemandangan yang indah pun terlihat.     

Gong Mo menghela napas, "Roma dan Venesia adalah kota yang ingin aku kunjungi sejak kecil. Sekarang hari ini tiba, tapi hanya bisa berhenti sebentar dan tidak bisa menikmatinya dengan baik."     

Saat mereka berada di Roma, mereka bahkan tidak keluar dari bandara, tetapi hanya beberapa langkah saja.     

"Akan ada banyak kesempatan di masa depan." Sheng Nanxuan menopang bahunya.     

Gong Mo mengangguk, "Nanti kita akan datang bersama Ayah dan Ibu."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.